Sambil berjalan pelan-pelan, Ditha sampai dirumah jahit bu Yana, tapi sayang sudah tidak ada kain perca lagi, karena rumah jahit bu Yana tutup sementara, bu Yana sedang menunggu anaknya melahirkan di rumah sakit.
Tak peduli larangan dari ibunya, ia pulang kerumah nenek mengambil sepedanya dan melanjutkan perjalanan ke desa sebelah menuju rumah bu Laila.
Sesampainya di rumah jahit milik bu Laila.
"Assalamualaikum."
"Wa alaikumsalam" sahut Aryo yang kebetulan sedang mencatat stok warna kain yang diminta ibunya untuk dikirim lagi karena hampir habis.
Melihat Ditha yang datang Aryo menaruh buku catatannya dam mempersilahkan Ditha masuk.
"Masuklah Tha, ibu masih keluar bersama ayah, sebentar lagi datang, kamu duduklah dulu."
"Iya kak".
"Bagamana kabarmu? lama tak kesini."
"Kabar baik kak." sahut Ditha singkat mengurangi rasa gugupnya, gara-gara rencana perjodohan dari orangtuanya,ia harus menutup hati untuk siapapun.
'Jangan terbuka wahai pintu hati, kau tak tahu kemana arah kau berlabuh.' bathin Ditha.
"Mau minum apa Tha? Panas atau dingin?"
"emm....tak usah kak, jangan repot-repot."
"Ah tak repot-repot kok, repotnya cuma satu aja, hehe, kalau tak mau aku ambilkan, itu ada lemari pendingin banyak macam-macam minuman, kamu ambil sendiri sesukamu ya."
"Ya kak, gampang nanti."
Suasana tidak canggung karena ada beberapa wanita yang menjadi asisten bu Laila.
Aryo sebenarnya ingin duduk dan berbincang-bincang dengan Ditha tapi karena sungkan dan tiba-tiba bingung apa yang mau dibicarakan jadi lebih baik dia melanjutkan pekerjaannya saja.
"Aku tinggal dulu ya Tha."
"Ya kak, silahkan." kata Ditha sambil berdiri dan berjalan hendak melihat yang dikerjakan salah satu asisten bu Laila, hitung-hitung belajar bikin pola jahitan.
Aryopun melanjutkan pekerjaannya mencatat lagi, tapi fokusnya terganggu karena sambil melirik kearah Ditha, dia perhatikan gestur dari adik kelasnya itu.
Semakin dilihat-lihat, semakin hatinya berdebar tak karuan, hasil catatannya pun jadi kacau, banyak coretan karena salah hitung terus. Akhirnya dia menyerah, daripada hipertensi lama-lama begini pikir Aryo, diletakkannya bukunya dan di panggilnya Ditha.
Ia tau kalau ayah dan ibunya tadi bilang kalau akan pulang sore, dia berbohong pada Ditha kalau orang tuanya tak lama perginya, sengaja agar Ditha tak buru-buru pulang.
"Tha bisa kamu ikut aku sebentar?"
"Ya kak."
'Penurut sekali anak ini, gemes aku.' bathin Aryo.
Diajaknya Ditha ke taman dibelakang rumahnya.
"Ada apa kak? wooooow tamannya bagus." kata Ditha langsung berjalan mendekati bunga Aster kesukaan nya."
"Ayo duduk di sana, ada yang ingin aku bicarakan." kata Aryo sambil menunjuk gazebo di tengah-tengah taman.
"Iya kak." kata Ditha sambil menghirup wangi bunga mawar, sayang habis itu dia bersin-bersin karena alergi wangi bunga.
'Aduuh kenapa aku hirup wanginya tadi.' bathin Ditha sambil menggosok-gosok hidungnya.
"Hahaha...kamu itu sudah tahu alergi wangi bunga, tunggu sebentar aku ambil air hangat."
"Iya kak, maaf."
"Hidungmu yang bermasalah kenapa minta maaf padaku." sahut Aryo sambil mencubit hidung Ditha, kemudian ia masuk rumah untuk mengambil air hangat.
Tak lama Aryo kembali dengan membawa air hangat dan dua cangkir teh panas ke gazebo.
"Minum air hangatnya dulu, biar gak bersin-bersin lagi, ini minyak kayu putih di hirup juga."
'Ini bagaimana gak ge-er akunyaaaa....aah' bathin Ditha, 'Tuhan bila ia jodohku maka dekatkanlah, bila bukan jodohku maka buat aku lupa.' lanjut Ditha membathin.
Setelah minum air hangat dan menghirup aroma minyak kayu putih, hidung Ditha akhirnya lega, itulah kenapa ia lebih suka aster karena tak wangi, terus putih dan cantik.
"Tha.." kata Aryo sambil menghela nafas.
"Ya kak?"
"Aku mau tanya, apa hatimu sudah ada penghuninya?"
"Uhuk..uhuk..." Ditha terbatuk-batuk.
"Iish habis bersin-bersin kok muncul batuk Tha, separah itukah alergi mu?"
"Bu.,bukan alergi bunga kak, alergi pertanyaan kaka tadi kayaknya." jawab Ditha sambil melengos kan kepalanya.
"Hahaha....apa gak boleh aku tanya begitu?"
"Ya enggak sih kak, tapi itu bukannya pertanyaan bagi orang yang sedang modus ya?"
"Hhmm, menurutmu? apa kamu tidak membaca sinyal-sinyal dariku selama ini?" tanya Aryo sambil memainkan ujung sandalny di atas tanah.
"Sinyal apa kak? Ind***t?"
"Hih kamu, aku serius!!"
"Aku dua rius kak! aku gak paham."
"Tha aku suka kamu." ujar Aryo langsung saja.
Deg....
"Ap....apa kak??"
"Ya aku ingin jadi penghuni hatimu."
"Kak..aduh..ma...maaf kak."
"kenapa Tha?"
"Sebaiknya kakak lupakan saja kak."ujar Ditha sambil menunduk.
"Kenapa Tha?"
"Aku yakin kakak akan sakit hati nanti."
"Ada apa Tha?"
"Kak....hhhh.....aku sudah dijodohkan oleh ibu." sahut Ditha lirih.
"Haaah!!" sahut Aryo kaget dan mengusap wajahnya.
"Kau menerimanya? menikah tanpa cinta?"
"Apa kuasaku kak? Aku juga tidak tahu nanti akan suka dia atau tidak, kita tak tahu rencana Tuhan kak."
"Aaah ini rencana orang tuamu bukan rencana Tuhan!!"
"Sudahlah kak, bila bukan jalan hidupku pasti rencana ini akan gagal, tapi bila ada iku campur tangan Tuhan, kita bisa apa?" kata Ditha mau berdiri.
"Ka...kamu mau kemana, habiskan dulu tehmu, baiklah mungkin sudah nasibku harus mengalah pada nasibmu, tapi percayalah aku akan mengawalmu meraih kebahagiaan,aku akan pastikan kau bahagia tapi bila tidak jangan salahkan aku merebut kamu walau harus berhadapan dengan orang tuamu kelak!!" kata Aryo sambil memberikan cangkir teh milik Ditha, diapun meminum teh miliknya sampai tandas.
Ditha duduk kembali dan menerima cangkir tehnya, meminumnya sampai habis, kemudian pergi berjalan masuk ke rumah jahit bu Laila.
Sesak nafas Aryo melihat Ditha melangkah pergi, apakah ada jalan jodohnya nanti bersama Ditha, hatinya mantap untuk Ditha tak ada wanita yang lain, dan yang jelas dia akan memastikan Ditha akan bahagia baik bersama laki-laki pilihan orang tua nya ataupun dengan yang lain.
Karena terlalu lama bu Laila tidak datang juga, akhirnya Ditha pulang hanya membawa 2 kantong plastik kain perca saja. Sedangkan sisa kain-kain tidak berani diberikan oleh asisten bu Laila takut salah yang akan di berikan.
Setelah Ditha pulang, Yayan pun kembali ke ruang jahit ibunya, mengambil buku catatannya dan menghitung lagi, walaupun moodnya sedang tidak baik.
Sore hari bu Laila dan pak Sudarmono kembali pulang.
"Assalamualaikum kami pulang..." sapa bu Laila.
"Wa alaikumsalam bun.." jawab Ditha tak semangat.
Di perhatikan oleh bu Laila anaknya ta sesemangat tadi pagi, dia pun penasaran.
"Cuaca buruk ya Yo?"
"Ah mana bun?" kata Aryo sambil melihat keluar, sore yang masih cerah.
"Suasana hatimu yang bikin cuaca buruk."
"Ah bunda." sahut Aryo sambil menunduk melihat catatannya yang banyak coretan.
"Tumben catatanmu di coret-coret begini, biasanya rapi." kata bu Laila sambil menengok isi buku catatan.
"Hancur bunda...hancuuur!!" sahut Aryo sambil mengacak-acak rambutnya.
"Hei anak bunda, ingat nasehat ayah jangan di pendam sendiri, di bagi-bagi walaupun itu berita buruk."
"Ditha bun...dia mau di jodohkan."
"Haah!!" tanpa sadar bu Laila melepas tasnya, untungnya jatuh ke atas meja.
"Tap...tapi Ditha kan bukan anak pak Salman, gak mungkin, ini gak mungkin."
"Gak mungkin bagaimana bun?"
"It...itu..tradisi keluarga pak Derajat, perjodohan antar sepupuan, kasihan Ditha, terus apa Ditha mau?"
"Ditha tak mungkin bisa menolak ibunya bun, bunda tau sendiri kan Ditha itu penurut."
"Ya asal tidak di suruh melakukan hal yang bodoh, bunuh diri itu namanya Yo."
"Entahlah bun, tadi Aryo lohat Ditha tidak menyatakan kalau dia akan menolak."
"Tadi Ditha kesini? Ah bunda sudah siapkan sisa kain untuk di berikan padanya padahal, atau kau antarkan ke rumah Ditha ya kainnya."
"Budin saja bun, nanti kalau Aryo kesana, kasihan Ditha di tindas oleh Santi."
"Aish anak itu lagi, ingat kalau kamu gagal ingin hidup bersama Ditha gak pa-pa, asal jangan Santi sebagai gantinya, bunda gak mau punya mantu model Santi itu."
"Iya bun, maaf bun, tolong jangan minta Aryo untuk menikah ya bun, hati Aryo lagi hambar."
"Ya sudah nak, bunda tak akan memaksa, tapi jangan menolak perintah Allag ya nak, karena menikah itu juga ibadah."
"Iya bun, entah kapan, mungkin kita tidak tahu, yang jelas tidak dalam waktu-waktu dekat."
"Iya, sabarlah anak bunda, bunda do'akan selalu."
Aryopun mengangguk.
Nb
mohon krisan yaaaa....
klik jempolnya yaaaa
terimakasiiiiih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ruk Mini
segitu doang ga ada perlawanan
2024-11-08
0