Hati dan Jantung tidak tenang

PART 4. (Mohon dukung author)

Peringatan! Tulisan ini bikin jantung dan hati Enggak bisa tenang!

Segera aku transfer uang 40 juta pada nomor rekening Rangga, dan tidak lupa aku kirimkan juga bukti transfer padanya.

"Terima kasih Tuan," pesan dari Rangga.

Sekarang aku tinggal tunggu transfer dua kali lipat dari Rangga.

"Oke," balasku singkat.

Karena perutku sudah sangat lapar aku turun ke lantai bawah untuk makan.

"Asmitha udah makan?" aku bertanya pada Bibi Ijem.

"Belum, Tuan." Sahut Bibi Ijem.

"Tolong panggil 'kan Asmitha" Pintaku pada Bibi Ijem. Bibi ijem pun langsung ke kamar Asmitha.

Tidak berapa lama Asmitha datang dan duduk di kursi.

"Tuan, panggil saya?" ucap Asmitha.

"Iya, Ayo makan," sahutku dan menyuruh Asmitha untuk makan.

"Saya makan di belakang sama Bibi Ijem saja , Tuan." Balas Asmitha.

"Sekarang kamu itu sudah jadi milik aku, jadi turuti saya perintah ku! Paham!" ketusku dan lanjut makan.

"Makan sekarang, atau perlu aku suap?" ketusku.

Asmitha pun langsung mengambil nasi dan juga lauk. "Selamat makan Tuan," ucap Asmitha.

Tanpa menjawab nya aku habisin makanan yang tersisa sedikit di piringku.

Setalah itu aku mandi dan bersiap untuk temui Rangga yang sudah janji akan pertemukan aku dengan Asmitha.

Ting! Pesan masuk di ponselku.

"Temui aku dan bawah pulang anakku!" pesan dari Rangga.

"Oke," balasku singkat.

Aku temui Asmitha yang lagi asyik nonton tv di ruang tamu, aku hampiri dia dan duduk di dekatnya.

"Asmitha," Aku berbisik di dekat telinga nya, dan membuat Asmitha kaget.

"A-- a--- ada apa, Tuan?" Sahut Asmitha gugup.

"Ganti baju, dan dandan yang cantik." aku menyuruh Asmitha untuk ganti baju karena malam ini dia akan temui ayah nya.

"Buat apa, Tuan?" Asmitha kembali bertanya penuh keheranan.

"Aku antar kamu pulang!" ketusku dan pergi dari hadapannya.

"Ta ---- tapi -- tapi Tuan," sahut Asmitha. Terlihat jelas di raut wajahnya kalau Asmitha tidak mau pulang ke rumah orang tuannya, tapi ini adalah cara terbaik yang harus aku lakukan saat ini.

"Tidak ada tapi-tapian!" ketusku dan melangkah pergi.

Sudah sepuluh menit aku menunggu Asmitha di mobil tapi belum keluar juga itu bocah.

"Ini bocah lama bangat sih?" Ujarku. Dan seketika itu juga muncul lah Asmitah.

Terlihat cantik Asmitha memakai dress berwarna biru dongker yang aku beli kan tadi siang.

"Cepatan masuk!" pintaku pada Asmitha.

"Baik Tuan." sahutnya dan duduk di sampingku.

"Tuan," ucap Asmitha.

"Ada apa?" Balasku dan tetap fokus nyetir.

"Aku mohon jangan kembalikan aku pada ayah," jawab Asmitha dan menunduk kan kepalanya.

"Aku janji bakalan penuhi semua permintaan Tuan." lanjut Asmitha.

Aku tidak hiraukan permintaan Asmitha, karena ini semua sudah aku rencanakan dengan matang. Kalau aku akan pulangkan Asmitha pada ayahnya.

Mobil sudah jauh melaju dan hampir sampai di tempat tujuan. Sedangkan Asmitha hanya diam memainkan jari tangannya.

Tidak berapa lama kami pun tiba di cafe Bintang untuk bertemu Rangga.

Sedangkan aku sudah pesan satu ruangan khusus untuk aku dan Asmitha.

"Silakan duduk," ucapku dan mempersilakan Asmitha untuk duduk di kursi.

"Terima kasih, Tuan." Balasnya dan menjatuhkan bongkok nya di kursi.

"Untuk apa kita kesini, Tuan?" ucap Asmitha.

"Temui ayah mu," sahutku dan segera memesan minum.

Asmitha kembali terdiam dengan raut wajah gelisah.

"Kamu mau minum apa?" aku mencoba untuk menawarkan minum pada Asmitha. Tapi dia menggeleng kan kepala.

Tidak menunggu lama pesanan pun datang.

Sedang kan' di luar sana terlihat seorang pria paruh baya sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya. Ya, tentu saja pria itu adalah Rangga ayah nya Asmitha.

"Sini, coba kamu liat itu!" ketusku pada Asmitha. Dan menunjukan kearah Rangga.

"Yang mana, Tuan?" sahut Asmitha bingung.

"Itu, ayah kamu," ucapku dan menunjukan ke arah Rangga.

Saat melihat Rangga, raut wajahnya berubah seakan dia tidak ingin lagi untuk bertemu ayahnya. Asmitha tarik nafas dan membuangnya kasar.

Huf!

"Ayo, aku antar kamu ke mobil," ucapku pada Asmitha, dan Asmitha pun mengikuti saja perintahku tanpa membantah sedikit pun.

Sampai di parkiran aku langsung menyuruh Asmitha untuk duduk diam di dalam mobil, sedang kan aku akan temui ayahnya.

"Kamu duduk diam di mobil! Enggak boleh kemana-mana." ketusku dan segera pergi untuk menemui Rangga

Setelah itu aku melangkah masuk ke dalam cafe dan samperin Rangga yang lagi duduk manis.

"Hai, Pak Rangga," ucapku.

"Iya, Tuan Arnold. Ada apa tuan kesini?" kelihatannya Rangga kaget dengan kedatanganku.

"Aku rasa Pak Rangga tidak lupa dengan perjanjian kita?" Balasku dan tersenyum ke arah Rangga.

"Apa perlu aku memberitahukan lagi?" Ketusku pada Rangga, dan terlihat jelas kalau Rangga salah tingkah.

"Maaf Tuan," sahutnya.

"Iya. Tapi bagaimana dengan perjanjian kita? Apa dia ada di sini?" Ucapku dan mencoba mengintai seluruh ruangan se akan aku sedang mencari keberadaan Asmitha di ruang cafe ini.

"Di -- dia ..." ucap Rangga terhenti.

"Kenapa?" Balasku .

"Malam ini dia belum bisa, karena Asmitha masih di booking sama orang lain," balas Rangga santai.

"Dasar penipu!" teriakku dan memukul meja dengan keras.

"Sekarang juga kembalikan uang saya, dua kali lipat!" ketusku dengan emosi yang sudah memuncak.

"Tapi, Tuan," sahut Rangga gugup.

"Kamu kembalikan uang dua kali lipat atau aku laporin ke polisi?" Ucapku lagi.

"Tuan, aku minta maaf," ucap Rangga dengan suara gemetar.

"Aku tunggu sampai jam sembilan malam ini, kalau tidak kamu akan tahu akibatnya!" ketusku dan segera pergi dari hadapannya.

"Tuan!" teriak Rangga. Tapi tidak aku hiraukan.

Sampai di parkiran segera aku buka pintu mobil. Dan ternyata Asmitha sudah tertidur.

Aku lajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Aku yang duduk sendirian di kamar kaget dengan kedatangan Asmitha yang hanya pakai baju tembus pandang (yang biasa emak *** sebut baju dinas).

"Ngapain kamu kesini?" Ucapku.

"Tuan," Asmitha memanggilku dengan suara manja.

"Jangan mendekat!" teriakku.

Dengan manja Asmitha menyentuh dada bidangku. Yang kebetulan aku tidak memakai baju kalau saat tidur.

Dengan cepat Asmitha duduk di atas perutku yang berbentuk roti sobek.

Asmitha memainkan jari-jarinya menari di atas dadaku dan juga menyentuh pahaku, yang membuat aku tak berdaya dan pasrah dengan keadaan.

"Tuan," ucap Asmitha dengar manja di telingaku.

"Hmm," aku hanya berdehem saja.

"Ayo, Asmitha layani," ketus Asmitha.

Aku yang tidak mau melewati kesempatan emas ini, langsung aku ***** bibir mungilnya, dan lidahku menjelajah di dalam rongga mulut Asmitha. Asmitha pun membalas mencium bibirku, bahkan dengan pelan dia mengigitnya.

"Aw! basah tahu! Teriakku saat percikan air mengenai mukaku. (Pasti emak *** pikir tuan arnold nakal, oh tidak ini hanya mimpi!!!)

'Dasar Bibi Ijem, ganggu ajha orang lagi mimpi enak!' Batinku kesal.

Bersambung ...

Para pembacaku yang setia maaf kalau tulisan author masih berantakan😂 kalau berkenan mohon kritik dan saran nya biar author rapihkan lagi tulisannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!