11. Delia Merasa Curiga

Pesona Mario ternyata masih sangat kuat. Meskipun dia sudah menyembunyikan setengah ketampanannya di balik kacamata hitam. Justru menambah rasa penasaran para wanita yang berada di klub itu. Di mata para wanita itu Mario terlihat sebagai laki-laki dewasa yang sangat matang dengan gaya dan ketampanan paripurna.

Para wanita itu berjalan mendekati Mario, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menggoda. Melemparkan kerlingan mata disertai tatapan lapar ke arah Mario. Hal itu membuat Mario muak. Jika saja dia tidak mengingat untuk menangkap Sera, tidak sudi dia berada di tempat laknat seperti itu. Apalagi sampai tubuhnya harus dia relakan dijamah tangan-tangan kotor yang sudah digunakan untuk menjamah para korban mereka yang lainnya.

"Jangan menyentuh milikku!"

Suara itu membuat gerakan para wanita itu terhenti. Para wanita itu menoleh. Melihat seorang wanita cantik berjalan dengan sangat anggun ke arah mereka. Seketika para wanita itu berjalan menjauh dari Mario.

Mereka sangat tahu siapa wanita itu. Dia adalah wanita kesayangan pemilik klub. Siapapun yang berani membuat masalah dengan wanita itu akan berakhir dengan tragis. Bahkan tidak diperbolehkan untuk datang ke klub ini lagi.

"Selamat malam, Sayang," bisik wanita itu lirih di telinga Mario.

Mario sangat jijik dan mual mendengar sapaan itu. Mario merasa itu terdengar lebih seperti sapaan seorang ****** kepada pelanggannya. Pria itu mencoba menahan diri karena Sera terus saja memancing hasratnya. Sebagai pria normal, wajar dia merasakan dorongan nafsu saat digoda oleh wanita cantik. Mario tersenyum palsu, tangannya merangkul pinggang Sera dan bibirnya pun mendarat dengan pelan di pipi Sera.

"Apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Sera.

"Aku begitu merindukanmu, makanya aku menjemputmu ke sini," jawab Mario. Sera menatapnya penuh rindu. Membuat Mario memilih mengajaknya keluar dari klub tersebut.

"Ayo kita pergi," ajak Mario.

Sera mengangguk mengiyakan. Hatinya berbunga-bunga karena pada akhirnya apa yang dia rencanakan akan berhasil.

Mario tidak bodoh. Di telinga Sera terpasang sejenis earphone. Meskipun Sera berusaha menutupinya dengan sangat baik. Nyatanya Mario bisa melihatnya ketika menyibak rambut Sera. Mario yakin Sera memang terhubung dengan orang lain. Tentu saja Mario tidak ingin gegabah.

Mereka beriringan menuju mobil Mario. Mario membukakan pintu untuk Sera, dan dengan cepat diapun masuk ke dalam mobilnya.

Mario segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan klub tersebut. Sementara tangannya yang satu menggenggam tangan Sera. Memperlihatkan bahwa dia masih sangat memuja Sera.

Melihat itu Sera tersenyum. Sera memang benar-benar mencintai Mario. Hanya Mario lah yang selalu memperlakukannya dengan baik. Berbeda dengan kekasihnya yang lain, yang tak segan untuk menampar bahkan menyiksanya jika dia berbuat salah.

"Kita mau kemana, Sayang?" tanya Sera.

"Nanti kamu juga akan tahu sayang," jawab Mario.

"Kamu memang selalu penuh kejutan, Sayang," bisik Sera lirih.

"Terimakasih," lanjutnya lagi.

Sebuah kecupan singkat pun mendarat di pipi Mario. Mario tersenyum tipis. Rencananya kali ini harus berhasil. Dia harus bisa membongkar siapa dalang di balik kekacauan di keluarga Salazar.

Salazar sudah seperti rumah bagi dirinya, maka dari itu siapapun yang berani mengusik Salazar harus mati, termasuk wanita cantik di sebelahnya saat ini.

Sementara itu di mansion Salazar, Tuan Muda Amro kembali menyuruh Reyn untuk memanggil Delia. Setelah pembicaraan siang tadi, sepertinya Tuan Muda Amro memang harus mengikuti apa yang diusulkan oleh gadis cantik itu. Bagaimana pun juga dia tidak ingin kembali kecolongan.

Meskipun sampai detik ini, Tuan Muda Amro masih belum bisa sepenuhnya percaya pada Delia. Namun, hati kecilnya mengatakan bahwa apa yang dikatakan Delia adalah sebuah kebenaran.

"Tuan!" Panggil Reyn sedikit keras. Tuan Muda Amro tersentak kaget.

