"Sesakit itu kah perkataan aku?" teriakku pada Asmitha yang sudah melangkah jauh dariku. Tidak dia hiraukan pertanyaan aku dan terus saja dia berjalan dengan kaki kirinya yang terluka. Aku yang tidak mau kehilangan dirinya pun berlari dan menarik tangannya dan bersujud meminta maaf pada Asmitha.
"Aku minta maaf," ucapku dan memegang tangan Asmitha.
"Ayo kita pulang," ujarku pelan pada Asmitha. Tapi Asmitha hanya diam, dan menepis kasar tanganku.
Aku tidak tahu lagi dengan cara apa aku harus membujuk Asmitha supaya pulang ke rumah, apa lagi sudah tengah malam.
"Ya udah, kalau kamu enggak mau pulang," ucapku, dan segera bangkit berdiri.
Karena sudah kehabisan akal, dengan sekuat tenaga aku gendong tubuh Asmitha ke dalam mobil, tapi Asmitha tetap berontak dan berteriak yang membuat pengguna jalan melihat kearah mobilku. Dengan cepat aku tutup bibir Asmitha menggunakan bibirku, dan tentu saja cara itu bisa membuat Asmitha diam membisu.
"Sorry, kita pulang sekarang," ucapku pelan.
"Aku enggak mau pulang," balas Asmitha singkat.
"Gini ajha deh, sekarang kamu pulang dan kamu jadi pembantu di rumah." aku memberikan Asmitha pekerjaan biar dia enggak pergi dari rumah.
Akhirnya Asmitha mau balik ke rumah sebagai pembantu.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Karena kaki kirinya Asmitha sakit terpaksa aku harus gendong Asmitha sampai ke dalam rumah. Sampai di dalam aku baringkan Asmitha di sofa.
"Kamu tunggu di sini," ucapku pada Asmitha, dan aku segera ambil kotak obat di lemari.
"Mana kakinya, biar aku obatin," ujarku, dan duduk di samping Asmitha.
Dengan pelan aku bersihkan luka nya dengan air, setelah itu aku oleskan obat pada kakinya yang luka. Selesai obatin lukanya aku kembali mengendong Asmitha ke kamar.
"Sekarang kamu istirahat," ucapku pada Asmitha.
Aku langsung ke dapur ambilin makanan untuk Asmitha.
"Ayo makan," aku sodorkan sepiring nasi dan juga lauk.
Dengan lahap Asmitha menyantap makanan. Sesekali matanya melirik ke arahku.
"Terimakasih," ucap Asmitha.
"Iya," sahutku singkat.
"Sampai kaki mu sembuh total, kamu baru boleh kerja," lanjutku.
Setelah Asmitha selesai makan, aku kembali ke dapur untuk antar piring kotor, dan langsung ke kembali ke kamarku.
🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️
#pagi hari
Jam sudah menunjukan pukul empat pagi, dan tentu saja Bibi Ijem sudah bangun dan mengerjakan pekerjaan nya sebagai pembantu. Karena mendengar suara dari arah dapur aku bergegas ke sana. Ternyata Bibi Ijem dan Asmitha lagi masak.
"Ehem," aku berdeham, dan membuat Bibi Ijem dan Asmitha kaget.
"Selamat pagi, Tuan," ujar Bibi Ijem.
"Pagi juga, Bi," sahutku.
Asmitha membuang muka saat melihat aku berada di dapur.
"Tuan, mau minum kopi?" Bibi Ijem bertanya padaku.
"Iya, tapi Asmitha yang bikin," sahutku.
"Baik, Tuan." sahut balas Bibi Ijem.
"Asmitha, tolong antar di balkon," ucapku.
Aku langsung ke balkon dan duduk manis sambil menunggu Asmitha antarkan kopi pesanan ku. Tidak menunggu lama Asmitha pun datang membawa kopi.
"Ini Tuan, kopinya," ujar Asmitha pelan, dan meletakkan kopi di atas meja.
"Terimakasih kasih." Balasku
"Asmitha," ucapku yang membuat kaki Asmitha berhenti melangkah.
Aku hampiri Asmitha, dan kembali meminta maaf pada Asmitha.
"Aku --- aku minta maaf," ujarku pelan.
"Jangan cuekin aku, aku enggak kuat kalau di cuekin," lanjutku dan memegang tangannya. Tapi Asmitha hanya diam, segera ku tarik tubuhnya ke dalam pelukanku dan sekarang enggak ada lagi jarak di antara aku dan Asmitha, dan sekarang posisi aku dan Asmitha saling berhadapan itu yang membuat jantung aku berdebar kencang.
"I love you," aku bisikan di telinga Asmitha, dan mencium kening Asmitha.
"Jangan tinggalin aku lagi," lanjutku.
"Tuan enggak pantas untuk mencintai wanita murahan sepertiku. Cari lah wanita lain yang layak dan pantas untuk Tuan," sahut Asmitha yang membuat aku terdiam.
Setelah berkata demikian Asmitha langsung keluar.
"Asmitha, Bibi rasa Tuan suka sama kamu," ucap Bibi Ijem yang tidak sengaja aku dengar saat aku ingin ke dapur.
"Baru kali ini, Bibi lihat Tuan Arnold se khawatir itu sama perempuan, apa lagi sama kamu. Kamu dua sangat cocok," lanjut Bibi Ijem.
"Enggak mungkin lah Bi, kalau Tuan suka sama saya," sahut Asmitha.
"Iya, aku emang suka sama kamu," ujarku, yang membuat Bibi Ijem dan Asmitha kaget.
"Kalau kamu enggak percaya, bulan depan kita nikah," ujarku yang membuat Asmitha dan Bibi Ijem kaget.
Aku berlutut di hadapan Asmitha dengan sepasang cincin di tanganku.
"Will you marry me?" ucapku dengan jantung yang berdebar kencang. Apa lagi ada Bibi Ijem yang menyaksikan aku melamar Asmitha.
"Jawab dong Asmitha," ucap Bibi Ijem pada Asmitha.
Aku yang masih berlutut pun mengucapkan sekali lagi pada Asmitha.
"Will you marry me, Asmitha Rahayu?" ucapku pelan.
"Yes," sahut Asmitha singkat, dengan cepat aku bangkit berdiri dan pasangkan cincin di jari manisnya.
Setelah memasangkan cincin pada jari Asmitha aku peluk tubuhnya dan mencium keningnya.
"Terima kasih sudah mau menerima ku," Aku bisikan di telinga Asmitha.
"Akhirnya Tuan, enggak jomblo lagi, semangat ya Tuan, untuk hari H nya," ucap Bibi Ijem padaku.
Akhirnya aku bisa ungkapkan perasaan cintaku pada Asmitha, wanita yang beda mudah dariku
Aku janji setelah ini tidak ada satu orang pun yang bakal sakitin Asmitha.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
#Asmitha brithday
Karena hari ini adalah hari kebahagian Asmitha maka aku harus bawa Asmitha ke salon, biar di dandan yang cantik untuk acara ulang tahunya.
"Kita mau kemana sih, Tuan?" ujar Asmitha heran karena di bawa pergi olehku.
"Kamu duduk diam aja, nanti kamu juga bakalan tahu kita kemana," sahutku, dan menatap Asmitha.
Tidak berapa lama kemudian kami pun sampai di salon kecantikan. Kami langsung masuk ke salon tersebut dan aku meminta pada penjaga salon untuk merias wajah Asmitha.
"Yang cantik ya, Mbak," ujarku pada penjaga salon.
"Kenapa harus di dandan?" ucap Asmitha heran karena dirinya lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun nya.
"Ya, biar cantik calon istriku," sahutku, dan tersenyum manis pada Asmitha.
Setelah selesai dandan, aku langsung bawa Asmitha ke tempat yang sudah aku siapkan
untuknya. Dalam perjalan Asmitha hanya diam dan aku tetap fokus nyetir mobil.
Tapi sebelum sampai di tempat tujuan, aku tutupin mata Asmitha mengunakan kain.
"Kenapa harus di tutup?" Ujar Asmitha.
"Ini 'kan surprise buat kamu," sahutku pada Asmitha.
Setelah itu aku kembali melajukan mobil sampai tempat tujuan. Aku langsung bantu Asmitha untuk turun dari mobil dan pegang tangannya.
"Ayo jalan," ujarku.
"Kita dimana?" sahut Asmitha.
"Masuk ajha dulu, nanti kamu juga bakal tahu tempatnya," sahutku.
Asmitha mengikuti saja perintahku, dan sekarang kami sudah masuk di cafe bintang lima yang sudah di dekor. Dengan tulisan happy birthday Asmitha.
Segera aku buka penutup matanya dan berbisik di telinganya.
"Happy birthday, Sayang," ucapku.
Kelihatannya Asmitha kaget dengan suprise yang aku berikan untuknya bahkan dia baru sadar kalau ternyata hari ini adalah hari ulang tahun nya yang ke tujuh belas tahun.
"Terimakasih," ucap Asmitha, dan menangis.
"Kenapa nangis, Sayang?" ujarku pada Asmitha.
"Terharu ajha, soalnya selama ini enggak pernah di rayakan," sahut Asmitha.
"Sekarang tiup lilinya," ucapku dan menatapnya dalam.
Asmitha pun meniup lilin dan potong kue ulang tahunnya. Potongan pertama dia berikan untuk aku dan potongan kedua untuk dirinya.
"Terimakasih untuk semuanya, aku sayang kamu." Ujar Asmitha.
"Iya, aku juga sayang bangat sama kamu," balasku dan mencium keningnya, dan memberi kado untuk Asmitha
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments