Hari ini Mario dan Reyn sedang berkumpul di apartemen Mario. Mereka sedang mendiskusikan penyelidikan mereka. Reyn terlihat sedang menghubungi seseorang.
"Bagaimana pekerjaan kalian?"
"Beres bos, tetapi ada salah satu orang kita yang tertangkap," lapor pria di seberang sana. Sang penelpon tampak berhati-hati saat menyampaikan hal itu. Dia juga berkata bahwa sekarang lebih berhati-hati dalam memberi perintah selanjutnya.
"Hidup atau bereskan!"
"Siap bos," sahutnya.
Bukan hal tabu dalam dunia bawah, membunuh rekan sendiri adalah hal yang biasa demi tetap tersimpan nya sebuah rahasia. Pihak kubu lawan pasti akan menyiksa tawanannya sampai benar-benar mau mengaku.
Reyn menutup teleponnya dan berjalan mondar mandir. Raut mukanya menjadi tegang. Membuat Mario menatap penuh selidik ke arahnya.
"Apa yang terjadi, Reyn?" Mario bertanya dengan nada khawatir.
"Ada yang mencoba menjegal kita," jawab Reyn.
Reyn dan Mario memang sedang berusaha keras mencari dalang dari semua kekacauan di keluarga Salazar. Namun, jika melihat dari data yang diperoleh Delia sebelum masuk penjara, rasanya hasil penyelidikan tersebut adalah hal itu sangat mustahil.
Semua kejadian janggal di keluarga itu ternyata dilakukan oleh keluarga inti sendiri. Delia adalah orang pertama yang tahu tentang hal itu. Makanya gadis itu diincar dan disingkirkan.
Sampai sekarang baik Mario maupun Reyn, belum menemukan motif yang tepat kenapa orang itu sampai melakukan banyak hal curang terhadap keluarganya sendiri.
Menipu anak kandungnya, menyuruh orang membunuh Tuan Robert, membuat perusahaan menjadi kolaps, dan yang terakhir adalah kasus pembunuhan Bu Ningsih. Semua itu butuh rencana yang sangat matang. Dan tentunya dilakukan secara profesional. Sungguh membuat kedua orang itu menggelengkan kepala. Semua benar-benar di luar dugaan mereka.
"Rio, menurutmu apa yang membuat orang setua ini berulah? Dia mempunyai saham sebesar 20 persen di perusahaan. Benar-benar gila ya? Kenapa dia malah mau menghancurkan perusahaannya sendiri?"
Reyn bertanya sambil memandangi foto yang digenggamnya. Kilat kemarahan terlihat jelas di kedua netra pria itu.
"Psikopat," jawab Mario singkat. Reyn mengangguk. Membenarkan ucapan temannya. Tidak ada hal lain yang cocok untuk mendeskripsikan perbuatan orang tersebut, kecuali kata psikopat.
"Kasihan Delia, dia harus di penjara untuk mempertanggung jawabkan kesalahan yang tidak dilakukannya," ucap Reyn penuh sesal.
"Apa bukti yang kamu kumpulkan sudah kuat, Reyn? Kita akan melawan orang besar."
"Kamu tenang saja. Semua sudah ku susun rapi untuk memberatkan hukuman rubah tua itu. Aku tidak sabar lagi untuk melepaskan topeng kebaikannya selama ini," jawab Reyn.
"Jangan terburu-buru itu tidak baik!"
Reyn hanya tersenyum simpul mendengar peringatan dari temannya itu. Mario dan Reyn merupakan orang luar yang begitu dekat dengan keluarga Salazar. Hal itu juga yang membuat mereka sedikit akrab. Selain itu mereka berdua juga sering menghabiskan waktu bersama. Dan saat ini mereka berdua bekerja sama untuk membebaskan Delia dan mencari bukti keterlibatan si rubah tua. Selain itu, Reyn juga ingin menyelamatkan tuan Mudanya. Meskipun menjengkelkan, tetapi Reyn tahu bahwa dalam hal ini Tuan Muda Amro Salazar memang tidak tahu apa-apa. Dia hanyalah korban seseorang.
Tentu saja Mario dan Reyn melakukan penyelidikan secara diam-diam. Amro, sang tuan muda itu tidak akan mengampuni mereka, jika mereka menuduh si rubah tua tanpa bukti. Dirinya telah dibutakan oleh kasih sayang palsu yang diberikan kepadanya.
"Reyn ... Apa kau yakin Tuan Muda Amro adalah anak kandung Nyonya Dainy? Aku sudah mendatangi kantor pencatatan sipil. Sialnya mereka tidak mau buka mulut," kata Mario dengan kesal.
"Menurutku bukan. Seharusnya pihak pencatatan sipil bisa mengeluarkan catatan kelahiran itu, tetapi entah kenapa mereka seolah menahan informasi tentang Tuan Muda Amro Salazar."
"Aku setuju dengan pendapatmu, sepertinya benar kalau langkah kita memang sedang dijegal oleh orang lain."
