PART 6.
PERINGATAN!! EPISODE MENEGANGKAN!!
"Aw! basah tahu! Teriakku saat percikan air mengenai mukaku. (Pasti emak *** pikir tuan arnold nakal, oh tidak ini hanya mimpi!!!)
'Dasar Bibi Ijem, ganggu ajha orang lagi mimpi enak!'batinku.
"Di depan ada tamu, Tuan," ucap Bibi Ijem.
Tanpa menunggu jawaban dariku Bibi Ijem pun langsung keluar, dan aku mengikutinya. Sampai di depan aku di kaget 'kan dengan kedatangan seseorang yang tidak lain adalah Rangga. Sedangkan di hadapan Rangga ada Asmitha yang berontak melawan Rangga yang menarik kasar tangannya.
"Lepaskan dia!" ketusku dan segera mendekati Asmitha.
"Oh, ternyata Tuan Arnold licik juga," ucap Rangga.
"Aku mau bawah pulang, Asmitha," lanjut Rangga.
Sambil memikirkan cara supaya Asmitha tidak di bawah pulang oleh Rangga, ku tarik Asmitha ke dalam pelukanku, dan berbisik.
"Jangan takut, aku di sini," ucapku pelan dan menepuk pelan pundaknya.
"Siapa yang anda maksud? Dia adalah istriku." sahutku.
"Istri? Sejak kapan kalian menikah?" Balas Rangga dan melotot sempurna.
Dengan sejuta kebohongan aku memberitahu Rangga kalau aku dan Asmitha sudah menikah sejak dua bulan lalu dan sekarang Asmitha sedang mengandung anakku. Aku juga memberitahu Rangga kalau wanita di hadapannya sekarang bukan lah Asmitha.
"Dia Kayra bukan Asmitha!" ketusku meyakinkan Rangga.
"Aku Kayra," ucap Asmitha yang mengikuti drama yang aku buat supaya dirinya tidak di bawah pulang oleh ayahnya.
'Mantap! Ternyata bocah kecil ini paham dengan maksudku.' batinku penuh kemenangan.
Rangga tetap tidak percaya dengan pengakuan aku dan Asmitah, bahkan dia meminta menunjukan cincin pernikahan kami.
"Kalau emang benar kalian sudah nikah mana cincin?" Ketus Rangga dan menarik tangan Asmitha.
"Di kamar," sahutku penuh keyakinan kalau cincinnya ada di kamar.
"Aku mau liat." Balas Rangga.
Segaraku tarik tangan Asmitha untuk mengikutiku ke kamar, dan sampai di kamar aku buka laci meja dan mengambil kontak yang berwarna merah hati, di dalam nya ada sepasang cincin berlian yang aku beli kan untuk melamar Bella kekasihku saat itu. Tapi semuanya sia-sia karena Bella selingkuh di belakangku.
"Ini pakai cincinnya," ucapku pelan.
"Jangan sampai ketahuan sama Rangga. panggil aku Sayang!" ku bisikkan di telinga Asmitha
Setelah pakai cincin aku gandeng kembali tangan Asmitha, dan temui Rangga di ruang tamu.
"Sayang, perlihatkan jari manis mu pada Tuan Rangga," ucapku pada Asmitha.
"Sudah liat?" ucapku pada Rangga saat Asmitha menunjukkan jari manisnya yang sudah di lingkari cincin berlian yang cantik dan pas di jarinya.
"Buku nikah!" ketus Rangga.
"Aku rasa, Tuan Rangga terlalu berlebihan, dan sebaiknya anda pulang, sebelum ..." ucapku terpotong oleh Rangga.
"Hahaha, Tuan Arnold, Tuan Arnold, kamu itu masih belajar jadi mafia. Untuk membohongi ku yang sudah senior, aku rasa tidak pantas!" teriak Rangga dengan nada tinggi.
"Aku pergi sekarang, tapi aku pastikan kalau Tuan Arnold tidak akan tenang!" lanjut Rangga sambil menunjukan jari telunjuk kearahku.
Setelah berkata demikian Rangga bergegas keluar. Tapi belum sepenuhnya kaki nya melangkah keluar aku kembali berteriak, dan menghampiri nya.
"Tunggu!" teriakku.
"Aku tunggu seorang mafia senior balikin uang dengan jumlah dua kali lipat yang sudah di janjikan!" ketusku tepat di belakang Rangga.
