PART 1.
“Aw! Sial!” Ketusku kesal
Mobilku mogok karena kehabisan bahan bakar. Dan aku terkejut saat terdengar suara orang yang merintis kesakitan.
"Aw! Sakit." Suara perempuan yang meringis kesakitan.
Aku beranikan diri untuk keluar dari dalam mobil dan mencari sumber suara tersebut.
'Siapa yang berani berdiri di tempat gelap seperti ini?' Batinku, dan mataku melotot sempurna saat melihat seorang gadis belia sedang duduk di bawah lampu penerangan jalanan.
"Aw! Sakit bangat." Suara itu kembali terdengar.
"Siapa di sana?" Aku berani 'kan diri untuk bertanya apa lagi ini di pinggir jalan yang sepi.
"Siapa di sa ..." ucapanku terpotong saat sosok wanita itu berjalan mendekatiku
"Aku mohon bantu aku," ucapnya dengan menahan sakit di bagian lututnya yang terluka dan berdarah.
'Apa ini jebakan?' Gerutuku dalam hati dan tetap berhati-hati terhadap gadis di hadapanku, siapa tahu dia adalah wanita jahat.
"Siapa nama kamu? Dan berapa umur kamu?" Aku kembali bertanya. Dengan dua pertanyaan sekaligus.
"Nama saya Asmitha, Tuan," sahutnya dan menundukkan kepala.
"Umur saya, enam belas tahun." balasnya dan masih menundukkan kepala, sesekali menarik ujung dress yang ia kenakan.
Ternyata benar dugaanku kalau gadis belia ini masih berumur belasan.
"Rumah kamu dimana? Biar aku antar kamu pulang." Ujarku pada gadis yang bernama Asmitha.
"Aku nggak punya rumah." Sahutnya dan meneteskan air mata.
Segera aku buka jacket dan menutupi tubuh mungilnya yang sedikit terbuka di bagian dada.
"Pakai ini biar tidak ke dinginan." Ucapku dan menyodorkan jacket milikku untuk Asmitha.
"Ya sudah, malam ini kamu pulang ke rumah saya," lanjutku dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobilku.
Dengan cepat dia masuk dalam mobil, dan aku segera memacu mobil dengan kecepatan tinggi, karena perutku sudah sangat lapar.
Tidak berapa lama kami sampai di rumah.
"Kamu malam ini tidur di sini, besok baru pulang." Ucapku pada Asmitha.
"Terimakasih Tuan," sahutnya dan menyodorkan 'kan kembali jacket jeans yang berwarna navi padaku.
Karena sekarang sudah berada di ruangan yang terang terlihat jelas di bagian wajah nya berwarna merah seperti bekas pukulan. Bahkan di bagian kaki dan juga tangannya ada toresan luka.
"Bi, Bibi," segera aku panggil 'kan Bibi ijem.
"Iya Tuan." sahut Bibi Ijem pembantu yang sudah belas tahun bersamaku.
"Tolong siap 'kan air panas!" Aku meminta Bibi Ijem untuk menyiapkan air panas untuk Asmitha.
"Untuk siapa Tuan?" Bibi Ijem kembali bertanya. Mungkin beliau terkejut karena selama ini aku tidak pernah mandi air panas.
"Untuk dia," sahutku, dan menunjukan jariku kearah Asmitha.
“Calon istri?” Balas Bibi Ijem yang membuat aku kaget.
Mana mungkin gadis kecil yang berumur enam belas tahun ini mau jadi calon istri aku yang sudah berumur tiga puluh dua tahun? Rasanya mustahil, bukan?
"Bukan," sahutku singkat.
"Baik Tuan," Bibi Ijem langsung ke kamar mandi dan siap 'kan air panas untuk Asmitha.
"Sudah saya siap 'kan Tuan."
"Kamu mandi sekarang," ucapku pada Asmitha.
"Baik Tuan," sahutnya dan berlalu ke kamar mandi di temani Bibi Ijem.
Dan aku langsung ke kamar untuk mandi. Karena badanku terasa lengket.
Sekitar setengah jam aku melakukan ritual di kamar mandi dan sekarang aku sudah rapih dan wangi. Segera aku turuni anak tangga untuk menyantap makan malam yang sudah di sajikan Bi Ijem di meja makan.
"Bi, mana Asmitha?" Ujarku dan memperhatikan ‘kan di sekeliling ruangan tapi tidak nampak juga gadis kecil itu.
"Belum keluar, Tuan," sahut Bi Ijem.
"Apa? Dia masih mandi?" Balasku heran.
Aku bangun dan berjalan menuju kamar mandi.
Aku coba dekat 'kan kuping ku pada daun pintu. Tapi tidak ada suara air mengalir atau apa pun dari dalam kamar mandi.
"Asmitha! Asmitha!" Ujarku, dari depan pintu.
Tidak ada jawaban dari dalam dan tentu saja itu membuat aku kawatir dengan keadaan nya. Karena takut terjadi sesuatu dengan Asmitha Aku beranikan diri untuk buka pintu. Aku terkejut saat melihat Asmitha yang sudah tergeletak di lantai kamar mandi. Bergegas aku lilitkan handuk pada tubuhnya dan mengendong nya ke kamar.
"Bibi, tolong ambil minyak kayu putih, dan tolong oleskan pada hidung dan juga pelipis nya.” Ujarku pada Bibi Ijem dan memintanya untuk gosokan minyak.
Setelah selesai mengosok kan minyak pada Asmitha, aku meminta Bibi Ijem keluar.
"Bibi, boleh keluar sekarang," Ujarku pada Bibi Ijem dan aku masih menemani Asmitha yang belum sadar.
Karena masih terlihat bekas merah di bagian wajahnya Aku gosok ‘kan minyak kayu putih agar bekas merah bisa hilang.
Setelah itu aku pakaian selimut dan beranjak keluar dari kamar. Tapi tanganku di tahan.
"Tuan, aku mohon pinjam aku uang 80 juta," ucap Asmitha yang membuat aku terkejut.
"Aku janji akan mengganti nya nanti," lanjut Asmitha.
‘Untuk apa uang sebanyak itu?" Gumamku dan menatap lekat nanarnya.
Bukannya aku tidak mau membantu nya, tapi aku tahu untuk apa uang sebanyak itu. Apa lagi Asmitha masih anak gadis kecil. Dan kebutuhan nya tentu belum terlalu banyak.
"Untuk apa uang sebanyak itu?" Sahutku dan menepis pelan tangannya.
Bukannya menjawab bertanyaanku, Asmitha malah menangis, dan tentu saja itu yang membuat aku bingung dengan keadaan nya.
"Untuk apa?" Ujarku pelan. Karena tidak ada jawaban dari Asmitha, aku segera melangkah keluar. Tapi langkahku kembali terhenti saat namaku di panggil oleh Asmitha.
"Tunggu Tuan!" teriak nya saat diriku ingin keluar dari kamarnya.
"Datang dan temui aku di ruang tamu," sahut dan segera keluar dari kamarnya.
#Pagi hari ...
"Gadis cantik dengan harga 80 juta," pesan yang masuk di aplikasi warna hijau milikku.
Aku baca pesan yang di kirim ‘kan oleh kontak tanpa nama tersebut.
"Dijamin masih masih ori." pesan kembali masuk.
"Siapa kamu?" Aku membalas pesan tersebut.
"Aku Rangga, kalau minat kita bisa ketemuan di cafe Bintang," tanpa menunggu lama orang yang bernama Rangga kembali membalas pesanku.
Pesan kembali masuk dengan gambar seorang gadis cantik berambut panjang.
Aku telan saliva ku dengan kasar, pasti setiap lelaki yang memandangnya sudah past berhasrat.
Aku perhatikan seksama gambar itu dan terkejutnya aku setelah memastikan jika gambar adalah Asmitha.
"Apa karena orang ini? Tapi apa hubungan pria ini dengan Asmitha?" Batinku. Dan segera hapus gambar yang di kirim oleh pria yang bernama Rangga.
Aku kembali mengirim pesan pada Rangga dan menyetujui kalau besok aku akan bertemu dengannya di cafe bintang. Tentu saja aku ingin mencari tahu siapa Rangga sebenarnya dan apa hubungannya dengan Asmitha.
bersambung ...
PART 2.
Aku kembali mengirim pesan pada pria yang bernama Rangga.
"Dari mana kamu tahu nomorku?" Pesan yang aku kirim pada Rangga.
"Hahaha, siapa yang tidak tahu Tuan Arnold, seorang pengusaha sukses dan kaya raya di kota ini? Tentu sangat mudah untukku mendapatkan nomor mu Tuan muda." Balasan yang masuk di aplikasi warna hijau milikku.
