13. Fitnah

Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu ketika pasti akan jatuh juga. Begitulah kira kira yang terjadi pada pelaku pembunuhan itu. Anggaplah sampai detik ini Tuhan masih bermurah hati memberikan perlindungan kepadanya. Setiap kali sikap buruknya hampir terendus oleh orang lain, dia akan segera bertindak. Sungguh sangat cerdik pola pikirnya. Dia memposisikan diri sebagai orang yang paling menderita. Dengan cerdiknya menipu banyak orang. Bahkan orang-orang terdekatnya pun tidak ada yang tahu bahwa mereka hidup satu atap dengan seorang psikopat berdarah dingin. Dia sangat cerdik memanfaatkan situasi dan kondisi, melakukan manipulasi dan juga mengaburkan barang bukti.

Pagi itu seluruh penghuni mansion Salazar berkumpul di ruang tamu. Tak terkecuali seluruh pelayan dan orang-orang bagian keamanan. Polisi mengabarkan sudah mengetahui identitas pembunuh Bi Ningsih.

Mereka sedang dalam perjalanan ke mansion. Tentu saja kabar itu membuat semua penghuni mansion menebak-nebak siapa pembunuhnya. Melihat betapa sadisnya Bi Ningsih dibunuh, mereka sangat ingin tahu siapa pembunuhnya. Bisik -bisik pun terdengar, semua berdebar-debar menunggu kedatangan pihak kepolisian.

Tidak berapa lama pihak kepolisian sudah sampai di mansion. Kepala polisi meminta untuk berbicara empat mata dengan Tuan Muda Amro di ruang kerja.

"Silahkan duduk Pak," Amro mempersilahkan ketua polisi untuk duduk di depannya. Kepala polisi itu pun duduk dengan cepat.

"Maafkan kami terpaksa mengatakan kabar buruk, tentang salah satu penghuni rumah ini, Tuan."

"Silahkan pak," sahut Amro tenang. Ketua polisi pun menjelaskan semuanya dengan detail. Namun untuk motif, tampaknya belum bisa ditebak sampai hari ini.

"Semua bukti mengarah kepada wanita itu Tuan. Kami juga tidak menyangka bahwa wanita itu pelakunya. Namun, semua bukti mengarah kepadanya. Saat kami menggeledah rumah ini seusai kejadian, kami menemukan sepatu both di kamar wanita itu. Juga pisau yang digunakan untuk membunuh korban."

Amro mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia merasa ditipu selama ini. Kebaikannya di salah artikan. Dia benar-benar merasa marah kali ini.

"Baiklah, nanti saya akan melengkapi berkas laporannya pak. Kami akan menuntut hukuman mati terhadap pelaku atau setidaknya penjara seumur hidup."

Tidak lama kemudian kepala polisi keluar di ikuti Tuan Amro yang mengepalkan tangannya, hingga buku-buku tangannya memutih.

Aura yang mencekam langsung terasa, menyergap hati setiap orang yang berada di sana. Tuan Amro mendekati Delia, dan menyeretnya dengan keras ke tengah-tengah. Dengan keras tangannya yang besar terayun menampar pipi putih gadis itu.

Plak.

Delia terkejut. Tubuhnya terhuyung sampai mau jatuh ke lantai. Untung saja dia jago bela diri, jadi dengan tenang dia segera menegakkan tubuhnya kembali. Matanya menatap nanar ke arah Tuan Amro dan orang-orang di sekitarnya.

Darah merah pun mengalir dari sudut bibir tipisnya. Semua yang berada di sana terkejut setengah mati melihat hal itu. Apalagi mereka mengenal Delia adalah pribadi yang baik dan dekat dengan Bi Ningsih. Sungguh mereka tidak menyangka Delia bisa berlaku kejam terhadap orang yang sudah baik kepadanya.

"Pembunuh! Tangkap dia pak, penjarakan !! Biarkan membusuk di penjara!" ucap Amro lantang. Pria itu sama sekali tidak memberi kesempatan pada Delia untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.

Amro menatap Delia dengan tatapan sengit, seakan ingin menguliti Delia hidup-hidup. Perlahan Delia menyadari dia sudah difitnah. Meskipun dia ingin menangis, tetapi gadis itu menahannya dengan sangat kuat. Delia hanya tidak ingin terlihat lemah di depan pembunuh yang sebenarnya. Kau akan tahu nanti dengan siapa kau berhadapan. Batin Delia.

Sekali lagi Delia menatap tak percaya surat penangkapan dirinya. Bagaimana mungkin di pisau yang ditemukan polisi ada sidik jarinya.

Juga dengan sepatu both yang ada di kamar yang ditempatinya ada bercak darah Bu Ningsih. Sungguh Delia ingin menolak tuduhan itu. Tapi bagaimana bisa? Semua bukti mengarah kepadanya. Delia juga baru tahu bahwa sang pembunuh mengukir huruf D di lengan korbannya.

