"Apa yang kau tanam. Itulah nanti yang akan kau tuai"
Itulah yang terjadi pada Nyonya Dainy. Begitu banyak kesalahan yang dia lakukan di masa lalu. Dan dia menutupi kesalahan itu dengan kesalahan yang baru. Dia lupa bahwa sejatinya kebahagiaan dan ketenangan hati bagi orang yang bersalah itu adalah ketika mau mengakuinya dan menerima resikonya. Bukan lari dari kesalahan dan menutupinya dengan membuat kesalahan lagi. Selamanya hatinya tidak akan tenang jika melakukan itu.
Kondisi di mansion sekarang terasa sepi. Meskipun penuh dengan kemewahan, hatinya kosong. Sudah beberapa minggu Amro tidak pulang. Dihubungi lewat telepon pun selalu dijawab oleh operator. Berusaha menemuinya di kantor pun percuma. Yang ada hanya Reyn. Yang setiap ditanya hanya menjawab sedang ada pekerjaan di luar negeri.
Nyonya Dainy merasa kesepian walaupun dia punya banyak teman. Teman-teman dekatnya tak dapat mengisi kekosongan hati. Dia lupa bahwa keluarga adalah segalanya. Kebahagiaan yang dia bilang semu itu nyatanya telah benar-benar merasuk dalam hatinya. Keluarga adalah sumber kebahagiaannya. Semua dia rasakan setelah satu persatu orang yang berstatus keluarganya sudah tidak ada dan pergi.
Obsesi dan dendam membuatnya menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Nyatanya setelah dendamnya terbalas, hatinya juga tak kunjung tenang. Bahkan setelah kematian Robert, dia merasa separuh jiwanya juga terbawa oleh Robert ke liang lahat. Hanya saja trik kotor itu sudah mendarah daging, sulit untuk dia tinggalkan begitu saja. Itulah yang menjadi penyebab Delia harus masuk penjara.
Ada yang tidak dia sadari bahwa memanipulasi perasaan, akan membuat dirinya terseret arus. Bahkan tenggelam di dalamnya. Dia yang pura-pura mencintai Robert, hidup bertahun-tahun dengan pria itu akhirnya dia pun jatuh cinta. Meskipun dia yang sudah melenyapkan Robert, nyatanya tak membuat dirinya puas. Yang ada hanyalah kekosongan yang semakin nyata. Menggerogoti hatinya. Berlubang di sana sini dan akhirnya menemui sakit yang tidak berujung.
Apalagi sekarang anaknya ikut menjauhinya. Dia tahu itu pasti ada sebabnya. Tapi dia sama sekali tak bisa mencari tahu penyebabnya apa. Nyonya Dainy benar benar merasa sendiri. Dulu dia berfikir bersama dengan Robert maka dia akan membuat sahabatnya menderita. Nyatanya cinta Robert pada sahabatnya tetap dia bawa sampai mati. Nyonya Dainy menatap ke luar dari jendela kamarnya. Sekilas bayangan masa lalunya bermunculan dalam ingatan. Semua hanya tentang dendam dan dendam.
Sepenggal kisah kehidupannya di masa muda yang penuh kegetiran. Meri adalah sahabat terbaiknya. Mereka selalu bersama dari sekolah dasar sampai lulus kuliah. Hingga akhirnya Meri ikut keluarganya ke kota Dhaka. Kesibukan bekerja membuat Meri tidak terlalu sering menghubungi Dainy. Meski begitu persahabatan mereka tetap terjalin.
Beberapa tahun tak bertemu membuat Dainy ingin mengunjungi Meri, dan dari kunjungan itulah awal mula petaka datang menghampiri Meri. Meri saat itu sudah mau menikah dengan Robert. Pria yang langsung membuat Dainy jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertemuan pertama dimana Meri mengenalkan Robert sebagai calon suaminya.
"Kenalkan Dai, ini calon suami aku," kata Meri dengan wajah yang bersemu merah. Dainy menoleh seketika pipinya memanas melihat seorang pria tampan di depannya.
"Hay, Aku Dainy," balasnya ramah seraya mengulurkan tangannya ke arah pria itu. Dainy begitu terpesona dengan penampilan Robert.
"Robert," jawab pria itu singkat.
Sejak perkenalan singkat itu Dainy sibuk mencari tahu tentang Robert. Ternyata Robert adalah seorang pengusaha. Dia adalah pewaris dari kerajaan bisnis Salazar. Dainy tentu saja sangat ingin memiliki pria mapan juga tampan itu. Berbagai usaha dia lakukan agar Meri dan Robert gagal menikah. Namun, semua usahanya gagal.
Meri dan Robert akhirnya menikah. Pernikahan yang sangat megah karena Robert adalah anak seorang konglomerat. Pernikahan mereka disiarkan live di seluruh stasiun televisi. Dainy meradang. Rasa iri di hatinya membuat dia merancang sebuah rencana kejam. Tekadnya semakin bulat untuk membuat keduanya menderita. Dainy sendiri memilih tidak datang ke pesta pernikahan itu.
Pada saat Meri hamil, Dainy menelponnya meminta bertemu. Meri yang tidak curiga sedikitpun menemui sahabatnya itu. Apalagi sudah lama mereka tidak bertemu. Dainy tampak sangat senang karena rencananya menjebak Meri berhasil.
"Pa, hari ini aku akan menemui sahabatku," kata Meri saat mereka berdua sedang sarapan bersama.
"Tapi papa tidak bisa mengantar, apa mama tidak apa-apa?" ucap Robert penuh sesal. Robert mengkhawatirkan kondisi Meri yang sedang berbadan dua.
Meri tersenyum memamerkan giginya yang putih. Suaminya memang selalu mengkhawatirkan dirinya.
"Mama tidak apa-apa, Pa. Lagi pula kami sudah sangat lama tidak bertemu. Mungkin akan menghabiskan waktu lama. Biasa namanya wanita kadang banyak bercanda," kata Meri.
"Yang penting mama tetap berhati-hati," pesan Robert. Robert mencium kening istrinya. Dia sudah selesai sarapan dan akan pergi bekerja.
Setelah suaminya berangkat Meri pun bersiap-siap pergi ke rumah Dainy. Hari itu dia memilih naik taxi, takut pulangnya terlalu sore dan dia juga tidak bisa menyetir dalam keadaan lelah. Perasaan bahagia menyelimuti hatinya tanpa tahu bahwa di depannya akan ada kesedihan yang tidak berujung.
"Apa yang kamu lakukan padaku, Dai?Lepaskan aku!!" teriak Meri.
Ya, bukan sebuah rangkulan persahabatan yang dia temui di rumah sahabatnya. Dia malah diikat di kursi tentu saja setelah Dainy memberikan minuman dicampur obat tidur kepadanya.
"Hahaha ... melepaskan kamu bilang? Hah!! Aku cari mati," bisik Dainy di telinga Meri.
"Aku tidak akan mengatakan pada suamiku, aku mohon, Dai," Meri menangis ketakutan, meratapi kebodohan dirinya sendiri.
"Tidak akan! Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan kamu, Meri !!"
"Kenapa kamu lakukan ini kepadaku? Apa kesalahanku padamu?" tanya Meri dengan sedikit terisak. Wajah wanita itu memerah.
"Kamu mau tau kesalahanmu padaku, Mer? Kamu telah merebut harapan dan hidupku. Asal kamu tahu sampai kapanpun Robert hanya milikku !"
Meri membelalakkan matanya. Menatap tak percaya pada Dainy. Ternyata sahabatnya sudah gila karena terobsesi pada Robert. Aku harus menyelamatkan anakku. Batinnya cepat. Setelah lama terdiam, Meri pun berkata dengan tenang.
"Baiklah kalau itu maumu. Tapi aku minta biarkan aku melahirkan anakku. Setelah anakku lahir aku akan pergi dari kehidupan Robert. Dengan syarat bawalah anakku pada Robert."
Meri meneteskan airmata ketika dia mengucapkan itu. Sungguh, dia tidak ingin berpisah dengan suaminya. Tapi sebilah pisau di tangan Dainy mengancam keselamatan dirinya.
"Baiklah, aku setuju dengan penawaran darimu," jawab Dainy tersenyum puas.
"Tapi sekali saja kamu menampakan dirimu di depan keluarga Salazar. Nyawa anakmu taruhannya!" lanjut Dainy terlihat bengis di mata seorang Meri.
Meri tergugu. Mengelus perutnya yang buncit dengan penuh kasih sayang. Berpisah dengan anaknya bukanlah kemauan dirinya.
Semoga kelak kamu mengerti alasan mama meninggalkanmu, Sayang. Batin Meri nelangsa. Meri merasa bayinya menendang dengan kuat. Mungkin ikut bersedih dengan kesedihan yang dirasakan oleh sang ibu.
Dainy sangat menikmati wajah tertekan seorang Meri. Senyum sinis tersungging melihat penderitaan sahabatnya.
"Ingat Mer, jangan pernah kamu mengatakan apapun pada orang lain. Atau nasibmu akan lebih mengenaskan dari pada ini!" ancamnya.
Meri terpaksa mengangguk, meskipun umpatan dan makian berjejalan dalam benaknya. Meri tidak menyangka orang yang selama ini dia anggap baik ternyata orang jahat yang bersembunyi di balik topeng kebaikan. Mery tidak peduli keselamatannya sendiri, karena yang dia pikirkan adalah keselamatan anak yang dikandungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments