Rumah Sakit

Ayo cepat-cepat bawa kerumah sakit terdekat.

Suara gemuruh riuh orang-orang menolong laki-laki itu.

Tak lama kemudian kebetulan ada ambulance yang kebetulan lewat.

Laki-laki itu segera dibawa kedalam ambulance. seorang laki-laki berumur 40 Tahun juga menggandengku.

"Ayo neng kita ikut mengantar, Barang kali neng butuh perawatan, karena wajah neng pucat sekali"

Aku pucat bukan karena sakit, namun aku benar-benar takut.

"Iya pak"

Aku duduk di depan, karena dibelakang para perawat sedang melaksanakan pertolongan pertama.

Aku benar-benar takut, takut disalahkan jika terjadi sesuatu dengan laki-laki itu. Belum lagi jika ibu tau apa yang terjadi ibu bisa sangat khawatir, aku tidak mau jika sakit ibu akan kambuh jika mengetahui yang terjadi.

Bagaimana jika laki-laki itu meminta tebusan ganti rugi atau semacamnya, dapat dari mana aku uangnya. Sedangkan ini terjadi karena kesalahnku. kesalahan karena kecerobohan ku. Runa benar-benar bingung seribu pertanyaan yang tidak karuan terus timbul satu persatu dalam hatinya.

Motor yang dikendarai laki-laki itu ditinggalkan di jalan, terlihat di kaca spion mobil ambulance orang-orang menitipkannya di bengkel.

Mobil ambulance melaju dengan berlahan kemudian mulai menekan pedal gas membuat mobil putih itu melaju dengan kecepatan tinggi dihidupkan sirine mobilnya, membuat kendaraan disekitarnya menyingkir dan memberi perluasan jalan.

Bangunan rumah sakit sudah nampak dari kejauhan, mendekat dan semakin dekat.

Terlihat ketika ambulance yang kami tumpangi mendekat para perawat yang bertugas segera menolong dan membawa pasien kedalam ruang UGD.

Runa dan beberapa orang yang ikut mengantar laki-laki itu menunggu didepan ruang UGD.

"Ada yang sudah menghubungi keluarganya?"

"Belum, tidak ada yang tau itu siapa?"

Seorang laki-laki bertanya kepadaku.

"Kamu kenal dengan dia nak? sepertinya dia seumuran dengan mu."

"Tidak pak aku tidak tahu"

Jelas Runa tidak tau dengan laki-laki itu karena dia belum sempat melihat wajahnya. Hanya yang dia tau motornya berwarna kuning.

"Permisi ada apakah ada keluarga pasien?"

Seorang dokter keluar dari ruang UGD.

"Pasien hanya mengalami luka ringan, namun untuk sementara pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat, Karena tangan kanannya belum dirongsen untuk mengetahui apakah ada keretakan pada lengan tangan kanannya."

"Baik dok nanti kami akan menghubungi keluarganya."

Jawab salah satu lelaki yang ikut mengantar kerumah sakit.

"Neng kamu mau diperiksa ayo bapak antar masuk ke ruang rawat."

"Tidak pak saya tidak apa-apa saya hanya syok saja."

"Ya sudah kamu jaga dia sementara waktu dulu sampai keluarganya datang. Kami akan mencoba menghubungi keluarganya."

"Iya,Pak."

Aku menyusul laki-laki itu ke ruang rawatnya. Ketika aku masuk laki-laki itu masih belum sadar.

Betapa terkejunya Runa saat melihat kearah tempat tidur pasien ternyata laki-laki yang celaka karena ulahnya adalah Aldino, teman sekampusnya yang juga anak pemilik pabrik kertas yang sangat tersohor karena kekayaannya.

Apa yang harus Runa katakan jika dia terjaga, Dan apa yang akan dia lakukan jika dia sudah sadar.

Apakah Aldino akan meminta ganti rugi atau malah sebaliknya Aldino akan memasukan Runa kedalam penjara karena tidak sanggup membayar buaya rumah sakit dan perbaikan motor di bengkel.

Runa benar-benar bingung. tidak tau harus bagaimana.

Runa mendekat ke arah Aldino yang belum sadarkan diri.

Tak butuh waktu lama, Tiba-tiba Tangan Aldino bergerak sedikit disusul dengan mata yang mulai terbuka.

Runa diam dan hanya menatap laki-laki itu.

"Dimana aku?"