Reyn dan Mario benar benar dibuat pusing tujuh keliling. Ternyata tidak segampang itu menyelidiki si rubah tua. Dia begitu licin juga licik, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat Reyn dan Mario untuk menggali informasi. Tentunya mereka berani membayar dengan harga yang fantastis. Asal mendapatkan informasi.
Suara dering ponsel milik Reyn berhasil mengagetkan mereka.
"Sudah ku bilang jangan menghubungiku! Kalau tidak ada informasi yang aku butuhkan !" bentak Reyn kesal begitu mengangkat teleponnya.
"Bos, kami sudah mendapatkan buktinya. Juga beberapa informasi tentang nona Delia," jawab anak buah Reyn.
"Katakan!"
Reyn mendengarkan penjelasan anak buahnya. Sorot matanya tampak tajam dan sesekali terlihat kilatan kekecewaan. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Mario menebak itu ada sangkut pautnya dengan Delia. Mario bukanlah pria bodoh. Dia tahu Reyn menyukai keponakannya. Makanya Reyn sampai bekerja di hari Minggu seperti ini. Semua itu demi Delia.
Selesai menerima telpon dari anak buahnya. Reyn mengusap wajahnya kasar. Mengumpat dengan segala isi kebun binatang. Wajahnya terlihat merah padam, menahan amarah.
"Ada apa?" Mario bertanya dengan tenang.
"Apa yang akan kau pilih, jika kau berada dalam situasi sepertiku. Pekerjaan atau kebenaran?" tanya Reyn datar.
"Jangan membuatku tertawa Reyn. Kau tidak pintar bisa menyembunyikan apapun dariku," jawab Mario tersenyum mengejek.
"Aku butuh pekerjaan ini, Rio."
Reyn kembali bersuara.
"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, atau kau akan malu nantinya," jawab Mari sangat sinis.
"Atau kau ingin aku menjadi CEO RA Grup?" lanjut Mario.
Senyum sinisnya masih terlihat di bibir pria berkepala tiga itu. Tentu saja Reyn tercengang. Bagaimana mungkin Mario tahu siapa dirinya. Padahal selama ini dia tidak pernah membuka jati dirinya. Bahkan terhadap atasannya sekalipun.
"Jangan membual Rio, saatnya kita membuat perhitungan dengan rubah tua licik itu." Reyn tersenyum miring saat mengetahui bahwa Mario lebih cerdik darinya.
"Siapa yang kau maksud dengan rubah tua?"
Sebuah pertanyaan mengagetkan keduanya. Membuat kedua pria itu menoleh secara serempak ke arah pintu apartemen.
"Maaf, aku langsung masuk. Aku tidak tahu kalau kamu sedang bersamanya," kata Tuan Muda Amro tanpa merasa bersalah.
Deg.
Mario dan Reyn tersentak. Mereka saling berpandangan. Tuan Muda Amro tiba tiba datang. Aduh, bagaimana nanti menjelaskan pada sang bos kutub ini? Batin Mario.
"Eh, Itu Tuan Muda. Sebenarnya tadi kita sedang menonton drama korea."
Reyn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Justru alasan yang diberikannya sangat tida masuk akal.
Tuan Amro menghela nafas. Menandakan situasi hatinya yang sedang sangat buruk. Terlihat dia sedang memendam beban yang sangat berat.
"Bagaimana Tuan bisa sampai kemari?" Reyn bertanya dengan sangat penasaran. Sementara Mario memilih diam saja.
"Kamu meremehkan aku, Reyn?"
"Tidak Tuan Muda. Saya mana berani," sahut Reyn cepat.
"Kapan kamu akan berhenti menjadi asistenku, Reyn. Aku bosan kamu memanggilku Tuan Muda. Apa kamu tidak ingin mengelola perusahaanmu sendiri?" tanya Amro santai.
Lagi lagi Reyn melongo. Jika tadi Mario yang bertanya dia bisa memakluminya. Namun, sekarang adalah Amro Salazar. Kalau Mario bisa dia maklumi karena Mario memang handal dalam bidang penyelidikan. Beda dengan Tuan Mudanya Amro Salazar. Pria yang sehari-harinya sibuk dengan urusan kantor itu tidak jago seperti Mario.
"Dan jelaskan apa yang kalian temukan tentang ibuku!!" lanjut Tuan Muda Amro dengan sorot mata yang tajam setajam elang.
Reyn dan Mario saling berpandangan, keduanya dengan susah payah menelan saliva-nya. Bagi mereka berdua, mereka belum cukup bukti untuk membuktikan bahwa pembunuh Bu Ningsih adalah orang terdekat Amro.
"Baiklah, aku akan mencarinya sendiri." Amro berkata kemudian berdiri mau keluar.
Reyn menahan diri untuk tidak terpancing emosi.
"Duduklah, tuan ! Nanti kita akan menjelaskannya semuanya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments