5. Menjadi Pelayan

Byur ...

Delia gelagapan ketika merasakan dirinya tersiram air banyak sekali.

"Banjir!" teriaknya spontan. Gadis itu gelagapan dan segera bangkit dari posisi tidurnya. Mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali.

Oh ya Tuhan, batin Delia kesal saat mendapati

bajunya telah basah. Belum lagi baju-bajunya di tas yang mungkin juga ikut basah.

Di tengah kebingungannya dia mendengar suara tawa itu semakin jelas di telinga. Perlahan Delia membuka matanya lebar-lebar. Gadis itu terkejut saat menatap sekelilingnya. Dia baru ingat saat ini dia berada di mansion Salazar.

"Woy!! Pelayan baru aja belagu lu ! Jam segini mana ada pelayan yang enak-enakan tidur kayak lu," bentak seorang gadis yang Delia tebak umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Namun, tetap saja dia pasti lebih tua daripada dirinya.

Delia menghembuskan nafas. Merasa sangat kesal dengan sikap pelayan yang menurutnya sudah keterlaluan tersebut. Delia menyimpan amarahnya supaya tidak membuat keributan yang lebih besar. Matanya menatap wajah-wajah yang terlihat sangat puas menonton dirinya yang basah kuyup akibat ulah salah satu dari mereka

Mereka adalah para pelayan yang tadi dikenalkan kepadanya. Entah apa kesalahannya hingga dia disiram dengan air.

Ah **** ! Kenapa juga aku yang dibully? batin Delia kesal setengah mati. Dia berusaha mengingat nama pelayan itu. Delia ingat sekarang. Nama mereka adalah Mera dan Dista.

"Kenapa kalian memperlakukanku seperti ini? Aku mulai kerja besok pagi. Jadi tolong tinggalkan kamarku !"

"Hahaha Hahaha. Kamu pikir kamu siapa di sini? Kita itu sama-sama pelayan. Sekarang juga kamu ganti baju, pakai baju ini dan kerja!"

Mera melempar seragam pelayan ke muka Delia. Kalau saja Delia tidak mengingat nasib keluarganya, Delia akan langsung menendang Mera keluar dari kamarnya. Namun, Delia harus menahan diri. Misinya lebih penting daripada apapun. Delia juga harus berhati - hati karena Delia yakin di mansion Salazar ada penghianat.

"Baiklah. Silahkan keluar! Tiga menit lagi aku selesai," jawab Delia dingin.

Mera tampak merenggut kesal, dia merasa Delia adalah ancaman bagi dirinya. Selain cantik Delia juga tampak diistimewakan oleh Reyn, sang asisten Tuan Muda Salazar yang ditaksir oleh Mera. Sungguh Mera merasa marah melihat Delia diantar sendiri oleh Reyn tadi. Padahal semua pelayan di mansion ini biasanya dibawa dari yayasan yang memang sudah dipersiapkan dengan pengetahuan yang sangat baik. Sementara Delia tiba tiba datang tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kedatangannya pun di antar oleh asisten Reyn. Pria dingin tapi penuh pesona itu.

"Cepatlah, kau dipanggil oleh Pak Reyn!" Teriak Mera dengan tidak sabar.

Delia segera keluar dan menatap tajam pada Mera. Tidak ada ketakutan dalam matanya, justru kedua netranya menyorot tajam ke arah Mera. Mera tentu saja merasa sangat kesal, terlihat dari matanya yang mendelik ke arah Delia. Ingin membalasnya, tetapi ada Reyn di dapur sedang menunggu mereka.

Delia mengikuti Mera menuju dapur. Di sana ada Reyn yang telah menunggunya.

"Kamu ikut aku sekarang!"

Delia mengangguk dan segera mengikuti Reyn. Huft, mansion ini sangat besar. Bagaimana aku menghafal ruangannya? Keluh Delia dalam hati. Delia tampak sangat kagum dengan desain interior mansion Salazar yang sangat mewah. Berulang kali gadis kecil itu membalikkan badan dan mulutnya membentuk huruf O.

Reyn membawa Delia ke sebuah ruangan di lantai dua.Tampak seperti sebuah ruang baca. Terlihat dari banyaknya buku-buku di ruangan itu yang berjejer rapi di rak. Ada tempat baca dan juga vas bunga berisikan mawar di sudut ruangan.

"Nyonya, saya sudah menemukan orangnya."

Delia terkejut saat mendengar Reyn berbicara dengan seorang wanita yang sedang berdiri di pinggir jendela. Sepertinya wanita itu sedang menikmati pemandangan di luar sana.

Saat wanita itu berbalik, Delia melotot tidak percaya karena wanita yang berada di depannya adalah Nyonya kaya raya yang beberapa waktu lalu ditolong oleh Delia.

Jadi dia Nyonya Dainy istri Robert Salazar. Batin Delia. Gadis itu kagum karena melihat wajah Nyonya Dainy yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tua.

"Tinggalkan kami Reyn !" ucap Nyonya Dainy tegas tak ingin dibantah. Reyn mengangguk dan segera pergi meninggalkan Delia dengan Nyonya Dainy.

"Bagaimana kabarmu, Delia?" tanya perempuan yang masih cantik diusianya yang hampir tujuh puluh tahun itu. Wanita itu menyuruh Delia untuk duduk di depannya.

"Baik, Nyonya," jawab Delia tenang. Gadis itu

seolah-olah tidak terbebani dengan segala kejutan yang menghampirinya sedari kemarin.

"Apakah kamu takut pada Reyn ?" tanyanya lagi karena melihat Delia begitu patuh pada Reyn.

"Tidak sama sekali, Nyonya," jawab Delia tanpa ragu sedikitpun. Jawaban yang membuat Nyonya Dainy puas.

"Mulai sekarang kamu yang akan menggantikan Mario sebelum Sera ditemukan. Apakah Reyn atau anakku sudah memberitahumu tentang kesepakatan kita?" tanya wanita itu. Meskipun terlihat ramah, Delia sama sekali tidak terkesan dengan sikap Nyonya Dainy yang menurutnya dibuat-buat. Entah apa yang disembunyikan wanita tua itu.

Delia tidak bodoh, jadi dia sangat tahu dengan resiko pekerjaannya. Menggantikan Mario itu artinya dia harus siap mati jika ada hal yang terjadi dengan Nyonya Dainy maupun keluarga Salazar lainnya.

"Baik, Nyonya ... tapi saya tidak tahu harus bagaimana. Anak anda dan asistennya belum memberi tahu saya secara detail pekerjaan yang harus saya lakukan."

"Reyn akan mengajarimu."

Lagi, jawaban datar itu membuat Delia bertanya-tanya. Nyonya Dainy terlihat aneh di mata Delia. Wanita itu terlihat penuh misteri.

Akhirnya Delia mengangguk mengerti. Bagi Delia dia cukup menyetujui semuanya. Hal itu agar mempermudah pekerjaannya. Bagaimanapun juga dia harus berhati-hati, apalagi dengan Nyonya Dainy yang menurut instingnya terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.

Delia memang sudah terlatih tentang hal itu. Orang-orang di sekitarnya tidak ada yang tahu bahwa Delia bukan hanya sosok manis yang menggemaskan, tetapi juga pembunuh sadis. Di usianya yang baru delapan belas tahun. Tak banyak yang tahu bahwa kehidupan gadis itu penuh pertarungan. Hanya pamannya yang tahu, karena selama ini dia berlatih dengan Mario.

"Lalu bagaimana dengan tugas saya sebagai pelayan di sini, Nyonya?"

"Aku sudah tidak terlalu banyak kegiatan di luar. Kamu bisa tetap bekerja di dapur. Namun, saat aku membutuhkanmu, kamu harus siap."

"Baiklah, karena di sini saya adalah orang yang bisa menjamin paman saya tidak bersalah. Saya siap melakukan pekerjaan yang dibebankan pada saya."

"Bagus, aku sangat suka sekali semangat gadis muda sepertimu. Sayang sekali jika kamu menjadi pelayan di mansion ini. Aku tahu kamu punya bakat yang bagus. Apakah kamu tahu bahwa aku sangat senang dengan kedatanganmu? Aku mempunyai teman bicara. Setidaknya aku tidak akan kesepian saat Amro memilih menginap di apartemennya," kata Nyonya Dainy. Wanita itu mengulas senyum.

"Terima kasih sudah percaya pada saya, Nyonya."

Nyonya Dainy tersenyum dan berkata pelan," kamu masih sangat muda. Jangan bertindak gegabah kalau tidak mau berakhir sia-sia!"

Ucapan seorang Nyonya Besar yang bagi Delia penuh makna. Biarlah waktu yang membuktikan firasatnya kali ini. Delia yakin, Nyonya Dainy sudah mencium siapa dalang dari kasus pembunuhan suaminya. Delia juga yakin, Mario bukanlah pelakunya.

Terpopuler

Comments

Neti Jalia

Neti Jalia

semangat nulisnya kk🤗🙏

2022-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!