Tak Terduga

Malam itu, Kami memutuskan untuk bermalam di vila. Melly menunjukan kamarku dan kamarnya terletak bersebelahan.

"Al kalau kamu butuh apa-apa panggil saja mang Udin dan istrinya, dia juga ada di vila ini, tugasnya menjaga dan merawat vila ini.''

Perjalanan yang melelahkan. kulihat Meli pun terlihat Lela ahirnya kami pun memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Aku merebahkan badanku diatas kasur dengan balutan sepre berwarna putih.

Terdengar gemericik air dari kamar sebelah. Mungkin Meli sedang mandi.

Ahhhh otakku benar-benar traveling. Membayangkan mimpiku siang tadi bersama Runa seandainya saja yang hadir Meli.

Aku pergi ke ruang keluarga kunyalakan TV mencari acara yang bisa membuatku mengantuk.

Tak lama setelah aku menonton, terlihat Meli mengenakan pakaian tidurnya keluar dari kamarnya. Harum parfumnya menusuk hidungku aroma yang begitu segar.

"Nonton apa Al?"

"Tidak tau ini iklan dari tadi."

"Sini duduk, aku mempersilahkan gadis itu untuk duduk disebalahku."

Gadis itu pun tampa berfikir panjang langsung duduk diseblahku.

"Kamu gak dingin mandi malam-malam?"

"Ya tidak,memangnya kamu gak mandi bau tau!"

Gadis itu mencoba meledek Ku dengan gayanya.

"Aku itu tidak bisa tidur kalau tidak mandi dulu."

"Kalau gitu nanti malam aku saja yang temani kamu tidur."

"Ihhh gak mau."

Suara manjanya begitu menggoda, kami saling menatap dengan posisi saling berhadapan.

Suasana menjadi pecah ketika remote Tv terjatuh. Kami pun menjadi salah tingkah.

Kami menonton Tv sambil menikmati Snack dan minuman yang kami beli tadi.

Meli menempelkan kepalanya ke arah bahuku. Tentu saja aku tidak menolaknya. ku usap kepalanya beberapa kali.

Ketika aku menoleh kearahnya, ternyata gadis itu sudah tertidur. Aku tidak tega membangunkannya. Aku mencoba merebahkan badannya ke sofa. Kemudian mengangkat dan membawanya ke kamar.

Setelah sampai kekamarnya, kuletakkan gadis itu ke atas tempat tidur. Aku memandangi tubuh gadis itu, ingin rasanya menelusuri setiap lekuk tubuh gadis itu tapi aku sadar aku bukan siapa-siapanya.

Aku mengambil selimut yang ada dibawah kakinya. Kemudian memakaikan selimut itu kepadanya. Aku mengelus kepalanya kemudian mencium keningnya.

"Saat ini hanya ini yang dapat aku lakukan."

"Good night Mel."

Kutinggalkan dia dan kututup pintu, aku kembali ke kamarku. Aku pun mematikan ponsel dan lampu kamar kemudian tidur.

Semakin pagi udara semakin dingin semakin erat pula menarik selimut. Udara pegunungan memang benar-benar dingin.

"Tok tok."

"Al Boleh aku masuk."

Suara seorang gadis, aku masih dibawah alam bawah sadarku.

Aku tidak menjawab namun suara pintu dibuka pun terdengar di telingaku tapi mataku tidak mau terbuka hanya telingaku yang bangun mataku menolak untuk bangun.

kreeeeeeek

"Al bangun sudah pagi, Kamu mau ikut joging tidak menikmati udara sejuk dipagi hari."

Aku tidak menjawab, aku tidak hanya diam melawan rasa kantukku.

Ahirnya Meli pergi,Ketika gadis itu beranjak dari tempat tidurku, dengan refleks tanganku menyambar tangannya dan menariknya hingga Meli terjatuh tepat disampingku.

Aku tidak berkata apa-apa hanya memeluknya dari belakang. Aku benar-benar tidak sadar hanya dorongan itu menguasai diriku.

Meli pun tidak bertindak dia terlihat menikmati suasana. Apa dia tidak enak hati untuk membangunkan aku atau justru itu yang dia inginkan kehangatan setelah kepergian sang mantan.

Entahlah aku tidak tau. Aku hanya mengikuti arah hatiku kemana dia harus mengarahkan aku.

Sejujurnya aku memang menyukai gadis ini. tapi melihatnya seperti ini, sepertinya dia terlalu mudah untuk didapatkan.

Sambil memeluknya dalam diam aku Bertanya.

"Apakah aku laki-laki pertama yang diajak kesini?"

atau

"Aku yang ke sekian diajak kesini?"

Segudang pertanyaan itu mulai berdatangan kemurnian gadis ini. Membuat pudar keinginan ku untuk menjadikan pacar sekaligus pendamping hidup yang di dambakan orang tuaku.

Cukup lama aku memeluknya, Tiba-tiba dia terbangun dan mengalihkan tangan ku aku pura-pura tidur. Terlihat dia keluar dari kamarku Tampa sepatah kata pun.

Aku segera membuka mata, Apakah gadis itu marah atau hanya tidak enak hati untuk membangunkan aku. Sudahlah nanti akan ku bicarakan. Kalau dia marah berarti aku harus minta maaf.

Sementara itu didapur mang Udin dan istri terlihat sedang sibuk menyiapkan beberapa hidangan untuk sarapan pagi.

"Sudah bangun den"

"Iya mang, Meli kemana mang kok tidak ikut sarapan."

"Non Meli baru saja keluar menyiram tanaman."

Mang Udin menunjukkan tangannya ke arah kebun dibelakang vila.

"Oh ya sudah mang, Tapi dia udah sarapan mang."

"Sudah den."

Aku kembali meneruskan breakfast. Setelah ini

aku berusaha untuk menemuinya, Belum selesai aku breakfast, terdengar suara langkah kaki bejalan mendekatiku. Mendadak mencium pipi kiri,membuat aku kaget dan langsung menoleh ke arahnya.

Emmmmuah

"Selamat pagi Al."

"Pagi juga Mel."

"Gimana nyenyak tidurmu."

"Ya, Begitulah."

"Sini sarapan."

"Aku temenin kamu saja ya,Tadi aku sudah sarapan."

Meli benar suka tidak sama aku, Atau cuma sekedar dijadikan pelampiasan saja.

Aku benar-benar dibuatnya kalang kabut dengan kejadian yang menurutku diluar nalar. Apa perempuan diluar sana seperti Meli segampang ini menaklukkan hatinya.

"Jadi sudah ada planning belum hari ini."

"Kita jalan-jalan kearah perkebunan aja ya Al."

"Emmm Siap tuan putri."

Setelah Breakfast selesai. Kami segera bersiap-siap ke kamar masing-masing terdengar suara gemericik air disebelah berarti gadis itu sedang mandi.

Akupun melakukan hal yang sama, kuambil beberapa pakaian dari koperku kemudian menutupnya kembali.

"Al sudah belom aku tunggu kamu didepan ya."

"Iya iya sebentar lagi."

Aku mempercepat gerakku agar Mely tidak terlalu lama menungguku.

"Ihh kamu sudah seperti anak gadis saja, lama sekali mandinya."

"Air keran kamu tu mati, aku mencoba membohonginya."

"Mandi saja kekamarku kalau air di kamarmu airnya mati."

Padahal aku hanya berpura-pura, Sungguh di luar dugaan. Aku benar-benar bingung dengan sikapnya sungguh berbeda dengan yang aku banyangkan selama ini, dibalik kelembutan suara dan sikap tersimpan hasrat yang bergejolak didalamnya.

Kami berangkat dengan mengendarai mobil ku.

"Mang Udin sedang menyapu halaman yang kotor karena dedaunan yang kering."

Melihat aku menyalakan mesin mobilku dengan refleks laki-laki berumur 50 tahun itu pun segera membukakan pintu gerbang utama.

"Makasih ya mang"

"Iya, den"

Kami pun mulai berjalan meninggalkan vila putih itu. Matahari menyinari mengiringi perjalanan aku dan Meli.

Belum cukup jauh perjalanan kami, Sejauh mata memandang perkebunan teh yang benar-benar indah. Menghiasi area itu benar-benar menyejukkan hati kita.

Terlihat beberapa karyawan PT pabrik teh, Berjalan secara berkelompok untuk bekerja memetik Teh, Memang benar kawasan itu masih menggunakan jasa buruh untuk memetik Teh.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

I

2023-12-31

0

Wiwin Pgaa

Wiwin Pgaa

good

2022-02-03

1

Rico Cucung Pak Surek

Rico Cucung Pak Surek

lanjut Thor😁😁😁

2021-12-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!