Selamat?

Belum sempat aku dan Asmitha keluar terdengar suara tembakan dari arah Rangga.

"Tu -- Tuan, tolong aku," ucap Asmitha, dan terjatuh di pelukanku.

"Jangan panggil aku dengan sebutan, Tuan," ujarku pada Asmitha.

"Ayo bangun," ucap Asmitha dan memelukku erat.

Walaupun di bagian belakang pundakku darah begitu banyak keluar tapi aku tetap bertahan, dan lindungi Asmitha dari serangan Rangga.

"Dasar ******!" bentak Rangga dengan nada tinggi.

"Sini kamu!" lanjut Rangga, dan menarik kasar tangan Asmitha.

Plak! Satu tamparan yang melayang di pipi Asmitha, seketika itu juga tubuh mungilnya tersungkur ke lantai yang kotor.

"Jangan sentuh dia!" teriakku pada Rangga.

"Arnold Mahendra, kamu pikir kamu bisa ngalahin aku!" ujar Rangga.

Segera aku bangun dan berjalan ke arah Asmitha, tetapi semakin aku mendekati Asmitha Rangga kembali nampar dan menarik kasar tubuh mungil gadis cantik yang sempat menawarkan dirinya dengan harga 80 juta padaku sebulan yang lalu.

"Jangan sentuh dia!" teriakku, dan bangkit berdiri di hadapan Rangga.

"Ayo, bangun kalau kamu bisa ngalahin aku!" teriak Rangga.

'Kurang ajar, ayah kandung yang biadab!" gerutuku dalam hati.

Karena sudah merasa keterlaluan dengan sikap Rangga pada anaknya, aku layangkan satu pukulan pada perutnya, dan itu membuat Rangga jatuh kelantai tidak sadarkan diri.

Segera aku mencari pintu lain untuk keluar, dan kali ini keadaan perpihak kepada kami, Aku yang menemukan pintu keluar dan langsung gendong Asmitha untuk pergi dari gedung tua dan kotor itu.

"Aku bisa jalan," ujar Asmitha.

"Stts! Diam! Atauku cium bibirmu," sahutku, dan tetap menggendongnya untuk keluar. (Pasti pikiran emak-emak, Ya elah tuan muda, masih sempatnya mesum di keadaan genting kayak gitu.)

Akhirnya Aku dan Asmitha sampai juga di mobil.

"Ayo buruan masuk," ucapku pada Asmitha.

"Baik Tuan," balasku.

'Ternyata semua cewek sama saja, di panggil sayang cuman di saat darurat saja.' Batinku dan menatap lekat nanar Asmitha.

Segeraku laju 'kan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit untuk berobat luka tembakan. Tidak berapa lama kami sampai di rumah sakit dengan cepat aku turun dari mobil karena pundak bagian belakangku sangat sakit dan masih banyak darah yang keluar.

Dan langsung di tangani oleh dokter di rumah sakit Kasih Ibu.

Setelah selesai dokter mengobati luka, aku langsung kembali ke mobil.

🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️

"Tuan," ucap Asmitha.

"Hmm," balasku hanya berdeham saja.

"Aku balikin cincin milik, Tuan,"

Tidak menunggu jawaban dariku Asmitha meletakkan cincin di atas meja dan meninggal 'kan aku sendiri di dalam kamar.

"Tunggu!" teriakku.

"Ada apa Tuan?" Balas Asmitha.

"Buang saja cincinnya," ujarku pada Asmitha.

Bukannya membuang cincinnya tapi Asmitha berdiri mematung di depan pintu.

"Kok di buang, Tuan?" Asmitha kembali bertanya.

"Iya, buang saja," sahutku.

"Di jual saja, atau buat aku ajha dari pada di buang 'kan rugi, Tuan," balas Asmitha polos.

'Enggak lama lagi ini bocah aku lahap,' gerutuku dalam hati dan tersenyum sinis.

Aku berjalan menghampiri Asmitha dan menarik tubuhnya lebih dekat denganku.

"Pilih cincin atau cium?" Aku bisikan di telinga Asmitha.

"Diam, berarti pilih cium," kembali aku bisikan.

'Ternyata Tuan, otak mesum juga' batin Asmitha.

Asmitha mendorong kuat tubuhku, tapi nihil karena tenagaku lebih kuat. Semakin Asmitha berontak semakin aku memperkuat pelukanku dan sekarang tidak ada lagi jarak di antara aku dan Asmitha. Bahkan bibir kami sudah saling bersentuhan.

