6. Sebuah Kebetulan

Beberapa waktu yang lalu.

Tak ada yang mengetahui siapa Delia. Bahkan mendengar namanya terasa asing di telinga. Apalagi bagi seorang Amro Salazar. Awalnya Reyn hanya disuruh oleh Nyonya Dainy untuk mencari penolongnya. Menurut sang Nyonya Besar, Delia telah berjasa besar dalam hidupnya.

Nyonya Dainy pernah masuk rumah sakit, karena serangan panik yang menderanya. Saat itu beliau diserang oleh para preman. Saat di rumah sakit itulah Nyonya Dainy sempat menyebut nama Delia setelah bangun dari pingsannya.

"Di mana Delia?" tanya Nyonya Dainy begitu bangun dari pingsannya. Amro yang sedang menunggu mamanya bangun pun segera mendekat ke arah ranjang. Meskipun sedikit bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan sang mama kepadanya. Mamanya menyebut nama yang sangat asing baginya.

Siapa Delia? batin Amro penasaran. Amro tidak menjawab pertanyaan mamanya, dia sibuk menekan tombol nurse call yang ada di ruangan itu. Kondisi mamanya adalah prioritasnya saat ini.

"Syukurlah mama sudah sadar. Jangan terlalu banyak pikiran dulu, Ma," kata Amro sembari mengusap lengan sang Mama. Wajah Amro sedikit lega mengetahui mamanya tidak mengalami luka apapun. Dokter memang sudah bilang bahwa Nyonya Dainy pingsan karena panik.

"Mama haus nak, tolong ambilkan minum!" suaranya terdengar lemah. Dengan cekatan Amro mengambil air mineral dan membantu mamanya untuk minum. Tak berselang lama, Dokter dan perawat sudah datang. Amro mundur untuk memberikan mereka tempat guna memeriksa kondisi mamanya.

"Apa ada luka yang serius, Ben?" tanya Amro pada dokter yang menangani sang mama.

"Semoga saja tidak. Tante hanya terlalu lelah dan panik saja," jawab Benzema, Dokter sekaligus sepupu Amro itu. Ben segera meresepkan vitamin dan diserahkan pada suster.

"Tolong bantu tebus kan resep ini ya sus, nanti saya kasih bonus!"

Susternya mengangguk dan dengan cepat mengambil kertas di tangan Benzema. Amro sendiri tidak habis pikir dengan kelakuan sepupunya itu, padahal dia sendiri juga bisa menebus vitamin mamanya di Apotek.

"Apa yang tante rasakan?" tanya Benzema tenang menatap tantenya.

"Tante baik-baik saja Ben. Hanya sedikit lelah," jawab Dainy. Otaknya kembali mengulang adegan dimana dia diserang oleh banyak orang. Dainy begitu ketakutan karena memang dia dan anak buahnya kalah jumlah.

"Syukurlah, semoga cepat sembuh ya Tan. Ben pamit dulu, masih banyak pasien."

Dainy mengangguk. Sepeninggal Benzema, Dainy menyuruh Amro untuk mendekat.

"Nak, bisakah mama meminta tolong," kata mamanya lirih.

Amro mengangguk. Mamanya sangat jarang meminta apapun kepadanya. Apalagi saat papanya masih hidup. Mamanya benar benar super women yang selalu bisa mengatasi setiap masalah dengan tuntas bersama Mario. Semua orang sudah tau bagaimana sepak terjang Dainy juga asistennya yang terkenal dingin dan kejam itu.

"Carilah seorang gadis bernama Delia. Dia yang menyelamatkan mama. Mama sangat ingin berterima kasih kepadanya."

"Baik ma, akan Amro usahakan. Nanti Amro akan menelpon Reyn."

"Sebaiknya kamu telpon sekarang nak, daripada nanti. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."

"Baik, Ma. Amro telpon Reyn dulu ya," pamit Amro. Dainy mengangguk. Setelah Reyn berbalik sebuah senyum sinis terlihat di bibir wanita tua itu.

Amro pun keluar dari kamar rawat Dainy. Dirinya bergegas menelpon Reyn guna memberi tahu apa yang harus Rey kerjakan.

"Halo tuan," sapa Reyn.

"Cari informasi tentang gadis bernama Delia, mama ingin bertemu dengannya. Hari ini sudah harus lengkap informasinya !"