"Aku rasa kamu sudah sangat mengenal diriku, nanti malam ketemu di cafe Bintang." balasku.
Setelah berbalas pesan aku langsung mandi dan siap untuk berangkat ke kantor karena pagi ini ada meeting penting dengan klien.
Selesai mandi dan sudah berpakaian rapih aku langsung ke kamar Asmitha.
Aku ketuk 'kan pintu sebelum masuk.
Tidak menunggu lama pintu pun terbuka lebar.
"Selamat pagi Tuan mudah," Asmitha memberi salam saat aku masuk ke dalam kamarnya.
"Apa hari ini kamu akan pulang?" Aku bertanya ada gadis kecil yang masih terlihat lemas dan pucat.
"Aku tidak tahu harus kemana aku pulang." sahutnya dengan nada senduh.
Saat mendengar ucapannya hatiku merasa kasian dengan kondisinya saat ini. Tapi yang jelas aku harus mencari tahu terlebih dahulu masalah apa yang dia hadapi saat ini.
Sampai dirinya di perlakukan tidak layak seperti ini.
"Aku mohon sama Tuan, bayar aku dengan harga 80 juta biar aku bebas dengan kehidupanku." Ucapnya dengan tangisan yang tidak bisa dia tahan.
"Kamu tetap di sini sampai keadaan membaik," sahutku dan pergi dari hadapan Asmitha.
"Tetap di rumah nggak boleh kemana-mana," ucapku saat sampai di depan pintu keluar.
"Baik Tuan," sahutnya singkat.
Aku langsung ke kantor. Dan melangsungkan meeting bersama klien dari luar negeri.
Di saat meeting hatiku gelisah memikirkan Asmitha sih gadis cantik 80 juta.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus bayar Asmitha dengan harga 80 juta? Atau aku kembalikan saja pada orang tuanya?' Gerutuku frustasi dengan keadaan saat ini.
Ku tarik nafas kasar dan mengakhiri meeting dengan paksa karena pikiranku selalu terganggu dengan kedatangan Asmitha di dalam hidup.
"Cukup sampai di sini, besok kita lanjut meeting." Ucapku pada Faris sekretarisku.
"Baik Tuan," sahut Faris.
Aku langsung keluar dan menghubungi kembali Rangga untuk ketemu di cafe Bintang saat ini juga.
"Aku di cafe Bintang sekarang, temui aku!" ku kirim pesan pada Rangga.
Setelah mengirim pesan aku langsung menuju ke cafe Bintang karena penasaran dengan sosok Rangga.Tidak menunggu lama Rangga pun membalas pesanku dan menyetujui untuk bertemu saat ini juga.
🦊🦊🦊🦊🦊🦊
Sudah hampir setengah jam aku menunggu kedatangan Rangga. Tapi belum juga muncul batang hidungnya.
"Jadi ketemuan atau tidak?" aku kembali mengirim pesan.
Belum juga pesan terkirim muncul lah seorang pria paruh baya dengan pakian serba hitam.
"Tuan Arnold?" ucapnya.
"Iya, saya Arnold," sahutku.
"Saya Rangga." balasnya dan kami berjabatan tangan.
Rangga pun menjelaskan semua tentang gadis yang ingin dia tawarkan 80juta. Dan aku hanya mangkuk-mangkuk mendengarkan penjelasan Rangga.
"Bapak siapanya gadis ini?" Ujarku dan menunjukan gambar Asmitha.
"Ak ---- ak-- u aku majikan nya." sahut Rangga gugup.
Aku perhatikan gerak-gerik nya. Dan aku rasa dia bukan orang sembarangan.
Segera aku ambil ponselku dan mengambil gambar dirinya.
"Baik lah, malam ini temui aku di sini. Dan bawah gadis ini," ucapku dan langsung pamit pulang.
"Baik Tuan," sahutnya.
"Tapi, tunggu Tuan," ucap Rangga yang membuat langkahku terhenti.
"Ada apa lagi?" ketusku.
"Aku boleh minta, Dp?" sahutnya.
"Berapa?" balasku singkat.
"40 juta," sahutnya singkat.
"Baik lah," balasku dan segera aku transfer uang sejumlah yang Rangga sebutkan barusan.
"Sudah saya transfer, silakan di cek," ketusku dan berlalu dari hadapan Rangga lelaki tua yang sepantasnya aku panggil Bapak.
Setelah itu aku langsung memacu mobil untuk pulang ke rumah.
#sampai di rumah
"Apa kamu tahu orang ini?" aku bertanya pada Asmitha yang lagi duduk manis di depan tv.
"I----- iya, Tuan." sahut Asmitha gugup.
"Dia siapanya kamu?" aku kembali bertanya.
"Dia adalah Ayah saya," balas Asmitha dan menundukan kepala.
'Ayah?' Batinku.
Aku terkejut mendengar pengakuan Asmitha, kalau Rangga adalah ayahnya. Padahal tadi Rangga bilang dia adalah majikannya Asmitha.
"Ayah kandung atau?" ketusku dan menatap lekat nanarnya.
"Ayah kandung saya,Tuan." Sahut Asmitha.
Huuf! Aku tarik nafas dan menghembusnya kasar. Ayah macam apa dia yang berani sama anaknya sendiri?
"Apa dia tahu kamu pergi dari rumah?" aku kembali bertanya.
Asmitha hanya mengeleng 'kan kepalanya tanda tidak tahu.
"Kamu kabur? Kenapa?" lanjutku.
"Aku --- aku di paksa untuk melayani ..." ucapan Asmitha terhenti.
"Maksud kamu?" aku kembali bertanya dengan emosi yang sudah membludak di kepala.
Bukan nya menjawab pertanyaan aku, Asmitha kembali menangis. Dan itu yang membuat aku bingung.
"Melayani semua teman-teman Ayah," sahut Asmitha. Dan seketika itu juga tangisan nya pecah.
Hatiku juga ikut teriris dengan pengakuan Asmitha, Ku raih tubuhnya dan memeluknya dengan erat. 'Kasian dia,' batinku. Dan mengelus lembut rambutnya.
"Aku di perlakukan seperti wanita malam, dan aku di siksa oleh ayah jika aku tidak melayani semua temannya." lanjut Asmitha.
"Terus bayarannya?" Ujarku dan menatap lekat maniknya.
"Bayaran nya, ayah gunakan untuk bermain dengan wanita lain di luar sana." sahut Asmitha yang terlihat emosi.
'Ayah macam apa dia?' Batinku yang mulai ikut emosi.
"Sekarang kamu sudah menjadi milikku. Karena aku sudah membayar mu dengan harga 80 juta pada ayah mu," ucapku pada Asmitha.
Walaupun sebenarnya aku bayar 40 juta sebagai Dp. Dan setengah lagi akan di bayar malam nanti saat Rangga mengantar 'kan Asmitha padaku.
"Apa kamu ingin pulang untuk temui ayah mu?" aku kembali bertanya.
"Tidak,Tuan." Balas Asmitha singkat.
"Apa ayah mu tahu kamu pergi dari rumah?" Aku kembali bertanya pada Asmitha.
"Tidak Tuan, aku kabur dari rumah karena aku sudah bosan dengan sikap ayah padaku." balas Asmitha.
"Oke," balasku singkat dan langsung ke kamar untuk istirahat.
🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰
#malam pertemuan dengan Rangga
Sebelum berangkat untuk temui Rangga aku kirim 'kan pesan padanya.
"Bagaimana malam ini?" isi pesan yang aku kirim pada Rangga. Tidak menunggu lama Rangga langsung membalas.
"Maaf Tuan, malam ini belum bisa," balasnya.
"Kenapa? Bukan nya aku sudah membayar Dp nya?" Balasku pada Rangga.
Aku sudah pastikan kalau saat ini Rangga sedang berusah mencari keberadaan Asmitha anaknya.
"Maaf Tuan, Asmitha lagi sakit." pesan kembali masuk di aplikasi warna hijau milikku.
"Aku tidak mau tahu apa pun alasannya. Yang aku tahu malam ini aku harus temui gadis cantik tersebut." balasku dengan senyum sinis karena seorang ayah bukan saja biadab tapi suka berbohong demi kepentingan nya.
Bersambung ...
"Aku tidak mau tahu apa pun alasannya. Yang aku tahu malam ini aku harus temui gadis cantik tersebut." balasku dengan senyum sinis karena seorang ayah bukan saja biadap tapi suka berbohong demi kepentingan nya.
Tidak ada balasan lagi dari Rangga. Ya, mungkin saat ini dia lagi pusing mencari putri cantik nya yang saat ini sudah berada di rumahku. Segeraku letakkan ponselku di atas nakas dan berbaring. Karena badanku terasa pegal seharian.
"Asmitha?" aku segera panggil Asmitha.
"Iya Tuan," sahutnya dan menghampiri aku di kamar.
"Tolong pijitin kaki," aku meminta Asmitha untuk pijit kan kaki aku yang pegal. Bukan hanya kaki saja yang pegal tapi juga seluruh badanku yang terasa sakit.
"Baik Tuan," sahut Asmitha pelan. Asmitha pun melakukan perintahku.
Karena terasa enak aku pun tertidur dengan nyenyak. Sekitar jam 12 aku tersadar dari tidurku karena tanganku tidak sengaja menyentuh sesuatu.
'Apa ini?' gumamku dalam hati. Aku kaget ternyata tanganku menyentuh sesuatu yang empuk.
'Ngapain dia tidur di sini?' batinku dan segera menjauhkan tanganku dari dada Asmitha.
'Bikin berdosa saja ini anak!' gumamku dan segera pindahkan Asmitha untuk tidur di kamarnya.
"Jangan sentuh aku," ucap Asmitha.
"Auh, sakit."
"Eits, kamu ini apa-apaan sih?" Sahutku pada Asmitha yang mengigau saat tidur.
Dasar bocah bikin pembaca berpikir negatif saja.
🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃🦃
"Di cari! Wanita bernama Asmitha Rahayu. Siapa yang menemukan gadis tersebut akan di kasih hadiah uang 10juta. Hubungi nomor 089754***"
tertera di kertas yang tempel di pohon mangga depan rumah. Lengkap dengan foto gadis cantik rambut panjang, pipi lesung. Ya, dia adalah gadis kecil Asmitha yang lagi santai di rumahku.
"Boleh juga nih," Ujarku dan mencopot kertas tersebut segera aku menghubungi nomor yang tidak lain adalah nomor Pak Rangga.
"Apa benar ini dengan Rangga?" ucapku saat sambungan telfon terhubung. Dan tentu saja aku hubungi Rangga pakai nomor baru.
"Iya, saya sendiri," sahut Rangga.
"Kamu siapa?" lanjut nya.
"Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Tapi yang jelas, saat ini anak anda sedang bersama saya." ketusku.
Rangga tidak percaya dengan pengakuanku bahkan dia juga mengancamku.
"Kalau tidak percaya ya sudah," sahutku dan segera matikan sambungan telfon.
Lima menit kemudian ada pesan masuk di ponselku.
"Siapa kamu? Jangan macam-macam sama saya," pesan dari Rangga.
"Silahkan transfer uang 50 juta kalau anda mau saya antar pulang anak anda!" balasku sambil tersenyum.
Sudah lima belas menit aku balas pesannya tapi tidak ada balasan dari Rangga. Mungkin dia nggak punya uang untuk tebus anaknya saat ini.
🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊
"Haa! tikus, tikus," teriakan yang sangat histeris dari kamar Asmitha.
Aku yang sedari tadi hanya berdiam diri di kamar pun berlari menuju kamar Asmitha.
"Tikus, tikus," teriak Asmitha dan berlari ke arahku dan langsung memelukku dengan erat. Ya, tentu saja kedua gunung kembarnya nempel di dada bidangku tanpa permisi.
'Ini bocah kenapa main meluk saja?'gumamku dan segera menepis pelukan nya.
"Ada apa sih kamu teriak-teriak kayak tarzan?" Ujarku dan melotot kan mata pada Asmitha.
"Ti --- tikus Tuan," sahutnya dengan gugup.
"Mana ada tikus?" aku kembali bertanya dan memperhatikan di sekeliling Ruangan. Dan ternyata benar kalau di kamar Asmitha ada kecoa bukan tikus.
"Dasar bocah! Itu bukan tikus tapi kecoa!" ucapku kesal.
Aku langsung keluar tapi saat aku melangkah kaki ku terpeleset dan jauh tepat di badan Asmitha. Yang mengakibatkan bibirku dan bibir Asmitha bersentuhkan. Bahkan sekarang posisi aku di atas tubuh Asmitha. Dan yang lebih gila lagi tanganku dengan spontan nya menyentuh gunung kembarnya.
'Ternyata ini bocah cantik juga,'batinku. Dan segera menepis tanganku dari gundukan milik Asmitah.,Raut wajah Asmitha terlihat tegang dan takut.
"Ma --- maaf Tuan," ucap Asmitha pelan karena bibirnya masih nempel dengan bibirku.
"I ---iya," sahutku gugup dan segera menghindari Asmitha.
Setelah itu aku langsung keluar menuju kamarku dan berbaring. Tapi otakku masih teringat dengan kejadian barusan.
"Malu nya aku ciuman sama bocah," Umpatku kesal. (Ya, pasti pembaca senang nih liat aku cium sama Asmitha. Tapi aku bukan mesum loh,).
"Tuan, barang-barang nya sudah datang," ucap Pak Gala satpam di rumahku yang membuat aku dasar dari lamunanku.
Sebenarnya kemarin aku minta Gala dan Bibi Ijem untuk beli pakian untuk Asmitha. Karena sudah seminggu ini dia pakai baju bekas milikku.
"Bawah ke kamar Asmitha." Pintaku pada Pak Gala.
"Baik Tuan." Sahutnya.
Gala dan bibi Ijem pun langsung mengantar kan ke kamar Asmitha.
"Permisi, saya mau antar barang-barang milik Nona," ucap Pak Gala saat sampai di kamar Asmitha
"Dari siapa, ya?" Asmitha kembali bertanya, mungkin dia kaget dengan barang yang begitu banyak.
"Dari Tuan, untuk Nona," sahut Pak Gala dan meletakkan semua barang-barang di atas meja. Setelah itu Pak Gala dan bibi Ijem langsung pergi.
Asmitha membuka satu persatu kantong yang berisi pakaian. Dari baju, celana, dan juga Bra dan ******. Setelah itu Asmitha coba satu bersatu baju dan celana. Kemudian yang terakhir Asmitha coba Bra.
'Kok, bisa pas di badan aku?' gumam Asmitha heran. Dan langsung pergi ke kamarku.
Tok! Tok!
"Masuk," sahutku.
"Ada apa Asmitha?" Ucapku pada Asmitha.
"Terima kasih Tuan," balas Asmitha.
"Iya, sama-sama." sahutku tanpa melihat ke arah Asmitha.
"Kok, Tuan bisa tahu ukuran Bra untuk aku?" ucap Asmitha.
"Ya tahu lah, apa lagi untuk ukuran punya kamu. Datar!" sahutku asal.
"Haaa! Datar?" Asmitha kembali bertanya.
"Iya datar, nggak ada bentuknya." bisikku di dekat telinga Asmitha. Terlihat jelas raut wajah Asmitha merah merona mungkin dia malu.
Asmitha pun langsung keluar tanpa pamit padaku.
'Dasar bocah!' batinku.
"Tapi di lihat-lihat dia cantik juga," Ujarku dan tersenyum bagaikan orang gila.
🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆🐆
"Tuan, aku minta 40 juta lagi," pesan yang masuk di aplikasi warna hijau milikku. Tentu saja itu adalah pesan dari Rangga.
Sengaja aku tidak membalasnya karena aku tahu bahwa uang itu akan di transfer kembali padaku nantinnya.
"Tuan, aku janji malam ini aku akan mempertemukan Asmitha dengan Tuan," pesan kembali masuk."
"Oke, tapi ada syaratnya," aku balas pesan pada Rangga. Bapak tua yang biadab nya minta ampun.
"Apa syaratnya?" balas Rangga.
"Aku akan kirim kan uang 40 juta yang kau minta. Tapi jika nanti malam kamu tidak temui aku dengan Asmitha. Maka kamu harus membayar uang saya dua kali lipat," aku kirim kan pesan pada Rangga.
"Baik Tuan," balas Rangga.
"Hahaha, Rangga, Rangga, kamu pikir aku bodoh? Aku pastikan kalau kamu tidak akan selamat dari permainanku ini." batinku dan tersenyum sinis saat membaca pesan dari Rangga yang menyetujui kalau dia akan membayar dua kali lipat padaku.
Segera aku transfer uang 40 juta pada nomor rekening Rangga. Dan tidak lupa aku kirimkan juga bukti transfer padanya.
"Terima kasih Tuan," pesan dari Rangga.
Sekarang aku tinggal tunggu transfer dua kali lipat dari Rangga.
Bersambung ...
Maaf kalau di part ini kurang geregetan karena autor lagi nggak enak badan🐵🐵 tapi percaya lah part berikutnya author akan buat Rangga jantungan😎😎
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!