...'Allah menyiapkan segala bentuk rasa, tentu dengan segala konsekuensinya pula.'...
...-Keevan'ar Radityan Az-zzioi-...
...BSJ 17 : Sigap, Siap, Sedia membantu...
...****...
Tidak ada yang lebih baik dari keadaanya kini. Rasa hampanya setidaknya tlah terobati, rasa canggungnya setidaknya tlah terkurangi. Seperti burung terbang bebas di langit, berkicauan riang di selingi. Kesenangan dan kelegaan hati yang menyelimuti, tak luput dari pandangan rekan rekan sejawatnya. Setidaknya ia bersyukur, tidak ada kecanggungan diantara mereka yang menggelayuti kembali.
Misi yang mereka jalankan pun sudah hampir usai. 7 target penangkapan telah berhasil di temukan, kini mereka tinggal membantu meng-kondusifkan kembali keadaan.
"Senang sekali kapten, ada apa atuh?"
Tanya pria yang tengah mengisi senjata laras panjang tersebut dengan amunisi.
"Iya, Beta lihat lihat dari tadi Kapten senyum senyum terus!" Lanjut pria berkulit gelap itu ikut mengomentari.
"Hm, pasti ada sangkut pautnya sama dokter Aurra itu?" Lanjut yang lainya.
Sedangkan yang di tanya, hanya menggeleng acuh di tengah tengah keriuhan mereka. Kini para TNI dan POLRI yang ada di sana tengah mengaman lokasi. Jika hari ini keadaan sudah jauh lebih baik, besok rencananya tim kesehatan relawan akan kembali ke Jakarta. Terlihat beberapa relawan juga tengah sibuk menangani pasien yang tengah terluka atau sekedar mengechak kesehatanya.
Tak jauh dari pandangan manik tajam milik Van'ar, pria tampan itu melihat gadis berhijab syar'i yang tengah mengobati beberapa anak anak. Dengan lembut dan cekatan, gadis itu mengobati mereka satu persatu. Hingga datangnya seorang bocah yang tengah menangis tersedu sedu menghampirinya, semua itu tak luput dari manik hitamnya.
"Hiks hiks, kakak dokter tolong...." Rintih bocah lelaki yang tiba tiba datang berderai air mata tersebut.
"Ada apa dek, kenapa menangis?"
Tanya Aurra, sambil menyeka sudut mata bocah kisaran 7 tahun tersebut.
"Mak, mak beta kesakitan.... hiks."
"Mak? Sekarang mak kamu ada dimanà?"
Tanya Aurra lembut.
"Mak ada dirumah... hiks... hiks"
Rintih bocah yang menarik narik ujung lengan gamis Aurra tersebut.
"Mak... mak kesakitan, kakak dokter tolonglah mak beta." Lanjutnya lagi.
Aurra tersenyum kecil, melihat kekhawatiran bocah kecil dihadapanya tersebut.
"Tunggu sebentar ya, kakak mau ambil peralatan kakak dulu. Setelah itu kita periksa mak kamu." Ujarnya, setelah itu ia bergegas.
Mengambil tas ransel miliknya, mengisinya dengan beberapa obat pereda nyeri, antiseptic, dan beberapa suntikan baru juga cairan infus dan botol botol kecil berisi obat cair. Dengan tergesa gesa ia izin pergi keluar, mengajak bocah lelaki yang kini menuntunya dengan tergesa gesa tersebut.
"Jadi rumah Aldatto dimana?"
Tanya Aurra, pasalnya bocah kecil itu sedari tadi terus menerus menariknya kedalam hutan, sambil menangis.
"Rumah Atto, ada di belakang bukit ini."
Ujarnya, Aurra yakin mereka sudah berjalan jauh dari posko tadi. Dan yang ia sesalkan, kenapa ia tidak meminta di antarkan oleh seseorang tadi.
'Astagfirullah haladzim. Aurra lupa!' Batinya sambil terus menyusuri jalan setapak di dalam hutan rimbun tersebut.
Setelah hampir dari 25 menit menyusuri hutan dan anak sungai, keduanya sampai di balik bukit yang tadi bocah lelaki itu tunjuk. Nampaklah sebuah rumah khas milik orang suku papua. Di sekilingnya di tanami tanaman palawija (sayur mayur) juga di pagari hampir menglilingi seluruh rumah. Belum lagi halaman asri yang masih di tumbuhi tanaman semar belukar, menjadikan rumah itu begitu mencolok diantara keasrian di sekitarnya.
"Mak kesakitan kakak, hiks... mak lagi hamil."
Ujar Atto kecil, sambil menarik lengan Aurra.
"Atto, kalau kakak tahu ayah Atto dimana?"
Tanya Aurra hati hati.
"Ayah, hiks... ke kota besar. Ayah pergi cari uang. Kata Ayah hiks, kalau dedek dalam perut mak lahir, perlu banyak uang." Aurra mengangguk mengerti, ia terharu mendengar penuturan bocah pintar ini.
"Kalau begitu, sekarang dimana mak Atto?"
Tanyanya.
"Ayo kakak, mak Atto ada di dalam."
Satu hal yang langsung tercetus di otak cantiknya saat melihat wanita yang tengah hamil besar tersebut. Ibu Atto ini akan segera melahirkan.
"Kakak, ayo bantu makk... hiks."
Pinta Atto, saat melihat Aurra mematung di ambang pintu.
Gadis itu tercengang, dengan segera masuk kedalam. Mendekati wanita yang berusia kisaran 30-tahuanan tersebut.
"Air ketubanya sudah pecah ibu?"
Tanyanya, saat melihat cairan bening itu merembes membasahi daster yang di pakai si ibu.
"I-itu, egghh... s-sudah dokter."
Cicit wanita yang kini tergambar jelas tengah menahan nyeri akibat kontraksi tersebut.
Aurra beristigfar kecil, kali ini ia akan menangani wanita yang akan melahirkan. Jauh 380° dari tugasnya sebagai seorang dokter bedah umum, yang biasanya menangani pasien dengan luka robek, patah, atau pasien bedah operasi. Ini, sungguh Aurra di hadapakan dengan sebuah ujian. Mempertaruhkan dua nyawa sekaligus. Jika pun ia kembali ke posko untuk meminta bantuan, percuma saja. Takutnya waktunya tak cukup, mengingat jarak dari posko dari sini cukup jauh. Belum lagi, memang tidak ada dokter kandungan yang datang bersama mereka. Adapun perawat, mereka di antaranya perawat farmasi yang biasanyanya menangani bagian peracikan obat dan perawat asisten dokter syaraf.
"Kakak" Aurra tersentag.
'Astagfirullah haladzim.' Aurra beristigfar kecil.
"Kakak, kenapa diam saja? Mak beta sudah berdarah." Penuturan Atto itu langsung menyadarkan Aurra.
Dengan sigap ia langsung meraih ransel yang di bawanya. Dengan bantuan Allah subhanahu wata'ala. Semuanya pasti akan bisa terlaksanakan tanpa terkecuali. Sebelum ini ia juga pernah mengikuti seminar tentang kehamilan dan persalinan bersama temanyanya yang juga berprofesi sebagai dokter kandungan. Setidaknya, Aurra hapal beberapa tahap dan fase juga pertolongan pertama bagi ibu hamil yang akan melakukan persalinan secara normal.
"Atto, bisa bantu kakak."
"Iya kak."
"Tolong ambilkan air hangat, masukan kedalam baskom. Kakak juga butuh handuk kecil." Ujar Aurra sambil mengenakan sarung tangan steril yang biasanya digunakan saebagai salah satu APD (Alat Perlindungan Diri) ketika melakukan operasi.
"Dirumah beta tidak ada handuk kakak."
Aurra memutar otaknya cepat.
"Tidak apa apa. Kalau ada kain apa saja, yang penting bersih dan tidak kasar bahanya."
"Iya kakak, Atto mengerti."
Untuk ukuran bocah sekecil itu, Atto sangatlah pintar dan mudah mengerti.
Sepeninggalamya Atto, Aurra beralih menatap wanita hamil yang kini berbaring pasrah sambil mengerang kesakitan diatas ranjang lusuhnya. Gadis itu langsung mengeluarkan Tensimeter-alat untuk mengukur tekanan darah. Karena, pendarahan hebat bisa mengakibatkan si ibu kekurangan darah dan bisa berakibat fatal bagi si ibu dan calon bayinya. Setelah mengetahui tensi darah si ibu normal, Aurra langsung meminta si ibu mengatur deru napasnya. Yang terpenting adalah jangan panik, baik itu dirinya atau si ibu.Karena panik bisa mengakibatkan hal buruk yang tidak di inginkan terjadi.
Ketika sudah membetulkan posisi si ibu agar mempermudah proses persalinan, Aurra langsung mengechak pembukaan berapa si ibu saat ini. Sebelum itu ia sempat meminta maaf terlibih dahulu, karena pengecekan itu dilakukan menggunakan jari agar dapat mengetahui pembukaan berapa saat ini.
Aurra beristigfar kecil, ternyata si ibu sudah pembukaan 10 yang artinya pembukaan yang sudah lengkap.
Si ibu juga saat ini sedang mengalami kontraksi yang teratur. Aurra ingat, ada beberapa fase dan tahap tahapan yang akan di lalui saat seorang ibu akan melahirkan secara normal. Aurra kembali menormalkan detak jantungnya, ia selalu beristigraf juga melantunkan doa doa demi keselamatan si ibu dan bayinya. Yang ia selalu ingat jangan cemas. Pasalnya, tubuh memiliki kemampuan alami untuk memberikan jalan keluar bagi bayi menjelang waktu melahirkan normal. Otot-otot di sekitar jalan keluarnya bayi biasanya akan meregang dan melebar, sehingga bisa dilalui bayi dengan mudah saat proses melahirkan normal. Pesan yang selalu dokter Adnia-dokter kandungan yang juga sahabatnya semasa kuliah dahulu.
Fase pertama biasanya di awali dengan kontraksi hebat dan pembukaan dinding rahim. Kemudian Fase laten (awal).
Pada fase laten atau awal persalinan atau melahirkan normal, kontraksi muncul bervariasi dan dapat berkisar dari ringan hingga kuat. Bahkan, kontraksi juga bisa muncul secara tidak teratur.
Di tahap awal ini, kontraksi tersebut akan memicu penipisan dan pelebaran leher rahim (serv*ks) kira-kira 3-4 cm. Kondisi ini bisa dimulai dari beberapa hari atau jam sebelum melahirkan normal.
Lama waktu berlangsungnya fase awal ini tidak bisa di prediksi, bisa terjadi sekitar 8-12 jam lamanya. Namun, rentang waktu tersebut tidaklah mutlak. Kadang dapat berlangsung sangat cepat, bahkan terkadang juga bisa cukup lama untuk beralih ke fase selanjutnya.
Dokter nantinya akan melakukan pemeriksaan panggul guna mengetahui sudah seberapa lebar serv*ks terbuka. Dengan begitu, waktu melahirkan atau persalinan normal bisa segera di prediksi.
Fase transisi
Setelah berhasil melewati fase awal dan aktif menjelang melahirkan normal, kini Anda tiba di fase transisi. Selama fase transisi, kini serv*ks telah mengalami pembukaan sepenuhnya hingga 10 cm, yang kira-kira bisa dimasuki 10 jari tangan. Berbeda dengan kedua fase sebelumnya, di fase transisi ini kekuatan kontraksi akan meningkat pesat sehingga terasa sangat hebat, kuat, dan menyakitkan.
Untuk saat ini mama Atto sudah memasuki tahap ini. Aurra mencoba tenang, sebelum sebuah suara mengintrupsinya.
"Kakak, abang tentara ini mau datang membantu!" Itu suara Atto, tetapi tentara-tunggu dulu.
Ia menoleh, menatap pria berbadan tinggi menjulang dengan seragam TNI tengah berdiri di samping Atto.
"Van'ar?"
Pria tampan itu mengangguk, Aurra hampir saja menitihkan air matanya. Setidaknya ia punya sumber kekuatan lain untuk mendukungnya melewati semua ini.
"Aku datang untuk membantu. Setidaknya, untuk membuatmu sedikit lebih tenang."
Ujarnya, sambil menghapus air mata yang tak sengaja jatuh dipipi Aurra tersebut.
Iya, Van'ar memang sengaja mengikuti mereka tadi. Dan hasilnya benar, ada seseorang yang tengah berjuang disini. Ia tahu jika ini jauh dari job seorang dokter bedah umum, tapi ia percaya jika Aurra mampu menyelamatkan keduanya-baik ibu dan bayinya.
"Terimakasih, sudah datang." Lanjut Aurra sebelum kembali fokus kearah sang ibu.
Sedangkan Van'ar dan Atto datang membawa baskom berisi air hangat dan juga kain yang Aurra yakini bukan handuk tetapi bahanya ia yakini itu cukup baik. Dan saat ini mama Atto sudah emasuki tahap Tahap kedua.
Ketika telah menyatakan pembukaan serv*ks ke-10, tandanya mama Atto sudah siap untuk menjalani proses melahirkan normal. Beberapa wanita kerap mengalami adanya dorongan untuk mengejan, karena seperti ada sesuatu di dalam tubuh yang hendak keluar.
Sebelum benar-benar timbul keinginan untuk mengejan, efek kontraksi yang kuat seharusnya sudah mendorong posisi bayi. Kepala bayi biasanya telah berada di posisi cukup rendah alias sudah sangat siap untuk keluar melalui v*gina.
Ketika serv*ks sudah terbuka sepenuhnya, Aurra menganjurkan mama Atto untuk mengejan. Supaya tubuh bayi akan bergerak menuju vag*na yang merupakan jalan lahir bayi.
"Mama, coba tarik napas, buang."
"Tarik napas, buang." Intruksi Aurra sambil memfokuskan dirinya.
"Huhh... huh... Eghh"
Proses mengejan selama melahirkan normal ini bertujuan untuk mendorong bayi keluar.
Selama proses ini berlangsung, si ibu akan merasa seperti ada tekanan dari kepala bayi yang mendorong tubuhnya. Inilah memicu munculnya kontraksi cukup kuat, sehingga membuat si ibu berusaha mengejan.
Setahu Aurra Jika ini merupakan kali pertama Anda melahirkan, proses persalinan normal melalui vag*na ini bisa berlangsung sekitar 3 jam. Namun karena ini proses melahirkan anak ke-2 proses ini biasanya bisa berlangsung lebih singkat sekitar 2 jam lamanya. Akan tetapi, kembali lagi, waktu ini tergantung dari kondisi tubuh masing-masing ibu.
"Kepala bayinya sudah terlihat mama. Ayo tarik napasnya lagi mama." Intrupsi Aurra.
Van'ar pun tak luput membantu, ia relakan tangan kekarnya di pengang erat oleh mamak Atto saat mengejen. Manik tajamnya menatap kearah lain, sambil melafalkan do'a demi keselamatan si ibu dan bayinya. Sedangkan Atto, berdiri sambil membacakan doa sesuai kepercayaanya kepada tuhan, agar bisa menyelamatkan ibu juga calon adiknya.
Aurra memberi intruksi agar menahan mengejan, sambil sesekali mengintukai untuk menarik napas. Hal ini akan memberikan waktu bagi otot perineum (otot di antara v*gina dan anus) untuk merenggang, sehingga kemudian Anda akan melahirkan dengan perlahan.
Kemudian ketika sudah ďirasa cukup sesuai posisi si bayi, Aurra mengintripsi si ibu untuk mengejen kuat kembali. Membiarkan bayi merah itu keluar dengan berlahan. Dengan sigap dan tangan gemetar Aurra menggendongnya, membiarkan darah merah yang menyelimuti tubuh bayi itu mengotori jilbab panjangnya. Ucapan hamdalah terus ia panjatkan menyambut kelahiran bayi mungil tersebut.
Oeeekk
Oeeekk
"Subhanallah, bayinya sudah lahir." Ucapnya bergetar menahan tagis.
Lega dan bahagia saja rasanya mungkin tidak cukup untuk mengungkapkan rasa haru setelah berhasil proses persalinan bayi ini dengan normal. Peristiwa meneganggan sekaligus menakjubkan ini tentu membuat aurra meneteskan air matanya, terharu.
Semua itu tak luput dari manik Van'ar tentunya, namun perjuangan Aurra dan si ibu belum selesai. Kini tinggal berusaha untuk mengeluarkan plasenta.
Plasenta adalah organ yang melindungi dan menjaga kehidupan bayi selama berada di dalam kandungan. Dalam kondisi ini, rahim masih terus berkontraksi sehingga memicu plasenta untuk keluar melalui v*gina. Seingat Aurra ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengeluarkan plasenta dari dalam rahim.
Pertama, dengan melibatkan tindakan guna mempercepat prosesnya. Anda akan di suntikkan obat, sehingga tidak perlu mengejan dan berusaha lebih keras. Di sini, obat yang akan merangsang munculnya kontraksi, kemudian kita tinggal menarik plasenta keluar secara perlahan. Namun berhubung ini sangat darurat, yang dapat di lakukan adalah opsi kedua. Yaitu berlangsung secara alami atau tanpa tindakan medis. Proses ini di lakukan supaya si ibu berusaha terus mengejan, sehingga plasenta lama-lama akan memisahkan diri dari dinding rahim. Terakhir, plasenta keluar sendirinya melalui vag*na.
"Ayo mama, tinggal plasentanya yang belum keluar." Ujar Aurra engintrupsi sambil menyemangati mama Atto lewat manik hazel teduhnya.
Setelah dengan perjuangan luar biasa dan penuh haru biru, mama Atto dan bayi dapat melewati persalinan dengan selamat. Ibu maupun bayinya dalam keadaan sehat. Plasentanya pun sudah keluar setelah beberapa saat. Tali pusar si bayi pun sudah dipotong dengan gunting dari satu set alat bedah yang Aurra bawa daŕi ranselnya.
Kini mamak Atto melakukan kontak antar kulit (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi sambil terus mengucap syukur menyambut kelahiran sang putri. Ya, bayi yang baru saja lahir itu berjenis kelamin perempuan. Lahir di usia kandungan matang, dalam artian sudah waktunya. Deñgan berat badan dan suhu tubuh normal dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Si ibu juga tidak terlalu banyak kehilangan darah, dengan segera Atto dan Van'ar memberi dirinya satu gelad teh manis hangat.
Oeeekk
Oeeekk
Tangis kecil bayi kecil itu kembali terdengar seperti saat pertama kali lahir ke dunia. Aurra terisak kecil,ia sungguh tidak menyangka. Dengan tanganya sendiri, ia telah membantu proses persalinan seorang ibu.
"Terimakasih ibu dokter, karena ibu dokter putri saya lahir dengan selamat." Kata mama Atto, yang langsung diangguki kecil oleh Aurra.
Gadis itu tersedu sedu, sungguh besar pengorbanan wanita ketika melahirkan seorang nyawa baru kedunia. Bertaruh di antara hidup dan mati, demi kelahiran sang buah hati.
Grep
"Ssstt, kamu hebat. Kamu menyelamatkan dua nyawa sekaligus Aurra."
Percayalah, sekuat apapun menolak Aurra tak dapat mengelak. Pelukan pria tinggi jangkung ini menenangkah hatinya, menetralkan gemuruh hebat di dalam hatinya. Aurra butuh ini, butuh pelukan hangat yang memberinya support ketika baru saja melewati peristiwa menakjubkan sekaligus menegangkan di dalam hidupnya.
"Jangan menangis, aku bangga kamu bisa seperti ini." Suara bass pria itu kembali mengalun, dengan usapan kecil mampir di pucuk hijabnya. Sungguh, Aurra masih saja gemetaran saat ini. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia lalui.
"Bapakk..." Teriakan semangat Atto membuat keduanya beralih.
Seorang pria yang datang dengan tergesa gesa membuat mereka terkejut.
"Atto, adikumu sudah lahir?"
Tanya penuh syukur, sambil berlari menghampiri istri dan anaknya.
Datangnya ayah Atto ternyata bersama dengan seorang bidan dan warga lainya.
Aurra tersenyum senang nan lega, si kecil kembali di periksa oleh bidan setempat. Setidaknya perjuanganya tidak sia sia, saat semua orang berterimakasih kepadanya. Biarlah waktu mengingat,dan sejarah mencatat. Hari ini Aurra Putri Haidan, S.Ked yang juga bergelar Magister of republick healt (M.P.H) sebagai dokter bedah umum membantu seseorang yang ternyata jauh berbeda dengan jobdesk-nya.
Namun perkataan seseorang kembali menghangatkan hatinya yang sempat didera ketaķutan luar biasa juga keraguan.
"You are strong grils, and I fround of you Aurra."
**
To Be Continue
Holla guysss😄😄
Update lagi nihhh,hayooo gimana menurut kalian???
Ini buanyak banget lohhh, jadi tolong vote dan like ya supaya aku makin semangat nulisnya. Jangan lupa komentar juga. Maaf kalau masih banyak typo🙏🙏
Ok, selamat menjalankan ibadah puasa dan see you next part.
Sukabumi 29 April 2020
09.15
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
buk e irul
bikin aku mewek Thor tapi bahagia banget
2021-11-22
2
Septy Cweet
uluuuhhh.....uluhhh van'ar
2020-10-11
4
Anisa Fitria
kesemsem van'ar
2020-09-13
2