Terlihat Asmitha memejamkan matanya dan membiarkan bibirku nempel dengan bibirnya.

"Nikmat ya?" bisikku di telinga Asmitha.

Asmitha melotot 'kan matanya sempurna saat mendengar ucapanku.

'Dasar Tuan mesum,' batin Asmitha.

"Kenapa masih di sini? Mau minta nambah? Atau pusarnya aku gigit?" Ujarku di dekat telinga Asmitha dan tentu saja itu membuat Asmitha salah tingkah. Dengan cepat Asmitha lari Keluar dari kamarku.

Setelah Asmitha luar aku bergegas ke kamar mandi dan mengguyur seluruh tubuhku yang sudah berkeringat dingin saat berada di dekat Asmitha. Selesai mandi aku segera temui Asmitha untuk membicarakan soal ayahnya yang saat ini sudah di penjara.

"Bi, Asmitha mana?" ujarku pada Bibi Ijem.

"Lagi mandi," sahut Bibi Ijem.

Seketika otakku kepikiran untuk ngerjain Asmitha. Segera aku ke kamar nya dan menunggu sampai Asmitha keluar dari kamar mandi.

Bi, Bibi," Asmitha memanggil Bibi Ijem.

"Bi, tolong ambilin handuk aku dong," ucap Asmitha. Aku yang mendengar permintaan Asmitha pun langsung mengambil handuk dan menyodorkan pada Asmitha.

"Terima kasih ya, Bi," ucap Asmitha di kiranya Bibi Ijem yang ngasih handuk barusan.

Aku berdiri di samping tempat tidurnya, dan tidak berapa lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan keluar lah Amsitha hanya berbalutkan handuk di tubuhnya.

"Haaaaaaa ..." Asmitha teriak histeris.

Aku yang takut ketauan oleh Bibi Ijem, segera mendekap mulutnya dengan tanganku.

"Diam!" ketusku pada Asmitha, tapi Asmitha masih berontak.

"Mau diam, atau aku lepasin handuk?" bisikku di telinga Asmitha, dan Asmitha pun diam.

Segera aku lepaskan tanganku dari mulut Asmitha.

"Tuan, keluar dulu, aku mau pakai baju," Asmitha memintaku untuk keluar.

Aku tetap diam dan tidak mau keluar dari kamar Asmitha, dan ini hanya akal-akalan aku saja supaya Asmitha marah.

"Ya sudah, kalau Tuan, enggak mau keluar." ucap Asmitha.

Aku lirik kan sedikit mataku ke arah Asmitha yang ingin membuka lilitan handuk di badannya, dengan cepat aku tahan.

"Stop! Jangan di buka dulu, aku enggak mau liat, takut dosa!" ketusku dan berlari keluar dari kamar Asmitha.

'Makanya cepat keluar' batin Asmitha penuh kemenangan karena sudah berhasil mengusir Tuan Arnold dengan cara licik nya barusan.

"Itu bocah bikin nafsu ajha!" Ujarku kesal.

'Liat saja nanti, aku bikin kau enggak bisa jalan, baru tahu rasa.' batinku.

Sudah lima belas menit aku tunggu Asmitha di meja makan tapi itu bocah belum muncul juga, dan tentu saja itu membuat aku kebahisan kesabaran, dengan suara lantang aku teriak memanggil Asmitha.

"Asmitha ...!" teriakku histeris.

"Ada apa, Tuan?" sahut Asmitha pelan.

"Kenapa sih lama bangat?" Ketusku penuh emosi.

Karena sudah terlalu emosi, Aku menghukum nya untuk tidak boleh makan dan minum, bahkan aku juga mengusirnya.

"Kamu pikir kamu cantik? Murahan!" bentakku pada Asmitha.

"Kamu enggak boleh makan malam ini!" ujarku yang membuat Bibi Ijem kaget dan melotot 'kan matanya. Sedangkan Asmitha hanya menunduk dan memainkan jari tangannya.

"Besok temui ayah mu di penjara," lanjutku.

Setelah menghukum Asmitha dan memberitahunya untuk temui ayahnya aku langsung kembali ke kamar.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

#pagi hari.

"Pagi Tuan, sarapan nya sudah saya siapkan," ucap Bibi Ijem.

