Benih Cinta 1

Bintang menghiasi langit, malam ini udara dingin menusuk pori-pori kulit. Mungkin terasa dingin karena aku baru saja keluar malam. Aku merebahkan badanku dan memainkan ponselku kulihat akun Facebook milik Meli kupandangi postingan foto. Aku mencoba mengirimkan permintaan pertemanan kepadanya.

Entah apa yang terjadi denganku, sepertinya aku mulai memikirkan anak konglomerat itu. Mungkinkah dia merasakan seperti apa yang aku rasakan.

Aku mematikan ponselku dan mulai memejamkan mata.

Tok Tok

"Den Aden."

Suara Asisten rumah tangga ku yang sudah kuanggap sebagai keluargaku karena bibik sudah bekerja sejak aku masih bayi.

"Hem,Iya kenapa bik, 5 Menit lagi bik."

"Den nyonya pulang, Den disuruh sarapan den."

"Iya,Bik aku mandi dulu."

Aku bergegas bangun, mengambil handuk bergegas mandi dan bersiap-siap menemui mama yang jarang ku temui,bukan karena hubungan kami tidak baik namun karena orang tuaku sibuk dengan bisnisnya.

"Assalamualaikum ma."

"Walaikumsalam sayang."

"Sehat kamu Le."

"Sehat ma.'

Orang tua ku orang Jawa Timur Ponorogo. Ayahku orang Tanggerang. Jadi kami menggunakan bahasa Jawa jika dirumah.

"Maaf yo le, mama sibuk ora due waktu go kue, seng semangat sekolah le."

"Yo ma, Ora Popo Ma Seng penting sampean sehat Ma."

"Gimana Mama wes arek due calon mantu urung?"

"Doakan wae Ma."

Aku tersenyum ketika orang tuaku menggoda menanyakan calon menantu. Pacar saja belum punya apa lagi calon mantu. Mama Mama ada ada saja.

"Mama mau pamit nanti malam mama mau berangkat ke luar negeri, mau nemuin pak Wongso untuk tanda tangan kontrak pabrik kertas kita yang mau dikembangkan disana."

"Iya, Ma."

Aku tersenyum.

"Papa gak ikut pulang ma?"

"Oalah le mama ini mau nyusul papamu neng kono Lo Le,Uda kangen ya sama papa."

"Iya, Ma."

"Ma aku duluan ya kekamar."

"Iya Le."

Aku mencium kening mama. Walaupun aku jarang bertemu dengan orang tuaku. Tapi aku tidak pernah marah dengan kesibukan mereka, aku sudah terbiasa sejak kecil diurus dengan bibik.

Aku ke kamar, kembali merebahkan badanku, mengambil ponselku dan melihat beberapa pemberitahuan di ponselku.

Ku lihat beberapa notifikasi ternyata permintaan pertemanan ku dengan Meli sudah diterimanya.

Aku mencoba menghubungi nomor telepon Meli.

Tut Tut.

"Hallo."

Terdengar suara lembut gadis itu, aku bangun dari tempat tidurku dan mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dengan teman perempuan ku.

"Hallo juga Mel."

"Kenapa Al?"

"Gak papa cuma pengen ngobrol."

"Oh, Gimana jadi nanti sore main kerumah?"

"Iya! tapi ada yang marah tidak kalau aku kesana?"

"Apaan sih Al,sudah sampai ketemu nanti sore ya?"

"Ya Uda."

Tut Tut, Telpon pun sudah di tutup.

Sore masih lama, Rifki ada gak ya, aku berniat pergi kerumah Rifki.

Aku mengambil kunci motor ku dan pergi kerumah Rifki.

Kebetulan rumah Rifki tidak berjauhan denganku hanya beberapa kilometer.

Tin tin.

Terlihat seorang laki-laki sedang merapikan tanaman di teras rumahnya. Aku memarkirkan kendaraan roda dua di halaman rumah itu.

"Lagi sibuk ya ki?"

"Bukan lagi sibuk, cuma cari kesibukan saja kalau hari libur."

"Biasanya libur pun kamu masih dikampus?"

Rifki memang anggota BEM dikampusku. Jadi segala kegiatan yang dilakukan di kampus sudah pasti dia terlibat.

"Hei Al gimana Runa?"

Rifki menanyakan keadaan gadis yang kemarin tidak sadar.

"Kalau kemarin sih sudah baik-baik saja, semalam aku juga sudah lihat dia di minimarket di dekat lampu merah, sudah kelihatan sehat Ki"

"Syukurlah kalau begitu."

"Kamu kenal sama dia Ki?"

Aku bertanya dengannya karena Rifki sepertinya kenal dekat dengan Runa.

"Aku kenal sama dia, cuma gak terlalu dekat saja,dia itu adik tingkat kita,dia itu suka bantu ibunya jual gorengan diseberang kampus kita."

"Emmm."

Aku hanya mengangguk dan tidak berkomentar apa pun.

"Runa itu salah satu mahasiswa dengan beasiswa, dia kuliah juga dengan biaya sendiri tanpa dibantu oleh orang tuanya."

"Hebat banget, Uda cantik pekerja keras pintar pula."

"Kenapa kamu suka?"

Rifki menatap ku sambil tertawa.

"Tidak aku cuma tanya saja."

"Kalau kamu mau,aku punya nomor ponselnya siapa tau kamu ingin kenal dia lebih dekat."

Rifki mencoba menawarkan nomor ponsel agar aku menghubunginya. Kulihat Rifki sedang membereskan tanaman-tanaman yang berserakan aku mencoba untuk membatunya.

"Ki cari makan yuk?"

Aku mencoba mengajak Rifki untuk Kuliner mencari makan siang karena perut sudah mulai memainkan musik keroncong.

"Boleh, Aku ganti baju dulu ya."

"Woke!"

Aku menunggu dikamar Rifki,kuambil gitar dan mencoba memetik talinya dengan kunci-kunci semampuku, C,G,F.

Ku lepas semua yang ku inginkan

tak akan ku ulangi

pernahkah jika aku bermimpi

lihat lah ku disini

tak akan lelah aku menanti

tak akan hilang cintaku ini

hingga saat kau tak kembali

kan ku gemgam

dihati saja

jreng jreng

"Audisi di tutup, Anda tidak lolos"

hehehe Rifki tertawa

"sudah ayo berangkat."

Aku meletakkan gitar ditempat semula

kemudian melemparkan kunci motorku dengan Rifki. Rifki pun menyambarnya dengan satu tangan.

"Cari makan dimana Al?"

"Terserah kamu aja ki."

Kami pun berboncengan mengendarai sepeda y milikku, Diperjalanan kami berhenti karna lampu merah.

Aku menoleh melihat dimana aku melihat Runa. Namun tak nampak gadis itu, apakah rumah gadis itu disekitar sini atau dia hanya sekedar membeli barang belajaan saja.

"Ki, tadi malam aku lihat Runa di minimarket itu"

Menunjuk dan mengarahkan tanganku kearah pusat perbelanjaan.

"Oh itu, Mungkin saja Runa tinggal di daerah sini."

Rifki mengisyaratkan bahwa dia tidak tau kalau dia tidak tau alamat tempat tinggal gadis itu.

Rifki mulai memainkan tangannya menarik gas motor dengan berlahan dan menghidupkan lampu sen ke sebelah kanan. Aku belum tau Rifki mau makan dimana, aku ikut sajalah.

Kami berhenti disalah satu kafe Denaiku, menyediakan beberapa makanan khas Palembang, kita makan disini saja ya.

Kami masuk dan melihat-lihat tempat kosong tanpa di duga-duga kami melihat Runa sedang makan Tekwan Palembang disana bersama Temannya yang ternyata teman Rifki.

"Wah kebetulan Al kita kesana saja yuk?"

Rifki mengajakku duduk bergabung dengan Runa dan temannya.

"Boleh Juga Ki"

"Boleh gabung tidak?"

"Hai Kak!, Boleh duduk sini."

Salah satu gadis itu menyapa Rifki dan aku dan kebetulan ada dua kursi kosong.

Runa Menatapku, dan tersenyum.

Kami bercanda bertukar pikiran, sebenarnya yang bercanda Rifki dan temannya aku dan Runa hanya ikut-ikutan.

Runa anak yang manis,ramah dan ceria. Berbeda dengan meli yang pendiam Runa lebih ceria dan mudah bercengkrama dengan orang lain.

Tidak terasa waktu pun berjalan dengan lancar.

"Ya sudah Ki bayar dulu sana punya mereka juga ya."

Aku menyodorkan uang kepada Rifki untuk membayar makanan yang kami pesan.

"tidak usah kak kita bayar sendiri."

"Ya sudah lain kali kita makan lagi kalian yang bayar kali ini biar kita dulu yang bayar."

"Boleh-Boleh."

Kami pun berpisah di depan kafe Denaiku dengan arah yang berbeda. Aku menatap Runa dan tersenyum. Runa pun membalas senyumanku.

Aku Mengantarkan Pulang Rifki. Setelah mengantarkan Rifki aku kembali kerumah. mencuci muka dan mencuci tanganku mengganti pakaian dengan celana pendek dan kembali merebahkan badan ku di sofa.

Aku belum melihat ponselku dari tadi ternyata ponselku sudah kehabisan baterai aku mengambil charger dan kembali merebahkan diri untuk istirahat sejenak.

Dikeheningan siang, Aku mulai memikirkan Mely. Tiba-Tiba gadis itu muncul dibenakku. Ada apa dengan ku, apakah ini benih cinta atau hanya sebatas mengagumi semata.

Terpopuler

Comments

Wiwin Pgaa

Wiwin Pgaa

good

2022-02-03

2

Rico Cucung Pak Surek

Rico Cucung Pak Surek

menarik Thor😁

2022-01-13

1

Eka Susanti Rmp

Eka Susanti Rmp

p

2021-12-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!