"Pergi sana!" ucapku, dan dorong tubuhnya keluar dari pintu rumahku, karena aku tidak mau orang kotor dan bejat seperti Rangga injakkan kakinya di rumahku. Setelah aku tutup dan kunci pintu rumah.
🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️🧚♂️
#Kantor
"Tuan, Asmitha di culik." pesan masuk dari Bibi Ijem. Belum juga membalas pesan Bibi Ijem di luar kantor Rangga bersama teman-temannya sudah memanggilku untuk keluar temui mereka.
"Sial!" ketusku dan memukul meja dengan keras.
"Boss, di luar ada orang yang ingin bertemu boss," ucap Faris sekretarisku."
"Suruh masuk," sahutku.
Tidak berapa lama kemudian masuk lah Rangga dengan raut wajah marah.
"Ada apa anda ke sini?" Ucapku dan tetap santai.
"Aku ke sini hanya ingin memberitahu Tuan Arnold, kalau saat ini istri anda yang bernama Kayra sudah di tangan saya." sahut Rangga angkuh.
"Lepaskan dia!" ketusku.
Tidak menunggu jawaban dariku Rangga keluar dan langsung melajukan mobil meninggal 'kan kantor. Aku juga tidak tinggal diam dan mengikuti nya dari belakang. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan berhenti di sebuah gedung tua.
Rangga dan teman-temannya turun dari mobil, dan juga Asmitha yang tangan nya di ikat mulutnya di lakban. Aku tetap mengintai nya dari jauh.
Tiba-tiba di ponselku ada panggilan video dari Rangga, segera aku terima.
"Apa mau mu?" Ucapku tanpa basa basi.
"Berikan uang 1M, jika mah istri mu selamat." sahut Rangga.
"Oke!" ketusku, dan mengakhiri panggilan video.
Segera aku lajukan mobil untuk masuk pekarangan gedung tua tersebut, dan turun dari mobil. Saat aku turun datang lah kedua orang bodyguard nya Rangga.
"Akhirnya kamu datang juga!" ketus salah satu dari mereka.
"Mana Kayra?" Ucapku menanyakan keberadaan Asmitha.
"Ada di dalam," sahut mereka serentak.
Aku mengikuti dari belakang, dan memasuki gedung tua tersebut, seketika pintu tertutup rapat dan terkunci dari luar.
"Kamu berani juga datang sendiri kesini," ucap Rangga sambil bertepuk tangan.
"Mana buku nikah!" ketus Rangga dan menyodorkan tangannya di hadapanku.
Aku masih tetap diam, dan tidak ingin bicara dengan manusia yang tidak punya hati sama anak gadisnya. Apa lagi sampai menyiksa nya hanya demi uang.
"Tuan Arnold!" Rangga berteriak dengan nada tinggi.
"Aku mohon, lepaskan aku." suara Asmitha yang terdengar samar karena di tutup pakai lakban.
"Oke, berapa yang anda butuh?" Ucapku dan melirik kearah Asmitha.
Rangga memberitahu nominal uang yang dia inginkan, aku pun menyetujui saja permintaan karena aku rasa jumlah uang satu miliar bisa di dapatkan lagi di bandingkan nyawa seseorang.
"Tapi ada syarat nya!" ketusku, dan mataku tertuju pada Asmitha yang sudah kesakitan.
"Apa?" sahut Rangga singkat.
"Lepaskan dia sekarang juga!" Balasku dan menatap lekat nanar Rangga.
Rangga melepaskan ikatan tali di tangan, dan juga membuka lakban yang nempel di mulut Asmitha. Setelah terbebas Asmitha berjalan kearahku, tapi tangannya di tahan oleh Rangga ayahnya.
"Tunggu!" ketus Rangga dan menarik kasar Asmitha.
Aku yang sudah terbawah emosi pun menghampiri Rangga dan menarik kasar tangan Asmitha.
"Lepaskan dia!" teriakku dan menodong 'kan pistol tepat di pelipis Rangga.
Rangga pun melepaskan tangan dan membiarkan Asmitha bergandengan denganku.
"Jangan pernah mimpi untuk dapatkan uang yang bukan hak mu!" ketusku di dekat telinga Rangga, dan pistol yang aku todongkan di pelipisn Rangga belum aku angkat.
"Ayo kita pergi," ku tarik tangan Asmitha untuk keluar dari gedung tua tersebut.
Belum sempat aku dan Asmitha keluar terdengar suara tembakan dari arah Rangga.
"Tu -- Tuan, tolong aku," ucap Asmitha, dan terjatuh di pelukanku.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments