Tiba di rumah nenek Ditha langsung turun dari mobil, ketika Yayan hendak turun mang Karim mencegahnya.
"Yayan biar kau mamang antar langsung ke rumah mu."
"Terimakasih mang, biar saya pulang sendiri."
"Jangan, mamang di perintahkan mengantar kalian sampai di rumah masing-masing, jangan menolak, nanti mamang kena marah."
"Baiklah mang." pasrah Yayan. sudah malam ia malas untuk berdebat.
"Melihat mu, mamang jadi ingat ayah kalian, persis seperti kamu baik bentuk badan, wajah dan sifat."ingat mang Katun sambil sedikit berkaca-kaca, ia buka sedikit kaca samping mobil agar air matanya kembali kering.
"Mamang kenal ayah? Kok Yayan tidak tahu, Yayan hanya tahu om Salman yang berteman dengan Ayah.
"Tidak hanya pak Salman, ayahmu pun berteman dengan mamang, kami berempat dahulu teman seperjuangan, sayang dua teman kami mengalami kecelakaan bersama-sama."
"Mamang tahu cerita musibah yang ayah alami?"
"Ti...tidak, mamang hanya tahu mereka kecelakaan dan meninggal di tempat itu saja." sahut mang Karim gugup.
'Aneh kenapa mang Karim gugup?' bathin Yayan. Ada niat di hatinya untuk mengungkap musibah itu, tapi bagaimana caranya, apa harus dengan masuk ke dalam keluarga pak Salman?
'Ah tidak mungkin, selama Fitri tidak di akui, aku tidak akan masuk keluarga itu' bathinnya.
Tak lama sampailah di rumah Yayan, Yayan turun dari mobil, kemudian mang Karim pun pamit pulang.
Pelan-pelan Yayan membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia bawa. Rupanya Fitri berbaring ketiduran di kursi kayu ruang tamu mereka, masih memakai baju tadi siang, sepertinya Fitri pun baru tiba dari liburan dengan anak-anak Tknya.
"Fit.....bangun, ayo pindah, jangan tidur di kursi, nanti badanmu sakit semua."
"Hhmmm, kau sudah datang? " sahut Fitri sambil meregangkan badannya.
"Iya, kau sendiri sudah lama ?
"Enggak kok sekitar jam 21.30 tadi."
"Ooooh, pantes bajunya masih sama."
"Ayo mau pindah tidur, apa mandi dulu, kecut semua kita ini, hehehe..."
"Ho oh...hehe..tapi kalau mandi kemaleman, cuci muka sajalah, lalu ganti baju gimana?"
"Yaahh kok nawar, ayolah daripada menggigil kedinginan."
"Ho oh, mau anget-angetan juga sudah capek." sahut Fitri sambil tersipu.
"Hhmmmm...jangan mengundang, serangan fajar aja deeeh, cari tenaga dulu, tidur dulu." kata Yayan sambil menarik tangan Fitri, karena Fitri seperti tak sanggup berdiri.
****
Keesokan harinya mereka kembali ke kegiatan masing-masing.
Pada saat jam makan siang, nenek Eti menyuruh Ditha untuk menelpon Yayan dan Fitri agar makan siang di rumah nenek.
"Assalamu alaikum kak, nanti siang makan di rumah nenek ya kak, ajak kak Fitri juga."
"Wa alaikum salam Tha, iya nanti kakak ke sana."
Yayan terlebih dahulu izin kepada kepala staf untuk makan siang di rumah neneknya, kemudian ia menjemput Fitri lalu mereka berdua pergi ke rumah nenek.
Setibanya di rumah nenek , Yayan masuk sambil mengucapkan salam, dan di balas oleh Ditha dan neneknya.
"Langsung ke ruang makan aja Yaaan. " teriak neneknya.
"Iya nek."
"Kita makan siang dulu, setelah itu nenek ingin bicara dengan kalian."
Tanpa banyak bicara merekapun bersantap siang bersama, setelah makan siang Fitri dan Ditha membersihkan meja dan peralatan makan mereka.
Nenek dan Yayan berjalan ke ruang tamu, duduk di kursi sambil menunggu Fitri dan Ditha.
Setelah selesai bersih-bersig Fitri dan Ditha pun menyusul neneknya ke ruang tamu.
Fitri duduk di samping Yayan dan Ditha duduk di samping neneknya.
"Bagaimana acara kemarin Yan ? Tha ?"
"Ya seperti acara-acara biasa nek, memangnya ada apa nek? tanya Yayan balik.
"Apa tidak ada yang aneh menurut kalian?"
"Maksud nenek?" tanya Yayan sambil mengkerutkan keningnya.
"hhhhh, nenek khawatir aja akan terjadi seperti yang sudah sering terjadi dalam keluarga itu." kata nenek sambil menghela nafas.
"Apa yang pernah terjadi nek?" tanya Yayan, sedang Ditha dan Fitri hanya diam saja.
"Di keluarga pak Derajat itu ada tradisi perjodohan antar sepupuan."
"Maksudnya nek??"
"Ya di jodohin sesama sepupu, niatnya agar harta tidak keluar dari keluarga."
Yayan dan Ditha saling pandang. Tiba tiba Ditha dan Fitri menjadi takut.
Jelas antara Yayan dan Ditha akan menjadi sasaran pak Salman, karena pak Salman tidak punya anak.
"Kalian yakin tidak ada yang aneh, kenapa tiba-tiba kalian di ikutkan acara, sedangkan selama ini kalia tidak pernah di akui oleh Salman."
Yayan tersandar di kursi, sambil menghela nafas ia coba ingat-ingat apa yang aneh malam tadi.
Tiba-tiba ia ingat saat pak Sabri menanyakan usia mereka berdua, setelah itu pak Sabri mengajak pak Rinto sepupunya dan kemudian pak Salman ke ruangan lain.
"Iya nek, ada yang aneh, antara om Salman, kakaknya pak Sabri dan sepupu om Salman yang bernama pak Rinto, mereka pergi keruangan lain, sepertinya ada yang mereka bicarakan."
"Dua keluarga Yan?" tanya Fitri penasaran, entah kenapa hatinya mulai merasa ada sesuatu yang akan terjadi kelak dan itu akan mengganggu hidup dan hubungan mereka.
"Iya Fit, semoga tidak yang seperti nenek khawatirkan."
"Om Salman tau kalau kakak sudah menikah, karena kemarin kan kak Fitri ikut ke rumahnya."
"Tak jadi permasalahan hal itu bagi mereka Tha, mereka akan menghalalkan segala cara untuk dapat mencapai tujuan mereka, termasuk....."ucap nenek terputus.
"Termasuk apa nek?" tanya Yayan.
"Ah sudahlah, yang lalu tak perlu di ungkit, biasakan untuk ikhlas dalam menjalani hidup."lanjut nenek.
Nenek Eti lupa kalau sifat Yayan sama persis seperti almarhum ayahnya, melihat Yayan sama saja melihat almarhum Yandi dalan wujud yang masih hidup.
Suasana hening sejenak, mereka sibuk dengan fikiran masing-masing.
"Hhmmmm, andai terjadi perjodohan itu, apa yang harus kami lakukan nek?" tiba-tiba Ditha terisak, terlihat dia sangat ketakutan.
"Apabila memang jodoh ya tidak bsia di hindari Tha, karena ada ikut campur Tuhan di dalamnya, kalau tidak jodoh pasti Tuha juga akan tunjukan jalan keluarnya."
"Iya nek, semoga semya baik-baik saja."
"Aaamiiin."sahut nenek, Yayan dan Fitri bersamaan.
Tak lama setelah itu gawai Ditha berdering, Ditha pun berjalan ke arah meja mesin jahitnya dan mengambil gawainya, melihat siapa yang menghubunginya.
"Ibu."ucapnya pelan.
[Assalamu alaikum bu.]
[Wa alaikum salam Tha, Tha hari minggu nanti kalian kerumah ibu ya, sampaikan pada kakakmu.]
[Iya bu. ]
[Ada yang ingin di sampaikan oleh ayah kalian pada kalian berdua.] tekan bu Silma seolah memberitahu kalau hanya mereka berdua yang di suruh datang tanpa Fitri.
[Iya bu.]
[Ya sudah, minggu nanti kalian berdua di jemput mang Karim.] tekan bu Silma lagi pada kata berdua itu.
[Iya bu].
Tut. sesuka ibunya memutus panggilan tanpa salam.
[Wa alaikum salam] kata Ditha menganggap ia mendengar salam dari ibunya.
"Ada apa Tha?"
"Ibu kak, menyuruh kita datang lagi hari minggu nanti, aku takut kak."
"Hhhfff, kita lihat aja minggu nanti Tha, jangan khawatir, ada kakak."
Selesai berbincang-bincang Yayan dan Fitri pun pamit pulang.
Selama di perjalanan dan sesampainya di rumah pun Fitri terlihat gelisah, entah apa yang akan terjadi dalam pernikahannya dengan Yayan.
"Kau memikirkan apa? hal yang tadi? "
"Apa salah kalau aku khawatir?"
"Tentu tidak, jangan kan kamu, aku saja khawatir, tapi percayalah tak ada yang bisa menghancurkan kita, aku bukan tipe lelaki yang gampang goyah kamu tau itu kan?"
"He eehm aku percaya, makanya aku bersyukur kau yang menjadi imamku." sahut Fitri tersenyum lagi.
Yayan pun balas tersenyum, walaupun dalam benaknya sedang mengira-ngira apa yang terjadi kelak.
Nb
mohon krisan yaaaah..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ruk Mini
lawan aje org gendeng mah
2024-11-07
0