Dilema cinta

Harapan tidak saja membuat hidup lebih terarah. Dengan harapan, seseorang juga bisa jadi lebih bijaksana dalam menentukan sikap.

Begitu juga dengan Runa yang mempunyai harapan untuk selalu membahagiakan ibunya.

ibu yang juga sosok ayah baginya.

Gadis itu benar-benar hebat tidak pernah mengeluh dengan semua keadaan yang di alaminya.

Setiap pagi membantu ibu jika tidak ada pembeli Runa membuka buku dan belajar, disela-sela waktu istirahatnya dia juga belajar. Karena dia yakin tidak ada usaha yang akan mengkhianati hasil.

Hari ini ada kegiatan yang diadakan dikampus , dalam memperingati hari jadi kampus yang ke 23 jadi semua mahasiswa diwajibkan hadir dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Runa berangkat lebih awal karena akan menonton pertandingan bola basket antar kelas.

Gadis itu Melangkahkan kakinya dengan penuh harapan semoga perwakilan kelas bisa menjadi pemenang.

"Hai Run?"

"Hei Aldino, Sudah sembuh ni kalau sudah ke kampus?"

"Aku tidak sakit Run, yang sakit cuma perasaan aku saja."

"hahaha..."

"Pagi pagi sudah galau."

"La kamu juga si Run, nanya aku sudah sembuh aku kan kemarin hanya tidak sadarkan diri."

"Tidak sadarkan diri kan sama seperti sakit."

"Sudah tidak usah dibahas, mau ke kampus kan."

"Iya, kamu pikir mau kemana kondangan."

"Ya mungkin saja kamu mau kondangan."

"Is..."

"Mau berangkat bareng."

"Tidak usah Al, lagi pula aku terbiasa jalan kaki."

"Kalau terbiasa jalan kaki sekarang naik motor dulu."

"Al kamu maksa aku."

"Sedikit Run."

"Tidak Ah aku tidak mau nanti ada nenek sihir."

"Buruan naik, Pegel ni."

"Aku jalan kaki saja Al, aku tidak mau terlibat lagi urusan kamu dan nenek sihir."

"Run aku tidak akan pergi kalau kamu tidak naik bersama aku."

"Al aku tidak suka dipaksa, lebih baik kamu pergi duluan saja."

Runa berjalan meninggalkan laki-laki itu.

Dengan cekatan Aldino menarik tangan Runa.

"Hentikan Al, lepaskan tanganku tidak enak dilihat orang."

"Kalau begitu naik, Anggap saja ini balas budiku atas kebaikan kamu."

"Baiklah."

"Ini helm dipake dulu."

Runa mengenakan helm berwarna hitam yang disodorkan oleh Aldino.

Mereka pun berangkat bersama.

"Run ternyata ramalan aku kemarin benar-benar terjadi ya, kalau kamu bakan bertemu dengan ku."

"Itu hanya kebetulan saja."

Dengan sengaja Aldino memainkan Gas motornya membuat tubuh Runa mendekat kepada Aldino."

"Kamu sengaja ya, bisa bawa motor tidak, kalau tidak bisa aku turun."

"Makanya duduknya jangan jauh-jauh nanti aku disangka ojek."

"Dasar cari-cari kesempatan."

"Heh Kepala batu aku tidak cari kesempatan cuma ada kesempatan untuk kesempatan itu."

hahaha

"Sialan kamu ya Al, Turun aku mau turun sekarang atau aku teriak."

"Teriak apa Run, kamu mau bilang aku culik kamu mana ada yang percaya,itu tujuan kita sudah kelihatan sekarang aku kasih kesempatan untuk teriak tapi nanti pas dikampus oke."

"Al aku turun disini saja."

"Kenapa Run, aku tidak mau jika teman-teman melihat kita bersama nanti disangka aku merebut kamu dari Mely."

"Run tidak usah bahas Mely bagiku Mely hanya bagian dari masa laluku."

"Aldino berhenti di parkiran kampus."

"Runa segera turun, dan hal memalukan tejadi."

Runa tidak menyadari bahwa helm masih ada di kepala belum dia copot.

"Run, Runa."

"Apa lagi Al."

"Kamu Lupa sesuatu."

"Ya aku lupa berterima kasih."

"Bukan itu Run."

"Apa lagi Aldino."

"Helm ku mohon dikembalikan."

"Ups Sory."

Runa segera membukanya namun tak bisa.

"Perlu bantuan."

"Tidak perlu Al, aku bisa sendiri."

Runa menarik-narik tali helm itu namun tidak bisa.

"Kamu yakin tidak perlu bantuan."

"Tolong."

"Na gitu donk, susah banget bilang minta tolong Aldino yang tampan."

"Ih Najis ya Al, sudah cepat tolong buka."

Mereka berdua saling berhadapan Aldino mulai membuka pengait helm itu Runa memperhatikan Aldino mereka pun saling bertatapan.

"Cie-cie Aldino."

Salah satu teman yang berada diparkiran.

"Sudah ganti lagi Al, Hebat juga ya Baru satu minggu putus sudah dapat yang baru, Pakai susuk pemikat apa Al."

"Kamu hati-hati ya kalau ngomong."

"Jangan emosi dulu donk, aku cuma mau tanya pake dukun mana Al."

"Aku bilang jaga mulutmu."

"Al kemaren anak konglomerat sekarang gadis paling pintar dikampus, habis ini siapa lagi."

"Brukkk..."

Satu pukulan melayang tepat diwajah laki-laki itu."

"Cukup Al, jangan terpancing emosi Runa berusahan menenangkan Aldino."

"Sekarang kamu pergi, pergi."

Runa menyuruh pergi salah satu mahasiswa yang menghina Aldino. laki-laki itu pun pergi meninggalkan Aldino.

"Awas kamu Al."

"Sini kalau berani jangan cuma ngomong doang."

"Sudah Al, kamu tidak boleh terpancing malu dilihat teman-teman."

Aldino hanya diam.

"Sekarang kamu minum dulu Al."

Runa mengeluarkan botol minum dari tas ranselnya, dan menyodorkannya kepada Aldino.

"Makasih Run,"

"Iya sama-sama."

"Al aku duluan ya tidak enak teman-teman semua menatap kita, aku tidak mau menimbulkan masalah baru."

Aldino tidak menjawab Runa segera meninggalkan Aldino tampa mengambil botol minunya.

"Run kenapa baru datang, pertandingan sudah mau dimulai."

"Maaf kak."

"Run kamu lihat Aldino tidak, soalnya dia salah satu kapten di tim lawan."

"Aldino masih diparkiran kak."

"Rifki segera menyusul Aldino diparkiran."

Belum sempat Rifki sampai diparkiran tiba-tiba berpapasan dengan Aldino.

"Na ini dia yang dicari."

"Sudah ditunggu sama tim yang lain."

"Maaf-maaf aku ganti baju dulu ya."

"Buruan pertandingan mau di mulai."

Aldino berlari menuju ruang ganti untuk mengganti pakainnya. kemudian masuk kelapangan.

"Yeh."

"Aldino, Aldino semua wanita yang mengidolakannya bersorak mendukungnya."

Runa berada dikursi barisan nomor tiga diantara penonton yang lain. dia mendukung kelasnya yang menjadi lawan dari tim Aldino.

"Jadi Aldino itu juga jago main basket."

"Prit"

Pluit di tiup pertandingan pun dimulai.

Nyaris semua mendukung permainan Aldino. Mereka semua mengidolakan Aldino berteriak histeris. Apa lagi ketika beberapa kali Aldino memasukan bola kedalam ring semua berteriak.

"Ternyata jago juga Aldino bermain basket."

Tiba-tiba mata Runa tertuju pada wajah yang sejak tadi menatapnya dari kejauhan.

"Kenapa penyihir itu menatapku."

Namun Runa pura-pura tidak melihat gadis itu. Mely dan gengnya terlihat menatap Runa dengan penuh amarah.

Hingga ahir pertandingan sepertinya mata mereka tidak beralih seperti burung elang yang melihat anak ayam dan akan menerkamnya.

Runa tetap tenang tampa terpancing amarah. Pertandingan berahir semua orang meninggalkan tempat perlombaan.

"Hei Runa Perebut pacar orang."

"Mel aku tidak mau ribut, jadi stop ganggu aku."

"Kenapa kamu malu, kalau ternyata di dalam diri mu sudah ada bibit pelakor."

"Cukup Mel, aku sudah cukup sabar dengan semua tingkah kamu."

"Hei teman-teman lihat Gadis penjual gorengan ini?,Berani beraninya dia merebut Aldino dari tanganku"

"Huh.."

Semua teman-teman tiba-tiba berkerumun mengelilingi Runa.

"Hei Mely asal kamu tahu ya aku tidak pernah merebut Aldino dari kamu ya."

"Runa di dunia ini mana ada maling yang mau ngaku."

"Hentikan Mel."

tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri ditengah-tengah kerumunan.

"Cukup Mel, Aku tidak suka cara kamu yang seperti anak-anak."

"Al dia mau merebut kamu."

"Cukup Mel, hentikan omong kosong kamu."

"Al kamu kok bentak aku."

"Aldino tolong urus pacar kamu yang tidak tau diri ini, aku tidak mau ikut ikutan dalam urusan cinta kalian berdua, terlalu rumit."

Runa pun meninggalkan mereka dengan perasaan kesal.

Terpopuler

Comments

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

tomkh aldino terlalu lembek apa masih rsmaja tapi ngak juga banyak remaja gang dewasa ngak lembek kayak aldino

2022-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!