8. Resmi Menjadi Asisten

Reyn membawa Delia ke belakang mansion. Melewati taman belakang menuju ruangan di balik tembok yang menjulang tinggi.

Reyn menekan tombol yang ada di tembok, memasukan kode. Perlahan tembok itu terbuka. Delia takjub melihat semua yang ada di mansion ini sangat canggih.

"Ayo, Delia," ajaknya pada gadis manis itu. Delia berjalan dengan langkah pasti mengikuti Reyn. Niatnya sedikit menciut melihat gelapnya ruangan itu. Dalam hitungan langkah ke sepuluh ada tangga mengarah turun. Dengan cahaya yang remang-remang mereka berdua menuruni satu demi satu anak tangga. Sampailah mereka di ruangan bawah tanah yang begitu luas dan terang.

Ada beberapa orang yang sedang berlatih. Lagi-lagi Delia merasa kagum dengan tempat pelatihan yang begitu tertutup itu. Namun, apa yang sulit bagi Salazar. Tentu masih banyak lagi tempat-tempat rahasia yang belum dia ketahui.

Tiba-tiba ada dua orang tergesa-gesa mendekati mereka berdua. Delia mengangguk sebagai sapaan terhadap orang yang belum dikenalnya itu.

"Hay Reyn!" Sapa salah satu dari mereka kepada Reyn.

"Halo Jhon. Bagaimana kabarmu di sini?"

"Apakah dia yang dikirim mama untuk berlatih di sini? Apa mama tidak salah Reyn?"

Tak menghiraukan pertanyaan dari Reyn, pemuda itu malah kembali bertanya.

"Menurutmu?"

Reyn malah balik bertanya dan mengangkat bahunya. Mengisyaratkan bahwa dirinya tidak tahu menahu tentang keputusan sang Nyonya Besar itu. Jhon mendekati Delia.

"Hai, Aku Jhon Salazar, adik dari Amro Salazar."

Jhon begitu percaya diri mengulurkan tangannya ke arah Delia. Mengajak wanita itu untuk berkenalan. Gadis manis itu hanya menatapnya datar.

"Delia," jawab Delia singkat. Gadis itu menerima uluran tangan Jhon dan menyebutkan namanya. Jhon terpaku melihat ketenangan gadis itu. Diam-diam dia merasa bahwa Delia pasti bukanlah orang sembarangan.

Gadis ini masih sangat muda. Kenapa mamanya memilih dia untuk menjadi asistennya. Aku yakin gadis ini harus berusaha dengan sangat keras agar bisa menjaga mama. Batin Jhon.

"Jhon, aku harus kembali perusahaan.

Kamu berlatihlah dengan Delia."

Reyn mengatakan hal yang cukup mengejutkan bagi dua orang yang baru saja berkenalan. Jhon mengangguk antusias. Reyn berbisik pada Delia sebelum akhirnya pra itu berbalik dan pergi. Meninggalkan dua anak manusia itu dalam suasana yang canggung.

"Baiklah sebelum berlatih, aku ingin bertanya kepadamu. Apakah kau bisa menggunakan pistol?" tanya Jhon memecah keheningan diantara keduanya.

"Aku pernah belajar, tetapi mungkin saja aku lupa. Apakah anda mau mengajariku menembak?" tanya Delia terlihat santai.

Jhon menelan saliva-nya susah payah

Gadis ini benar-benar tidak bisa diremehkan. Pembawaannya sangat tenang. Batin Jhon.

"Baiklah, ayo!"

Itulah kali pertama Delia bertemu dengan Jhon. Anak bungsu di keluarga Salazar. Delia juga baru tau hari itu bahwa keluarga Salazar mempunyai dua orang penerus.

Hari demi hari dilalui Delia di kamp pelatihan. Sungguh hari-hari yang sangat berat. Namun, Delia tidak pernah mengeluh. Justru Delia sangat senang karena dia bisa melatih tubuhnya kembali. Sudah beberapa waktu terakhir dia tidak pernah berlatih dengan Mario.

Selama pelatihan semua kebutuhan Delia sudah disiapkan oleh Reyn. Pria itu benar-benar luar biasa karena bisa melakukan banyak pekerjaan. Tak jarang pekerjaannya tersebut menyita waktu istirahatnya.

Delia pun mulai berteman dengan Reyn dan Jhon. Sesekali mereka bertanding hanya untuk memperebutkan hal-hal yang tidak penting. Sekaligus untuk mengasah kemampuan mereka. Jhon sangat kagum dengan konsentrasi Delia. Gadis itu bisa bergerak dengan cepat dan menembak dengan tepat. Jhon masih harus belajar lagi jika ingin seperti Delia.

Tidak terasa Delia sudah satu bulan di kamp pelatihan. Hari ini Jhon dan Delia harus kembali ke mansion. Delia akan menjadi asisten Nyonya Dainy. Jhon akan meneruskan kuliahnya di luar negeri. Sebagai bagian keluarga Salazar sudah tentu Jhon harus mendapatkan pelatihan sebelum dilepas di luar negeri.

Sesuai janjinya Reyn sendiri yang menjemput Jhon dan Delia pulang. Membawa mereka bertemu dengan Tuan Muda Amro Salazar.

Di sinilah mereka semua saat ini. Di ruang kerja milik almarhum Robert Salazar.

"Mulai sekarang kamu resmi menjadi asistenku. Menggantikan Mario," kata Nyonya Dainy.

"Baik Nyonya, mohon bimbingannya."

"Jangan memanggilku Nyonya. Panggil mama saja seperti Amro dan Jhon!" Pinta Nyonya Dainy pada Delia.

Delia mengerutkan keningnya. Merasa aneh dengan permintaan Nyonya Besar Salazar itu.

"Jangan sungkan. Sebenarnya aku sangat mendambakan seorang putri. Tapi Tuhan memberikanku dua orang putra yang begitu membanggakan."

"Baik Nyo ... eh maaf mama." Delia begitu kaku menyebut nama mama.

"Nah begitu lebih baik. Iya kan nak?"

Nyonya Dainy bertanya pada Amro. Amro hanya mengangkat bahunya. Tiba-tiba Jhon merangkul Delia yang duduk di sebelahnya. Tentu saja semua orang menatap pemandangan itu dengan mata membulat tidak percaya.

"Del, aku pasti sangat merindukanmu."

Jhon memang sudah menganggap Delia sebagai adiknya. Setelah bersama Delia selama satu bulan Jhon sangat suka dengan sifat Delia. Bahkan Jhon sangat suka menjahili Delia dan menyuruhnya melakukan hal-hal yang sepele. Seperti mengupaskan buah, mengambilkan bola dan masih banyak yang lainnya. Hal yang sebenarnya bisa Jhon lakukan sendiri.

Tuan Muda Amro terkejut melihat sikap Jhon yang begitu dekat dengan Delia. Padahal selama ini Jhon sangat membatasi diri dalam bergaul. Dia juga tidak mau menyentuh orang lain kecuali keluarganya sendiri.

Tiba-tiba sang Tuan Muda merasakan dadanya berdenyut nyeri melihat kedekatan Jhon dan Delia. Sementara Nyonya Dainy tampak sangat senang dengan kedekatan mereka berdua.

"Maaf, saya harap anda tahu batasan anda, Nona Delia!" Tegur Tuan Muda Amro yang membuat Jhon reflek melepaskan rangkulannya di pundak gadis itu.

"Ada apa denganmu, Kak? Apa salahnya aku memeluk Delia? Delia tidak melakukan apapun. Selama di kamp Delia adalah temanku. Wajar aku memeluk temanku. Sebentar lagi kami berpisah. Aku akan segera berangkat nanti sore dan pasti akan sangat merindukan teman baikku ini."

Jhon yang angkat bicara. Merasa tidak suka dengan sikap kakaknya yang terkesan kaku. Jhon bisa menangkap gelagat kakaknya yang tidak suka kedekatannya dengan Delia.

"Aku tidak mau keluarga pembunuh menjadi besar kepala. Kita juga belum mengenal dekat siapa lawan dan siapa kawan. Tidak menutup kemungkinan, dia akan membunuh kita juga, Jhon!"

Ucapan Tuan Muda Amro begitu dingin dan datar. Membuat Jhon diam-diam mengepalkan tangannya. Jhon yang berada di samping Delia bisa merasakan tubuh gadis. itu menegang. Mungkin saja sedang menahan diri.

Memang benar jawaban Tuan Muda Amro membuat Delia merasa sesak dalam dada. Kecewa, itulah yang dirasakan oleh gadis itu.

Delia ingin mengeluarkan sumpah serapahnya pada Tua Muda Amro, tetapi dia berusaha menahannya di depan Nyonya Dainy.

"Nak, mama mohon,-"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ma.

Reyn kita ke kantor sekarang!"

Tuan Muda Amro memotong ucapan sang Mama. Pria itu segera berdiri diikuti oleh Reyn. Delia, Jhon, dan Nyonya Dainy cuma bisa melihat punggung tegap itu berjalan menjauh dari mereka. Menyisakan rasa tidak terima di hati Delia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!