Penghianatan Sang Kekasih

Matahari yang menyinari kadang redup kadang terang, kadang matahari mengalah ketika awan hitam menyelimuti dan menurunkan setetes air hujan. Matahari tidak dapat berbuat apa-apa jika awan sesuka hati datang.

Begitu pun dengan perasaan Aldino yang masih bingung dengan Mely yang berubah dingin. Padahal Mereka Baru Satu Bulan jadian. Sejauh ini semua baik-baik saja.

Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk orang yang kucintai.

Sepanjang jalan Aldino memikirkan Mely dia benar-benar bingung dengan perubahan sikap gadis itu.

Aku akan pergi kerumah Mely untuk memastikan bahwa dia ada dirumah.

Aldino begitu gelisah memikirkan sang kekasih, Ketika Berada didepan Rumah minimalis moderen itu betapa terkejutnya.

Dengan apa yang dia saksikan, Waktu serasa berhenti rasa sakit ibarat cermin yang hancur berkeping keping berhamburan yang tidak mungkin bisa disatukan kembali.

Hati siapa yang tidak luka melihat kekasihnya bermesraan dengan laki-laki lain. Bahkan Gadis itu membawa laki-laki itu masuk kedalam rumahnya.

Aku hanya menatap dari kejauhan. Sambil menahan kekecewan yang benar-benar mendalam. Aku hanya mencoba untuk bertahan dengan keadaan ini, aku mencoba bersabar dan tegar serta meninggikan dan menurunkan pikiranku agar amarah tidak mengusai pikiranku.

Aku memutar arah dan meninggalkan rumah minimalis itu dan pulang dengan membawa kehancuran. Sepanjang jalan aku benar-benar kacau aku mengendarai motor dengan kecepatan sembilan puluh kilometer perjam.

Ku salip motor mobil yang berada didepanku. Aku sudah tidak memperdulikan rambu lalu lintas beberapa kali terdengar beberapa orang menghardikku dan mendoakan sesuatu yang buruk terjadi padaku karena hampir saja celaka dengan caraku membawa motor.

Aku tidak memperdulikan keselamatanku. hari itu aku benar benar kacau.

"Sudah pulang den"

Aku tidak menjawab dan langsung kekamar.

Aku benar-benar kacau.

"Dar."

Ku banting pintu. Kuhamburkan Sepre kasur dan bantal. Membuat semuanya berhamburan. Akh Kenapa Mely harus menghianati aku.

Padahal sudah banyak yang sudah kami lewati, bahkan kami melakukan hubungan yang hanya boleh dilakukan oleh suami istri aku berusaha menerima keadaan Mely.

Meskipun aku tau aku bukan lelaki pertama yang melakukan hal itu kepadanya.

Teringat ketika kami baru saja jadian Mely berkata bahwa dia takut bahwa suatu hari nanti Mely takut aku akan meninggalkannya karena tahu kekurangan yang ada pada dirinya. ternyata kekurangannya yang dia maksud adalah bahwa dia sudah tidak bisa memberikan mahkotanya karena mahkotanya sudah diberikan kepada pacarnya yang pertama.

Awalnya, aku tidak bisa menerimannya aku mencoba untuk memahami keadaan Mely saat itu, Aku mencintai Melly itu artinya aku harus bisa menerima kekurangan gadis itu, meskipun kekurangannya adalah hal yang diharapkan oleh semua laki-laki.

Namun apa daya tebu yang kutanam airnya tidaklah manis, Melly hanya menjadikan aku pelampiasannya saja sekarang dia kembali kepada mantanya. Aku harus menemui gadis itu dan meminta penjelasan tentang hubungan kami.

Aldino mencoba menghubungi gadis itu. Namun tidak ada jawaban.

"Den ada tamu?"

Tiba-tiba bibik datang.

"Siapa bik?"

"Katanya teman aden dari kampus?"

"Laki-laki apa perempuan bik?"

"Perempuan den"

Siapa yang datang perempuan dari kampus aku tidak punya janji untuk bertemu siapa-siapa, Lagi pula aku sudah dua hari tidak masuk kulyah, jadi siapa yang datang.

Aldino segera bangkit dari tempat tidurnya, kamarnya masih berserakan seperti kapal yang baru saja menabrak batu karang.

Prak..

hancur berantakan, seperti itulah keadaan dan gambaran kamar Aldino.

Suara langkah kaki menuruni anak tangga terlihat dari lantai dua rumah yang menggunakan cat berwarna putih. Ternyata Runa yang datang.

"Wah gawat kalau sampai Runa tau aku hanya pura-pura sakit."

Mungkin saat ini adalah kesempatan yang baik untuk menjelaskan semuanya kepada Runa. Aku mengumpulkan semua keberanian.

Tapi kalau seandainya Runa marah apa yang harus aku lakukan. satu masalah belum selesai masalah yang lain sudah timbul aku benar-benar bingung dengan keadaan ini.

Aku melihat kotak P3k di ujung ruang, Sepertinya aku ada ide untuk menunda penjelasan kepada Runa. Aku segera mengambil Kotak dan membalut perban ke arah tangan yang terluka.

Baiklah aku sudah siap bertemu gadis itu.

"Hai Run"

"Al kenapa tidak bilang kalau kamu sudah pulang, Kamu keterlaluan buang buang ongkosku saja, aku tadi kerumah sakit dan katanya kamu sudah pulang, kenapa tidak memberi kabar kalau sudah pulang?"

"Hei, aku harus kasih kabar kamu gimana? dengan cara apa? nomor telpon kamu aku ga punya ? Masa Iya

aku harus kerumah kamu dulu, kamu pikir kamu siapa Runa."

"Ya tidak gitu juga Al, Tapi setidaknya kasih tau dulu atau suruh Rifki kasih tahu sama aku, aku juga tidak harus capek-capek kerumah kamu."

"Wah kamu ya Run nyerocos terus sudah seperti petasan kawinan saja."

Syut, jari telunjuk Aldino menempel di bibir Runa yang sejak tadi mengomel karena merasa kesal kepada Aldino yang tidak memberinya kabar kepulangannya dari rumah sakit.

Seketika Gadis itu terdiam seribu bahasa, Mereka saling menatap satu sama lain, hanya ada suara jarum jam yang tidak berhenti, dalam keheningan. keduanya sama-sama kaget ketika bibik datang mengantarkan minuman.

"Minumnya den."

Em

"Iya bik terima kasih bik."

"Silahkan diminum Non"

"Iya, bik, Terima kasih bik."

"Makanya jadi orang tidak usah cerewet Dengerkan dulu orang mau bicara apa."

"Ya sudah sekarang mau bilang apa."

"Aku pulang dari rumah sakit karena tidak ada yang mengurus aku maka dari itu lebih baik aku pulang,Sekarang aku tanya sama kamu kemana saja kamu menghilang tidak memberi kabar terus tahu tahu kamu bicara tidak karuan.

"Kamu juga tidak memberi kabar kepada ku."

"Ya sudah maaf maaf,aku harus menemui ibuku makanya aku suruh Rifki menjaga kamu."

"Kalau ngomongnya tidak pakai ngegas kan enak dengernya, telingaku sampai sakit denger kamu ngomong Run."

"Wah kamu ya kalau kamu memberi taju aku sejak awal aku tidak bakal ngegas."

"Ekh kok ngegas lagi, Bisa tidak kalau ngomong itu yang lembut tidak usah pakai kenalpot."

"sudah aku mau pulang tidak ada gunanya aku disini."

"Ya sudah pulang saja,Tahu kan pintu keluarnya apa mau aku tunjukkan dimana pintu keluarnya,Dasar cewek aneh."

"Dasar cowok nyebelin."

"Dasar cewek kepala batu."

Runa pun pergi meninggalkan Aldino. Sepanjang jalan Runa menggerutu kalau saja aku tidak ketemu cowok nyebelin itu aku pasti tidak akan kesal seperti ini buang buang tenaga saja. Dia pikir dia siapa seenaknya saja. Jangan mentang mentang dia orang kaya bisa seenaknya saja.

Semua orang dipinggir jalan menatap kearah Runa.

"Wah sayang ya cantik-cantik tidak waras."

"Iya pak saya memang tidak waras."

Gadis itu benar-benar kesal.

Terpopuler

Comments

Rendi Taufik

Rendi Taufik

nice Thor

2022-01-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!