Ingin memberontak tidak akan bisa. CCTV yang ada di mansion pada hari itu mati total.

Sungguh suatu kebetulan yang tentu saja disengaja oleh author. Sementara pembunuh yang sebenarnya juga berada di situ, tentu saja memperlihatkan wajah yang sangat terkejut dan tidak percaya.

"Maafkan mama Nak, tidak seharusnya mama membawanya pulang ke mansion kita ini."

Wanita tua itu tampak menangis menyesali keputusannya. Semua yang melihatnya menatap kasihan. Sementara Delia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia dijadikan kambing hitam oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

"Lain kali jangan bawa orang asing Ma, meskipun wajahnya baik belum tentu hatinya juga baik. Justru orang seperti itu sangat membahayakan."

Amro sengaja mengeraskan suaranya. Membuat hati Delia semakin sakit. Sakit karena fitnah yang sengaja ditujukan kepadanya sementara dia sama sekali tidak melakukan apa yang dituduhkan oleh orang-orang itu.

Tentu saja dia tidak bisa membela dirinya. Namun, reaksi Delia yang tampak tenang ternyata dapat dibaca oleh Reyn dan Mario. Keduanya berpikir bahwa Delia sudah mengetahui pembunuh sebenarnya. Hanya saja dia pura-pura tidak tahu. Mungkin bukti yang dimilikinya belum cukup.

Sementara itu, Nyonya Dainy mengangguk mendengar peringatan dari anak sulungnya. Dia kemudian berjalan mengikuti para polisi yang sudah memborgol Delia. Delia digelandang ke kantor polisi tanpa ada pemaksaan karena Delia memilih mengikuti prosedur penangkapan dengan baik.

Hal yang paling menyesakkan baginya adalah ketika Amro menamparnya dengan sangat keras tadi. Di depan para pelayan dan keluarga Salazar. Nyonya Dainy yang selama ini sangat baik kepadanya pun menatapnya dengan sangat jijik dan marah.

"Saya akan mengajukan tuntutan hukuman mati bagimu j****g !!" ancam Amro sebelum Delia dimasukan ke mobil polisi.

"Iya, Nak. Mama setuju.Ternyata selama ini kita ditipu oleh wajahnya yang pura-pura polos," sahut Nyonya Besar Dainy kesal.

Sejak kapan wanita tua itu berubah sangat menyebalkan begini? Batin Delia kesal.

Delia menatap satu persatu semua orang di depannya, dia tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Akalnya merekam ekspresi orang-orang itu. Ya, Delia mendendam, dan tentu saja dia akan membalaskan dendamnya suatu hari nanti. Hari itu Delia belajar satu hal, bahwa orang yang kita bela mati-matian bisa saja akan berbalik menyerang kita.

Semua terjadi begitu cepat. Namun sebelum Delia dibawa pergi, dia meminta waktu untuk berbicara dengan Reyn dan Mario. Polisi pun memberikannya waktu selama sepuluh menit. Reyn dan Mario pun mendekati Delia.

"Anggap saja itu sebagai ucapan selamat tinggal dariku. Berhati-hatilah dengan yang terlihat baik pada kalian," ujarnya lirih, tetapi masih terdengar di telinga Reyn maupun Mario.

Reyn dan Mario menganggukkan kepalanya. Mereka mengerti maksud ucapan Delia. Mana mungkin ada pembunuh terang-terangan. Batin mereka.

"Paman, Reyn ... maafkan aku jika mengecewakan kalian," ucap Delia.

Paman Mario mengangguk. Memeluk keponakannya yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Dia merasa sedih, namun juga belum bisa melakukan perlawanan.

"Buka email dari Delia paman. Suruh Reyn membantumu!" bisik Delia. Paman Mario merasakan pipinya basah. Namun, dia mengiyakan permintaan Delia.

"Secepatnya paman akan datang untuk membebaskan kamu. Jadi, kamu tenang saja," balas Mario. Mario yakin Delia tidak melakukan pembunuhan itu.

Delia tersenyum mendengar ucapan Mario, sebelum akhirnya dibawa pergi oleh polisi.

Senyum kemenangan tercetak jelas di bibir orang itu. Satu persatu orang yang mencurigainya, akan dia binasakan. Siapa suruh bermain-main denganku gadis kecil? Batinnya tertawa puas.

Tetapi mulai saat ini dia harus lebih berhati-hati, tidak menutup kemungkinan orang-orang di sekitar gadis itu akan tetap diam saja melihat Delia di penjara. Mereka pasti aka mencari kebenarannya.

Terpopuler

Comments

Re Za

Re Za

kasian Delia thor

2021-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!