Aldino bertanya sambil memegang kepalanya,mungkin sedikit pusing karena benturan tadi untung saja dia menggunakan helm jadi area kepala tidak terluka.

"Kamu ada dirumah sakit."

Aldino mencoba mengingat kejadian yang menimpanya.

Setelah beberapa detik dia mengingat kejadian yang menimpanya Aldino mencoba untuk duduk.

Gadis itu mencoba membantunya,Namun Tiba-tiba.

"Kamu cewek yang tadikan, Gara-gara kamu aku jadi kecelakaan, Kenapa kamu ada disini?"

Aldino mendadak menaikan tekanan darahnya.

"Maaf Al aku tadi buru-buru, Aku benar-benar gak tau kalau lampu hijau sudah menyala."

"Aku benar-benar minta maaf."

Gadis itu mencoba menjelaskan kepada Aldino.

"Kamu pikir dengan kamu minta maaf semuanya akan kembali."

"Pokoknya aku gak mau tau ya, Kamu harus ganti rugi semuanya."

Tapi Al aku tidak punya uang untuk membayar semua biaya rumah sakit dan perbaikan motor.

"Pokoknya aku tidak mau tau ya."

Runa meneteskan air mata, dia tidak bisa menahan rasa sedihnya. Bukan karena dia harus menanggung semuanya hanya saja dia takut apa yang akan terjadi kepada ibunya jika dia menceritakan semuanya.

"Kenapa kamu menangis Run?"

Aldino merasa luluh karena dia tidak bisa melihat wanita menangis didekatnya.

"Tidak apa-apa Al,Aku hanya teringat ibuku."

"Permisi mbak mas,

Makan siangnya dan juga obatnya jangan lupa diminum ya mas.'

"Iya sus"

Runa tidak menoleh, karena dia tau kalau matanya sembab karena menangis. Setelah langkah kaki suster menjauh hingga tak dengar lagi. Runa segera mengambil makan siang.

"Aku Bisa makan sendiri."

"Ya sudah ini makan sendiri."

Aldino mencoba makan sendiri namun apalah daya tangan kanannya sakit. Namun dia merasa gengsi jika harus meminta Runa membantunya.

"Sini sini aku bantuin."

"Tidak usah aku bisa sendiri."

Aldino tetap ngotot tidak mau menerima bantuan dari Runa.

"Tangan kamu sakit, sudah tidak usah kebanyakan gaya.".

Runa langsung merebut sendok dari tangan kiri Aldino.

"Kamu kasar banget jadi cewek."

"Sudah tidak usah banyak bicara cepetan makan."

Runa menyodorkan sendok makan yang berisi nasi dengan lauk tahu.

"Kalau tidak terpaksa aku tidak mau ya, disuapin sama kamu."

"Siapa juga yang mau nyuapin kamu."

Setelah selesai makan Runa menyiapkan obat yang harus diminum Aldino.

"Ponsel aku dimana ya?."

Aldino menanyakan ponselnya.

"Aku tidak tau dari tadi aku belum melihat ponsel kamu dimana."

"Gimana aku kasih kabar keluarga, kalau ponselku tidak ada."

"Ini ponselku pakai saja,"

Runa menyodorkan ponselnya, Aldino mengambilnya dari tangan Runa.

Aldino menghubungi seseorang.

"Assalamualaikum bik"

"Bik hari ini aku gak pulang ya, bibik tidak usah nungguin aku, karena aku masih ada urusan bik"

Kemudian laki-laki itu menutup telponnya dan mengembalikannya.

Yang membuat heran Runa kenapa dia menelpon bibik, kenapa tidak menelpon orang tuanya, dan kenapa dia tidak terus terang kalau dia ada dirumah sakit.

"Terima kasih."

Aldino sangat ketus mengucapkan rasa terima kasih.

"Iya sama-sama."p

Al aku mau pulang dulu ya,aku takut orang tuaku kwatir.

"We tunggu dulu, pulang terus yang jagain aku siapa, kamu mau lari dari tanggung jawab!"

"Siapa yang bilang aku mau lari, Aku mau pulang sebentar menemui ibuku, aku tidak mau dia khawatir."

Runa pun mengeraskan suaranya.

"Baiklah supaya aku percaya aku mau kita buat kesepakatan untuk berjaga-jaga jika nanti kamu kabur."

Gadis itu menggelengkan kepala terheran-heran dengan cara anak konglomerat dihadapannya.

Terpopuler

Comments

Wiwin Pgaa

Wiwin Pgaa

aq suku

2022-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!