Gadis penjual Gorengan

Sementara itu, dikeheningan malam disaat semua orang tertidur lelap, ada yang terbangun mempersiapkan dagangan sebagai pejuang rupiah untuk kehidupannya.

Namun, Gadis itu senang melakukan semua itu, membantu orang tua tunggal karena ayahnya sudah lama meninggal. Jadi dia harus berjuang dengan ibunya untuk biaya kehidupannya sehari-hari.

Lagi pula gadis itu tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya, Hanya karena dia hidup dengan segala kekurangan namun tidak menyurutkan semangatnya.

Untuk gadis seusianya, yang senang jalan-jalan ataupun shopping bersama teman-teman. Namun, tidak dengan gadis satu ini yang tidak pernah malu dengan keadaannya. Justru sebaliknya dia senang membantu ibunya bekerja paruh waktu bahkan sejak kecil gadis ini sudah digembleng untuk hidup mandiri.

Iya Aruna namanya perempuan yang terjatuh pingsan didepan kampus.

Setiap hari sebelum pergi kekampus Runa selalu membantu ibu membawa dan mendorong gerobak gorengan yang menjadi sumber utama kehidupan mereka.

Sering Runa menjadi pusat perhatian teman sekampusnya yang julit terhadapnya. Namun, gadis itu benar-benar tidak menjadikannya sebagai alasan dia tidak membantu ibunya.

Justru semua itu menjadi motivasinya, untuk menjadi lebih bersemangat. Jika boleh jujur Runa mungkin lelah namun ketika dia melihat ibunya rasa lelah menjadi hilang berganti dengan semangat.

Berbeda dengan kehidupan Aldino dan Meli yang memang sudah kaya karena orang tua mereka adalah pengusaha sukses. Jika teman-teman dikampus tidak terlalu memperdulikan nilai yang nomor satu bukan nilai kompetensi namun penampilan.

Nilai hanya pendukung, namun itu tidak berlaku untuk Runa gadis penjual gorengan dia tidak memperdulikan penampilan yang dia utamakan adalah nilai akademik karena jika nilainya turun maka beasiswa akan dicabut.

"Bu Runa berangkat dulu."

"Iya hati-hati ya nak"

Runa mencium tangan ibunya, dan tersenyum sambil menatap wajah ibunya yang sudah mulai keriput.

Hatinya terkadang ingin menangis, Melihat ibunya dengan segala keadaan, ketika dia hidup didesa diusir karena tidak membayar kontrakan.

Makan karena belas kasihan dari orang lain, Bahkan hidup dijalan karena belum memiliki kontrakan.

Makan satu bungkus nasi berdua itupun untuk satu hari. jika lapar mereka minum air putih untuk menghilangkan rasa lapar.

Jika hinaan dari pelanggan itu bukanlah hal besar namun itu makanan dan di jadikan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi.

Semua penderitaan itu terjadi ketika ayah Runa belum lama meninggal saat Runa berumur 8 tahun. Kini Runa sudah berumur 21 Tahun semua itu hanya bagian dari masa lalu.

Runa benar benar tidak ingin mengingatnya kembali.

Runa tidak mau menjadi manusia yang egois, walau dia tau siapa saja orang yang sudah memperlakukan dia dan ibunya secara tidak manusiawi. Baginya balas dendam yang paling baik adalah menjadi sukses karena kesuksesan adalah sebuah tamparan keras untuk orang-orang yang sudah menghina kita.

Jika kita melakukan hal yang sama dengan orang-orang diluar sana yang sudah menyakiti kita lalu apa bedanya kita dengan mereka.

Kedai gorengan Runa memang tidak berjauhan dengan kampusnya. Cukup berjalan kaki kira-kira 500 Meter.

Sesekali Runa naik motor itupun jika ada teman sekelasnya memberi tumpangan kepadanya.

Setelah berjalan kira-kira 100 meter. Rifki melihat Runa berjalan, Dia berhenti disebelah Runa.

"Hi Runa,mau ke kampus naik yuk, bareng sama aku?"

"Tapi sudah dekat kak."

"Sudah naik!"

"Bener tidak merepotkan kak Rifki."

"Tidak, Masa gini saja repot, To kita juga satu tujuan."

Runa pun segera naik motor Rifki.

Rifki memang kenal dengan Runa tidak cukup dekat itu terjadi karena Rifki sering membeli pisang goreng karamel yang dijual oleh ibunya Runa.

Setelah Rifki memakirkan motornya, Runa mengucapkan terima kasih atas tumpangannya.

"Makasih ya kak."

"Iya, Sama-sama."

Runa pergi berjalan meninggalkan Rifki karena kelas Runa dan Rifki berbeda,walaupun satu jurusan.

Terlihat dari kejauhan, Aldino dan Meli terlihat berangkat bersama. Namun, Runa hanya melihat dari kejauhan karena mereka memang serasi sama-sama orang kaya, sama-sama tampan dan cantik.

Mereka bejalan bersama, semua mata tertuju kepada mereka berdua, mendadak satu kampus menjadikan mereka sebagai tranding topik semua memberitakan kedekatan mereka. Aku tidak memperdulikan mereka hanya cukup tau kalau mereka berpacaran.

"Hii Run."

AlDino menyapaku karena tidak sengaja berpapasan dengan mereka.

"Hii juga."

Gadis yang ada di sebelahnya sama sekali tidak menoleh kearah Runa.

"Ya sudahlah kalau begitu aku duluan ya, soalnya sudah ditunggu sama teman-teman."

Aku bergegas meninggalkan Aldino, padahal aku tidak ditunggu oleh siapa siapa. hanya saja aku tidak suka melihat raut wajah gadis yang ada disebelah Aldino.

Hari ini hanya ada satu mata kulyah, Jadi aku akan segera pulang dan membatu ibu berjualan.

Selain berjualan aku juga mengajar anak-anak les matematika dengan bayaran Rp.5000 untuk satu kali pertemuan dengan durasi waktu 2 jam.

Semua itu aku lakukan untuk membantu ibu, terkadang ibu juga menasehati ku untuk tidak terlalu lelah dan sibuk membantunya.

"Tugasmu itu belajar bukan bekerja mencari uang biarkan ibu yang bekerja, kamu belajar agar tidak menjadi seperti ibu."

Itulah yang selalu dikatakan oleh ibu. Runa tau ibunya sangat sedih melihat Runa sudah tidak menghiraukan masa mudanya dan menghabiskan waktunya untuk membatu ibu dan mencari tambahan.

"aslamualaikum bu."

Runa memberi salam kepada ibunya.

"Walaikumsalam nak, Sudah pulang kamu, kenapa cepat sekali?"

"Iya bu, hari ini hanya satu mata kulyah jadi tidak lama bu."

Runa menyimpan tas kedalam lemari yang ada dibawah gerobaknya.

kemudian mengambil spatula yang dipegang ibunya.

"Kamu itu makan dulu,Baru bantu ibu?"

"Nanti bu, Kita makan bareng aja ya bu"

"Ya sudah kalau begitu"

Beberapa teman kuliahku terkadang juga mampir untuk membeli beberapa gorengan.

Ibu berjualan dari pagi hingga menjelang magrib. Jika Runa tidak mengajar anak-anak les Runa membantu ibu hingga sore namun jika mengajar Runa pulang duluan, karena les dimulai setiap jam 3 sore selama tiga hari.

"Bu Runa pulang duluan ya."

"Iya hati-hati ya Run"

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Runa pergi meninggalkan ibunya,karena harus mengajar anak-anak les. Runa sudah terlambat karena itu dia mempercepat langkah kakinya dengan sedikit berlari-lari kecil.

Karena terburu-buru, Runa tidak sengaja menerobos lampu merah dia tidak melihat bahwa lampu hijau sudah menyalah.

"Praaaaaakkkk"

"Ahhhhhh"

Runa menjerit karena kaget

Terlihat seorang pengendara motor terjatuh karena mendadak menarik rem motornya untuk menghindari Runa. Semua kendaraan mendadak berhenti dan melihat keluar, semua orang mengerumuni pengendara motor itu.

Aku benar-benar takut, kakiku gemetar jantungku berdegup tidak karuan.

"Siapa itu ayo cepat telpon ambulans"

Terdengar samar-samar suara warga yang mendekati korban kecelakaan itu.

Kemudian seorang warga menghampiriku dan mengajakku ketepian untuk duduk.

Diberikannya sebotol minuman mineral untuk menenangkan diri.

"Kamu tidak apa-apa?''

dengan perasaan gugup aku pun mencoba menjawabnya.

"Aku tidak apa-apa pak"

Siapa pengendara motor yang hampir saja menabrakku.

Terpopuler

Comments

Wiwin Pgaa

Wiwin Pgaa

semagat

2022-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!