Tanpa menjawab Bibi Ijem aku langsung ke meja makan, dan menyatap 'kan sarapan pagi sebelum berangkat kerja.

Setelah selesai sarapan aku langsung berangkat ke kantor. Seperti biasa sampai di kantor aku ada meeting sama klien dan karyawan di kantor, dan hampir saja aku lupa dengan Asmitha yang aku hukum dari semalam. Segera aku hubungi Bibi Ijem dan menanyakan Asmitha pada Bibi Ijem.

"Asmitha udah makan?" Ujarku pada Bibi Ijem lewat telfon.

"Belum, Tuan." Sahut Bibi Ijem.

"Suruh dia makan," balasku.

"Asmitha sudah pergi, Tuan," balas Bibi Ijem.

Seketika itu juga aku langsung putuskan sambungan telfon dengan Bibi Ijem. Dengan langkah cepat aku ke parkiran dan langsung melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak berapa lama aku pun sampai di rumah.

"Bi, mana Asmitha?" Ujarku pada Bibi Ijem.

"Dia, sudah pergi, Tuan." Balas Bibi Ijem.

Aku langsung ke kamar dan mengecek di setiap ruang, tapi tidak ada Asmitha.

"Apa dia benaran pergi?" Ujarku pelan.

Semua baju dan juga celana yang aku belikan untuk dirinya, masih terlipat rapih di lemari. Bahkan tidak ada satu pun yang hilang.

'Apa kah perkataanku semalam menyakitkan?' batinku yang mulai gelisa dengan kepergian Asmitha.

"Kamu dimana Asmitha?" ucapku pelan, dan menjambak rambutku kasar.

Aku bergegas keluar untuk mencari keberadaan Asmitha. Tapi nihil, karena orang yang aku cari tidak di temukan.

'Apa iya, Asmitha di penjara?'umpatku dalam hati.

Aku langsung lajukan mobil ke tempat dimana Rangga di tahan, dan sama saja di sana tidak ada Asmitha.

Karena sudah larut malam aku pun langsung pulang, dan saat aku dalam perjalan pulang aku melihat seorang wanita yang berpakaian mini duduk di bangku halte, dan itu adalah Asmitha.

"Asmitha ..." Ujarku pelan.

"Asmitha, ngapain kamu di sini? Ayo pulang." ucapku pada Asmitha.

"Terima kasih Tuan, tapi aku rasa wanita murahan sepertiku tidak pantas tinggal di rumah, Tuan," sahut Asmitha, dengan raut wajah yang sangat pucat.

"Terima kasih, sudah bantuin Asmitha selama ini, maaf kalau Asmitha belum bisa balas kebaikan, Tuan," lanjut Asmitha.

Aku hanya diam mematung dan memperhatikan gadis cantik yang berpenampilan seperti saat pertama aku bertemu dirinya. Pakaian mini tanpa alas kaki, dan bahkan saat ini kaki kirinya terluka entah kenapa.

"Ayo pulang,"

"Emangnya kamu mau kemana?" ujarku pelan.

Aku coba membujuk nya dan berbisik di telinganya.

"Mau aku cium?" aku bisikkan di dekat telinga Asmitha.

"Silakan, wanita murahan sepertiku emang pantas di perlakukan seperti itu, untuk membayar kebaikan, Tuan," sahut Asmitha yang membuat aku kaget dan merasa bersalah.

Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membujuk Asmitha, sudah banyak cara aku lakukan tapi semuanya tidak membuahkan hasil.

"Ya udah, kalau kamu enggak mau pulang, aku juga akan tetap di sini," ujarku dan menjatuhkan bongkok ku di bangku halte.

Bukannya duduk, tapi Asmitha berjalan memjauhiku.

"Sesakit itu kah perkataan aku?" teriakku pada Asmitha yang sudah melangkah jauh dariku. Tidak dia hiraukan pertanyaan aku dan terus saja dia berjalan dengan kaki kirinya yang terluka. Aku yang tidak mau kehilangan dirinya pun berlari dan menarik tangannya dan bersujud meminta maaf pada Asmitha.

"Aku minta maaf," ucapku dan memegang tangan Asmitha.

BERSAMBUNG ...

Bersambung ...

Sorry di part ini agak berantakan ceritanya, soalnya author lagi badmood bangat. Berikan kritik dan saran buat author biar seru ceritanya😍😍😍

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!