Ternyata mencari informasi tentang musuh keluarga Salazar sangatlah rumit. Bahkan Mario sudah mengerahkan seluruh anak buahnya. Sesuai informasi yang diberikan oleh Sera, dia hanya menyebut nama Ningsih sebelum akhirnya Sera pingsan tak sadarkan diri. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang bagus sudah tak terlihat lagi. Digantikan dengan tubuh kurus penuh luka. Mario benar-benar menyiksa mantan istrinya tersebut. Sayang sekali Sera sangat alot dalam berterus terang.
"Apa yang kalian dapatkan?" tanya Mario dingin. Mario sudah menyuruh semua anak buahnya untuk melacak orang-orang yang bernama Ningsih yang kemungkinan besar berhubungan dengan keluarga Salazar.
"Kau tidak akan percaya bos, semua sudah saya kirim ke ponselmu," jawab anak buahnya.
Mario buru-buru mengeluarkan ponselnya. Dia pun memutar video yang dikirimkan oleh anak buahnya.
****!
Umpatnya dengan keras. Ini tidak sesederhana yang dia pikirkan. Tuan Robert dan perusahaan bukanlah target yang diincar sang lawan. Dan Sera hanyalah umpan yang diperalat oleh orang tersebut supaya terlihat bahwa Sera adalah pelaku sebenarnya.
Tanpa pikir panjang Mario menelpon Tuan Muda Amro untuk memberikan laporan. Bagaimanapun juga Tuan Muda Amro harus memahami situasi yang sedang terjadi saat ini.
"Anda sedang dalam bahaya, Tuan Muda," kata Mario begitu panggilannya terhubung.
"Apa yang sedang kamu katakan?" tanya Tuan Muda Amro dari seberang sana.
"Jangan membuatku semakin panik, Mario!"
"Saya akan mengirimkan informasi yang sudah saya dapatkan. Saran saya Tuan Muda tinggalkan mansion terlebih dahulu, dan tinggal di apartemen atau rumah yang lainnya," jawab Mario bersungguh-sungguh.
"Jangan menakuti aku, Mario!"
"Anda boleh membaca laporan yang akan saya kirimkan sekarang."
Nada suara Mario terdengar begitu percaya diri. Mario pun segera mengirimkan semua informasi yang telah dia dapatkan.
"Baiklah, sebaiknya kita bertemu. Aku juga akan mengajak Reyn dan Delia untuk berkumpul."
"Baik, tuan!"
Tuan Muda Amro mengakhiri panggilan itu setelah Mario menjelaskan dengan panjang lebar keadaan yang sebenarnya.
"Reyn! Cepat kau telepon Delia ! suruh tangkap Bu Ningsih. Sekap wanita tua itu di kamar agar tidak keluar!"
Reyn mengangguk. Panik. Tentu saja Tuan Muda Amro sangat panik. Bagaimana mungkin Bu Ningsih yang sudah ikut keluarga Salazar begitu lama malah mengkhianatinya. Apa tujuan wanita tua itu sebenarnya? batin Tuan Muda Amro.
Kali ini Tuan Muda benar-benar memikirkan dan mengkhawatirkan keselamatan mamanya. Sementara sang adik sudah pergi ke luar negeri.
____________________
Sementara itu di mansion terjadi kekacauan. Saat semua orang sedang menyiapkan makan siang, ada salah satu pelayan yang berteriak dengan histeris dan sangat keras. Disusul tangisan para pelayan yang sepertinya sedang menangisi seseorang.
Semua orang yang mendengar segera lari berhamburan ke arah taman belakang. Tak terkecuali Delia yang saat itu baru saja menerima telpon dari Reyn. Gadis itu buru-buru menuruni anak tangga guna mencari arah sumber jeritan yang sangat keras tadi.
Dilihatnya para pelayan tampak mengerubungi sesuatu. Delia sangat penasaran, mencoba mendekat untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa ini?" tanya Delia. Para pelayan memberikan jalan pada Delia, tidak ada yang berani menjawab, hanya isak tangis dan wajah ketakutan para pelayan yang Delia lihat.
Sejak Delia menjadi asisten nyonya Dainy, dirinya memang dihormati oleh para pelayan.
Delia membekap mulutnya tak percaya. Di depannya Bu Ningsih terbujur kaku bersimbah darah. Tubuhnya penuh dengan luka tusukan. Bahkan lengannya pun tergores benda tajam. Sepertinya Bu Ningsih melawan ketika mau dibunuh. Bau anyir darah membuat Delia mual. Segera dia beringsut mundur ke belakang.
Meskipun dia seorang master bela diri, dia belum pernah melihat kematian yang sangat mengenaskan seperti itu. Sungguh kejam pelaku pembunuhan itu. Selain banyak tusukan, kepala Bu Ningsih juga terlihat mengeluarkan darah. Mungkin saja terbentur sesuatu. Delia bergidik membayangkannya.
Sungguh Delia tak habis pikir kenapa Bu Ningsih dibunuh. Mansion ini dijaga dengan ketat, kenapa bisa sampai kecolongan. Batin Delia.
Tak ingin nanti salah langkah, Delia menelpon Reyn menceritakan situasi di mansion. Reyn meminta Delia untuk mengecek Nyonya Dainy di kamarnya, Reyn juga mengabarkan kalau saat ini dirinya dan Tuan Muda sedang dalam perjalanan pulang ke mansion.
Tok tok tok.
"Siapa?"
"Delia, Nyonya."
Hening tak ada sahutan dari dalam kamar.