"Hmmm. Kalian berdua sengaja membuatku terkejut!! Dasar tidak sopan! Bukannya mengetuk pintu, tetapi main nyelonong saja!"

Amro memaki Reyn dan Delia yang sudah berada di depannya. Sejak tadi pria dingin itu asyik melamun sehingga tidak menyadari kedatangan dua orang tersebut.

"Saya sudah mengetuk pintu berulang kali. Nona Delia juga sudah lelah berdiri. Saya pikir Tuan Muda pingsan di dalam," jawab Reyn tanpa merasa berdosa sama sekali.

"Sialan kamu Reyn! Mau gajimu ku potong setengah?" ancam Tuan Muda Amro. Tuan Muda mengumpat asistennya itu. Sayangnya umpatan itu malah ditertawakan oleh Delia. Sementara Reyn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung harus menjawab apa.

Reyn mencoba mencairkan kecanggungan yang terjadi. Tuannya sangat dingin jika di depan Delia, Delia juga terlihat membangun benteng yang kuat. Namun kali ini Delia menertawakan kekonyolan seorang Amro Salazar. Tentu saja kapan lagi dia bisa membalas perlakuan semena-mena tuan mudanya kalau tidak sekarang.

Tatapan tajam Tuan Muda Amro membuat Reyn dan Delia kembali ke mode serius. Dengan cepat kedua orang itu mengambil tempat duduk di depan tuannya yang kembali berwajah dingin. Reyn pun melaporkan kejadian penting yang dia tahu.

"Ada laporan bahwa Mario sudah berhasil menyekap Sera di villa." Reyn segera memberikan laporan terbaru tentang perkembangan penyelidikan Mario.

"Pantau terus! Siksa Sera sampai mau mengaku siapa yang menyuruhnya!"

"Menurut hasil penyelidikan Mario, Sera hanya sebagai umpan. Dalang yang sebenarnya belum diketahui. Permainannya sungguh sangat rapi sekali."

"Apakah Mario tidak punya cara lain untuk menyiksa wanita itu? Kenapa dia belum juga mau membuka mulut tentang kejadian yang sebenarnya?"

Reyn menggeleng, membuat Tuan Muda Amro mengalihkan perhatiannya pada Delia.

"Mulai hari ini kamu bertugas mengawasi bi Ningsih. Cari bukti keterkaitan dia dengan kematian papa. Aku semakin yakin, bukan hanya papa yang diincarnya, tetapi mama dan juga aku," kata Tuan Muda Amro dengan raut wajah yang serius.

Kekhawatiran tentu saja sangat dia rasakan. Apalagi sekarang dia hanya punya mama dan Jhon. Keselamatan mereka berdua menjadi prioritasnya.

Delia mengangguk. Mereka pun mengatur siasat. Sesekali Amro tampak melirik Delia dengan sudut matanya.

Gerak gerik Tuan Muda Amro tidak lepas dari pengamatan Reyn. Sungguh Reyn sangat ingin tertawa melihat Tuan Muda Amro yang seperti itu. Sepertinya sang atasan menyukai Delia.

Diskusi sore itu begitu melelahkan, tetapi juga menambah pengalaman baru bagi Delia. Dia merasa tertantang untuk mencari tahu dalang dari kekacauan di keluarga Salazar.

Hal yang harus Delia lakukan adalah mencari tahu tempat tinggal Risna, anak dari Sera. Menurut informasi yang dia dapatkan, Risna sudah keluar dari penjara. Dia keluar karena ada yang menjaminnya. Delia sengaja tidak memberitahukan rencananya pada Tuan Muda Amro karena bisa saja mereka melarangnya.

Saat mereka keluar dari ruang kerja Tuan Muda Amro, tidak sengaja Delia melihat Nyonya Dainy sedang buru-buru turun ke bawah. Dahi Delia berkerut. Sikap Nyonya Dainy terlihat janggal dan mencurigakan bagi Delia. Apalagi ini rumahnya sendiri. Sangat aneh kalau Dainy buru-buru turun karena takut ketahuan habis mencuri dengar percakapan tiga orang tadi.

Selama Delia berada di mansion ini dan ditugaskan sebagai asisten Nyonya Besar, tidak sekalipun Delia diberi jadwal kegiatan wanita tua itu secara gamblang. Padahal Delia sering menjumpai wanita tua itu baru saja pulang bepergian tanpa membawa Delia.

Sejujurnya Delia merasa aneh dengan hal itu. Namun, dia sama sekali tidak mempunyai bukti apapun. Mulai hari ini aku harus berhati-hati, sepertinya aku juga diincar oleh mereka. Tunggu saja, akan ku buktikan siapa yang bermain-main di sini! batin Delia.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!