"Baik Tuan, akan saya usahakan," jawab Reyn tanpa membantah.

Di seberang sana Reyn mendengus kesal, dirinya benar-benar tidak percaya bahwa Amro akan sangat menjengkelkan baginya. Namun, apa boleh buat dia hanyalah bawahan dari pria dingin itu.

Hari itu juga Reyn menelpon semua anak buahnya. Dia menyuruh menyelidiki kejadian yang menimpa Nyonya Besar Dainy dan mencari seorang gadis bernama Delia.

Sungguh keberuntungan bagi Reyn, Delia bukanlah wanita kalangan atas. Sangat mudah mencari informasi tentangnya. Meskipun ada beberapa informasi yang memang Delia sembunyikan. Gadis itu tidak ada istimewanya, kecuali sikapnya yang ramah pada semua orang. Selain itu dia terkenal ringan tangan, dan juga pintar di sekolahnya.

Gadis itu sekarang bekerja paruh waktu di pinggir kota. Dia akan pulang pada saat pukul sepuluh malam menaiki sepeda bututnya. Reyn tersenyum senang, akhirnya tugasnya selesai tepat waktu.

Keesokan paginya semua laporan tentang Delia sudah ada di meja Amro. Pagi-pagi sekali dia memang sudah berangkat ke kantornya. Amro terlihat mengetuk meja kerjanya berulang kali. Menatap beberapa foto gadis manis itu di mejanya.

Sebenarnya Amro Salazar sudah beberapa kali bertemu tanpa sengaja dengan gadis itu. Gadis yang diam-diam mencuri perhatiannya. Gadis manis berlesung pipit itu begitu menggemaskan di mata Amro. Sayang sekali gadis kecil itu sibuk bercanda dengan teman temannya dan tak memperhatikan Amro yang waktu itu sedang berkunjung ke salah satu mall miliknya. Entah mengapa Amro merasa familiar setiap melihat gadis itu.

Ahhhhhh ... Amro menggeram kesal. Kenapa gadis kecil itu sangat menggangguku? batin Amro. Bahkan aku mau tidur saja dia ada di depan mataku. Ada apa denganku? Amro memandang foto Delia. Wajah itu terlihat lugu tanpa polesan make up. Tetapi kecantikannya begitu terlihat. Amro begitu mengaguminya. Sejenak dia tenggelam pada pesona gadis kecil itu.

Namun tiba-tiba rahangnya mengeras. Wajahnya terlihat merah padam menahan kemarahan. Rasa kagum itu seketika berubah menjadi kebencian yang begitu besar, mengingat siapa sebenarnya Delia.

Beberapa waktu yang lalu, Mario sang pria pecundang itu memberinya penawaran. Mario akan menyerahkan keponakannya selama dia mencari Sera. Entah suatu kebetulan semata, atau memang dunia yang terlalu sempit. Delia adalah keponakan Mario. Amro merasa dipermainkan oleh keadaan.

"Mari kita lihat apa yang akan aku lakukan kepadamu gadis kecil. Apakah kamu masih bisa bertahan setelah ini," gumamnya penuh kebencian.

Dasar gadis bodoh! umpatnya dalam hati.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan pria itu. Bergegas Amro membereskan berkas tentang Delia dan menaruhnya di laci. Reyn muncul dari balik pintu, dan tersenyum menatap tuannya yang seperti kulkas.

"Selamat pagi, tuan!"

"Pagi Reyn, siapkan mobil ! Kita akan pergi."

Belum juga Reyn membacakan agenda mereka hari ini, sang tuan dingin sudah memerintahnya dengan tegas. Reyn hanya bisa mengangguk dan susah payah menelan saliva-nya. Meskipun agenda hari ini sangat padat, tetapi untuk menyela seorang Amro, dia mana berani.

Akhirnya pagi itu, Reyn dan Amro berangkat ke kampung untuk menjemput Delia. Delia yang akan menjadi tawanannya, juga Delia yang diinginkan sang mama untuk bertemu dengannya sekedar mengucapkan terimakasih.

Sebenarnya Amro merasa aneh dengan perintah Mamanya. Tidak biasanya sang mama mau bertemu dengan orang asing. Delia adalah pengecualian.

Tanpa sepengetahuan Amro, Dainy sudah menyuruh Amro untuk mencari Delia adalah demi misi tertentu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!