Sebenarnya Delia heran dengan Nyonya Dainy Bukankah tadi Nyonya Dainy tidur siang di kamarnya, apakah teriakan para pelayan tidak terdengar olehnya. Batin Delia. Kenapa saat Delia mengetuk pintu, langsung bertanya siapa. Bukankah biasanya Nyonya Dainy langsung menyuruhnya masuk, karena hanya Delia lah yang diperbolehkan mengetuk pintu kamar Nyonya tua itu saat sedang beristirahat.
Sejenak Delia tertegun melihat ada bekas alas kaki di depan pintu kamar majikannya itu. Bekasnya seperti noda tanah becek. Delia sedikit curiga, tetapi mencoba membuang segala pikiran buruknya.
Ya, meskipun mereka terlihat dekat, sebenarnya Delia tidak ingin terlalu dekat dengan Nyonya Dainy. Dia hanya ingin menjalankan pekerjaannya dengan baik.
"Ada apa Delia?"
Delia mendongak dengan cepat. Delia tentu saja sangat kaget. Terlalu asyik melamun sampai tidak mendengar bunyi pintu yang dibuka.
"Itu Nyonya ... anu,-'' jawab Delia terbata. Bayangan kondisi Bu Ningsih membuatnya merasa pening dan mual kembali.
Mendengar jawaban Delia yang terbata-bata, Nyonya Dainy menautkan alisnya bingung.
"Bicara yang jelas Delia, sudah mama katakan. Jangan bicara formal pada mama!" katanya memperingatkan.
Delia tertunduk. Dia tahu bahwa dia tidak bisa membantah perkataan wanita tua itu. Bingung harus mengatakan dengan jujur sekarang atau menunggu Tuan Muda Amro sampai.
"Ada apa kamu mencari mama?" tanya Dainy selembut mungkin. Delia menghela nafas berat. Sepertinya akan lebih baik jika dia jujur saja.
"Bu Ningsih, Ma, BU Ningsih di bunuh." Akhirnya Delia berani mengatakan keadaan yang sebenarnya.
"Apa???"
Nyonya Dainy berteriak dengan keras. Tubuhnya merosot ke bawah. Meskipun tangannya berpegangan pada daun pintu nyatanya tak kuat menopang tubuhnya yang tentu saja sedang bergetar ketakutan.
Sejenak Delia termangu, reaksi Nyonya Dainy terlihat seperti tak terkejut. Meskipun beberapa detik kemudian tetap berteriak seolah-olah berita itu adalah berita yang sangat membuatnya terguncang. Namun, Delia bisa melihat sepintas itu hanya pura-pura.
Seketika itu nyonya Dainy menangis dan ditenangkan oleh Delia.
"Apa kau sudah memeriksa rekaman CCTV?" tanyanya lirih. Nyonya Dainy bertanya dengan tenang setelah bisa menguasai keadaan. Meskipun masih terdengar isak kecil darinya.
"Belum, Mama, Del disuruh Tuan Muda Amro untuk melihat mama terlebih dahulu."
"Baiklah, kita tunggu Amro dan Reyn pulang," kata Nyonya Dainy kemudian. Delia pun mengangguk setuju. Tak berselang lama terdengar suara langkah kaki sedang berjalan ke arah mereka. Delia dan nyonya Dainy pun menoleh. Terlihat Amro Salazar dan Reyn berlari kecil ke arah mereka.
"Mama!"
Amro langsung memeluk mamanya dengan erat. Badannya yang tegar terlihat gemetar. Amro takut, kejadian yang menimpa papanya akan menimpa mamanya. Nyonya Dainy pun kembali menangis di pelukan putranya.
"Tenang ma, polisi sedangmenuju kemari. Mereka akan melakukan penyelidikan tentang kematian bi Ningsih."
Tuan Amro mencoba menenangkan sang mama, meskipun sebenarnya dalam hatinya bertanya - tanya, bagaimana bisa kejadian pembunuhan itu terjadi di mansionnya. Dengan penjagaan yang super ketat, CCTV yang terpasang di mana mana dan on selama dua puluh empat jam. Nyatanya hal itu tidak menyurutkan niat sang pembunuh. Amro semakin yakin, ada orang dalam yang berkhianat kepadanya dan sekarang masih bebas berkeliaran di mansion miliknya.
Sementara itu Delia menceritakan peristiwa itu kepada Reyn dan Mario yang juga telah tiba di lokasi. Delia sedikit lega melihat pamannya sudah kembali. Karena berdasarkan penyelidikan pamannya benar benar tidak terbukti bersalah. Pamannya juga ikut dijebak saat Tuan Robert terbunuh.
Reyn merasa kecolongan. Reyn yakin bi Ningsih dibunuh karena pelaku yang sebenarnya merasa terancam. Bi Ningsih adalah saksi kunci. Satu-satunya orang yang tahu siapa pelaku yang sebenarnya. Setelah pihak kepolisian datang. Mereka berbicara sebentar kepada Tuan Amro, meminta rekaman CCTV selama seminggu ini untuk diselidiki. Setelah itu pihak kepolisian dengan cepat mengevakuasi jenazah bi Ningsih . Delia, Mario, dan Reyn ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Saat mobil mulai berjalan, tak sengaja Delia melihat ke belakang. Delia bergidik ngeri melihat senyum misterius Nyonya Dainy. Menambah kecurigaannya pada wanita tua yang berpura-pura lemah itu. Delia melihat Nyonya Dainy berbeda dari biasanya. Semoga saja pikirannya salah.
Semenjak menjadi asisten Nyonya Dainy, Delia sedikit banyak mengetahui seperti apa sepak terjang wanita itu. Dan hari ini, Nyonya Dainy terlihat sangat aneh menurutnya. Semoga hasil penyelidikan yang ku lakukan selama ini salah. Batinnya berharap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments