Mencintai Gadis Lugu

Mencintai Gadis Lugu

gadis cantik

PART 1.

“Aw! Sial!” Ketusku kesal

Mobilku mogok karena kehabisan bahan bakar. Dan aku terkejut saat terdengar suara orang yang merintis kesakitan.

"Aw! Sakit." Suara perempuan yang meringis kesakitan.

Aku beranikan diri untuk keluar dari dalam mobil dan mencari sumber suara tersebut.

'Siapa yang berani berdiri di tempat gelap seperti ini?' Batinku, dan mataku melotot sempurna saat melihat seorang gadis belia sedang duduk di bawah lampu penerangan jalanan.

"Aw! Sakit bangat." Suara itu kembali terdengar.

"Siapa di sana?" Aku berani 'kan diri untuk bertanya apa lagi ini di pinggir jalan yang sepi.

"Siapa di sa ..." ucapanku terpotong saat sosok wanita itu berjalan mendekatiku

"Aku mohon bantu aku," ucapnya dengan menahan sakit di bagian lututnya yang terluka dan berdarah.

'Apa ini jebakan?' Gerutuku dalam hati dan tetap berhati-hati terhadap gadis di hadapanku, siapa tahu dia adalah wanita jahat.

"Siapa nama kamu? Dan berapa umur kamu?" Aku kembali bertanya. Dengan dua pertanyaan sekaligus.

"Nama saya Asmitha, Tuan," sahutnya dan menundukkan kepala.

"Umur saya, enam belas tahun." balasnya dan masih menundukkan kepala, sesekali menarik ujung dress yang ia kenakan.

Ternyata benar dugaanku kalau gadis belia ini masih berumur belasan.

"Rumah kamu dimana? Biar aku antar kamu pulang." Ujarku pada gadis yang bernama Asmitha.

"Aku nggak punya rumah." Sahutnya dan meneteskan air mata.

Segera aku buka jacket dan menutupi tubuh mungilnya yang sedikit terbuka di bagian dada.

"Pakai ini biar tidak ke dinginan." Ucapku dan menyodorkan jacket milikku untuk Asmitha.

"Ya sudah, malam ini kamu pulang ke rumah saya," lanjutku dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobilku.

Dengan cepat dia masuk dalam mobil, dan aku segera memacu mobil dengan kecepatan tinggi, karena perutku sudah sangat lapar.

Tidak berapa lama kami sampai di rumah.

"Kamu malam ini tidur di sini, besok baru pulang." Ucapku pada Asmitha.

"Terimakasih Tuan," sahutnya dan menyodorkan 'kan kembali jacket jeans yang berwarna navi padaku.

Karena sekarang sudah berada di ruangan yang terang terlihat jelas di bagian wajah nya berwarna merah seperti bekas pukulan. Bahkan di bagian kaki dan juga tangannya ada toresan luka.

"Bi, Bibi," segera aku panggil 'kan Bibi ijem.

"Iya Tuan." sahut Bibi Ijem pembantu yang sudah belas tahun bersamaku.

"Tolong siap 'kan air panas!" Aku meminta Bibi Ijem untuk menyiapkan air panas untuk Asmitha.

"Untuk siapa Tuan?" Bibi Ijem kembali bertanya. Mungkin beliau terkejut karena selama ini aku tidak pernah mandi air panas.

"Untuk dia," sahutku, dan menunjukan jariku kearah Asmitha.

“Calon istri?” Balas Bibi Ijem yang membuat aku kaget.

Mana mungkin gadis kecil yang berumur enam belas tahun ini mau jadi calon istri aku yang sudah berumur tiga puluh dua tahun? Rasanya mustahil, bukan?

"Bukan," sahutku singkat.

"Baik Tuan," Bibi Ijem langsung ke kamar mandi dan siap 'kan air panas untuk Asmitha.

"Sudah saya siap 'kan Tuan."

"Kamu mandi sekarang," ucapku pada Asmitha.

"Baik Tuan," sahutnya dan berlalu ke kamar mandi di temani Bibi Ijem.

Dan aku langsung ke kamar untuk mandi. Karena badanku terasa lengket.

Sekitar setengah jam aku melakukan ritual di kamar mandi dan sekarang aku sudah rapih dan wangi. Segera aku turuni anak tangga untuk menyantap makan malam yang sudah di sajikan Bi Ijem di meja makan.

"Bi, mana Asmitha?" Ujarku dan memperhatikan ‘kan di sekeliling ruangan tapi tidak nampak juga gadis kecil itu.

"Belum keluar, Tuan," sahut Bi Ijem.

"Apa? Dia masih mandi?" Balasku heran.

Aku bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Aku coba dekat 'kan kuping ku pada daun pintu. Tapi tidak ada suara air mengalir atau apa pun dari dalam kamar mandi.

"Asmitha! Asmitha!" Ujarku, dari depan pintu.

Tidak ada jawaban dari dalam dan tentu saja itu membuat aku kawatir dengan keadaan nya. Karena takut terjadi sesuatu dengan Asmitha Aku beranikan diri untuk buka pintu. Aku terkejut saat melihat Asmitha yang sudah tergeletak di lantai kamar mandi. Bergegas aku lilitkan handuk pada tubuhnya dan mengendong nya ke kamar.

"Bibi, tolong ambil minyak kayu putih, dan tolong oleskan pada hidung dan juga pelipis nya.” Ujarku pada Bibi Ijem dan memintanya untuk gosokan minyak.

Setelah selesai mengosok kan minyak pada Asmitha, aku meminta Bibi Ijem keluar.

"Bibi, boleh keluar sekarang," Ujarku pada Bibi Ijem dan aku masih menemani Asmitha yang belum sadar.

Karena masih terlihat bekas merah di bagian wajahnya Aku gosok ‘kan minyak kayu putih agar bekas merah bisa hilang.

Setelah itu aku pakaian selimut dan beranjak keluar dari kamar. Tapi tanganku di tahan.

"Tuan, aku mohon pinjam aku uang 80 juta," ucap Asmitha yang membuat aku terkejut.

"Aku janji akan mengganti nya nanti," lanjut Asmitha.

‘Untuk apa uang sebanyak itu?" Gumamku dan menatap lekat nanarnya.

Bukannya aku tidak mau membantu nya, tapi aku tahu untuk apa uang sebanyak itu. Apa lagi Asmitha masih anak gadis kecil. Dan kebutuhan nya tentu belum terlalu banyak.

"Untuk apa uang sebanyak itu?" Sahutku dan menepis pelan tangannya.

Bukannya menjawab bertanyaanku, Asmitha malah menangis, dan tentu saja itu yang membuat aku bingung dengan keadaan nya.

"Untuk apa?" Ujarku pelan. Karena tidak ada jawaban dari Asmitha, aku segera melangkah keluar. Tapi langkahku kembali terhenti saat namaku di panggil oleh Asmitha.

"Tunggu Tuan!" teriak nya saat diriku ingin keluar dari kamarnya.

"Datang dan temui aku di ruang tamu," sahut dan segera keluar dari kamarnya.

#Pagi hari ...

"Gadis cantik dengan harga 80 juta," pesan yang masuk di aplikasi warna hijau milikku.

Aku baca pesan yang di kirim ‘kan oleh kontak tanpa nama tersebut.

"Dijamin masih masih ori." pesan kembali masuk.

"Siapa kamu?" Aku membalas pesan tersebut.

"Aku Rangga, kalau minat kita bisa ketemuan di cafe Bintang," tanpa menunggu lama orang yang bernama Rangga kembali membalas pesanku.

Pesan kembali masuk dengan gambar seorang gadis cantik berambut panjang.

Aku telan saliva ku dengan kasar, pasti setiap lelaki yang memandangnya sudah past berhasrat.

Aku perhatikan seksama gambar itu dan terkejutnya aku setelah memastikan jika gambar adalah Asmitha.

"Apa karena orang ini? Tapi apa hubungan pria ini dengan Asmitha?" Batinku. Dan segera hapus gambar yang di kirim oleh pria yang bernama Rangga.

Aku kembali mengirim pesan pada Rangga dan menyetujui kalau besok aku akan bertemu dengannya di cafe bintang. Tentu saja aku ingin mencari tahu siapa Rangga sebenarnya dan apa hubungannya dengan Asmitha.

bersambung ...

Terpopuler

Comments

Emma The@

Emma The@

Mampir

2022-01-16

0

Yuni Astuti

Yuni Astuti

next

2021-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!