9. Kecurigaan Delia

Malam itu di lantai dua mansion Salazar. Delia berguling ke kanan dan ke kiri. Entah apa yang membuat gadis itu susah untuk mengarungi mimpi. Ranjang yang empuk tidak membuatnya bisa tidur dengan cepat dan nyaman. Justru dia merasa seperti ada ketidaknyamanan yang sedang mengganggu hatinya. Perubahan sikap Nyonya Besar Dainy tak pelak membuatnya merasa curiga. Delia merasa ada hal yang janggal.

Delia tiba-tiba mengingat akan sesosok pria tampan yang dia kagumi diam-diam. Pria itu adalah pria pertama yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Pria yang membuatnya merasakan debar di dada. Membuat hari-harinya begitu bersemangat dan penuh suka cita.

Ya Tuhan, apakah aku harus kehilangan cinta pertama ku? batin Delia penuh sesal. Aku bingung harus bagaimana saat ini. Mengikuti permainan ini sampai akhir, atau berjuang dengan sekuat tenaga menguak misteri di keluarga ini? Apa yang harus aku lakukan untuk membebaskan paman?

Delia meraup wajahnya kasar. Merasa tidak bisa tidur, akhirnya Delia memilih bangun dan menuju balkon kamarnya. Diliriknya benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam dua pagi, tetapi matanya sama sekali tida bisa terpejam.

Delia mengedarkan pandangannya ke arah bawah. Dari balkon kamarnya Delia bisa melihat gazebo yang ada di samping mansion. Taman kecil yang ada air mancurnya di samping gazebo tampak begitu indah dengan lampu hias warna warni. Delia sedikit menajamkan penglihatannya ke arah gazebo ketika dia melihat sesosok bayangan berada di sana.

Dia melihat ada sekelebat bayangan. Siapa yang malam-malam begini belum tidur dan malah ada di gazebo? batin Delia curiga.

Tanpa pikir panjang Delia menggunakan kemampuannya. Sungguh gerakan yang sangat lincah dan cepat. Delia sudah turun dengan menggunakan tali. Delia turun dari sisi balkon sebelah depan. Sementara Gazebo ada di samping, jadi orang itu tidak tahu ada yang mengintipnya. Delia berjalan dengan sangat pelan, takut menimbulkan suara. Betapa terkejutnya gadis itu ketika mendapati bahwa yang berada di tempat itu adalah seorang perempuan.

"Aku sudah melakukan tugasku, di sini sekarang sudah tidak aman lagi. Wanita tua itu selalu bersama dengan asisten barunya."

Meskipun pelan, tetapi Delia bisa mendengarkan percakapan dua orang melalui telpon itu.

"Iya aku mengerti, jika ada kesempatan aku akan melakukannya lagi."

Itu kan Bu Ningsih. Ngapain malam-malam begini menerima telpon di gazebo batin Delia. Melakukan tugas? emangnya Bu Ningsih kerja sama siapa?

Banyak sekali pertanyaan yang berputar di pikiran Delia. Bu Ningsih adalah salah satu pelayan terlama di mansion ini. Tidak mungkin 'kan beliau melakukan sebuah tindakan bodoh dan jahat?

Delia semakin penasaran ketika melihat Bu Ningsih cepat-cepat memasukkan handphone jadulnya ke dalam kantong dasternya. Rasa penasaran Delia sungguh sangat besar. Tapi Delia tidak ingin buru buru menuduh Bu Ningsih tanpa bukti. Bisa-bisa dirinya malah dipenjara kalau tidak punya bukti apapun.

Aku harus menyelidiki Bu Ningsih. Tekad Delia kuat.

******

Sementara itu di tempat yang berbeda, pria berwajah lumayan tampan itu tampak menggerutu kesal ketika anak buahnya gagal lagi menangkap Sera. Dia terlihat sangat marah. Sebenarnya siapa yang melindungi Sera. Dia seperti belut, sangat licin ditangkap.

Mungkin butuh mesin yang bisa menyeretnya ke hadapan pria itu. Usahanya menangkap Sera dengan jebakan yang dia buat selalu gagal.

"Brengsek!!"

Pria itu menendang meja sampai terbalik di pojok ruangan. Menyesal. Dia sungguh sangat menyesal dengan keputusannya dulu. Dulu dia meremehkan Sera, nyatanya dia kecolongan.

"Siksa dia sampai buka mulut!

Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Levi?"

"Siap bos."

Pria itu kembali melamun. Mengambil sebuah foto di dompetnya. Aku harus menemuinya sendiri. Agar dia tidak curiga aku akan berpura-pura masih mencintainya, batinnya. Pria itu tidak lagi main-main. Sampai lubang semut pun Sera pasti dia kejar sampai ketemu. Hanya Sera yang bisa dia mintai keterangan.

Sudah satu bulan dia mengintai Sera. Kebiasaan Sera adalah selalu pergi ke club malam. Tapi setiap kali dia datang ke club malam tempat nongkrong Sera, justru Sera tidak datang. Aneh, seperti ada yang membocorkannya. Padahal pria itu sudah bergerak dalam diam.

Aku akan mencoba menghubungi Sera lewat ponselku saja, batinnya kesal. Pria itu pun dengan cepat merogoh ponsel pintarnya dan segera mengirim pesan ke Sera.

Sera, aku merindukanmu. Apakah kamu mau memaafkan aku? Send.

Pesannya terkirim. Itu artinya Sera tidak mengganti nomer ponselnya. Cukup lama pria itu menunggu balasan dari Sera. Hingga nada notifikasi pesan dari ponselnya membuat dia kebingungan.

Ting.

Siapa? Sera membalas dengan kata yang singkat. Pria itu bingung. Sebelum akhirnya mengetik dengan panjang.

Kita perlu bicara Sera. Aku butuh bantuanmu.Tolonglah, aku sudah berhasil lolos dari Amro sialan itu.

Pria itu ternyata adalah Mario. Kali ini dia sedang berusaha merayu sang istri yang kabur tidak tahu kemana.

Ok.

Jawaban singkat dari Sera mampu membuat Mario tersenyum senang. Mario sedang berpura-pura menjadi musuh dari Salazar untuk memancing Sera keluar.

Sera sendiri sebenarnya tahu kalau setelah kejadian itu Mario ditangkap. Selama ini Sera juga merasa dilindungi oleh Mario yang tidak pernah membocorkan identitasnya kepada Salazar. Hal yang l dia tidak tahu bahwa Mario adalah pengawal setia keluarga Salazar. Pria itu tidak mungkin mengkhianati Salazar, meskipun sangat ingin.

Mario mengirimkan lokasi pertemuan. Meminta Sera untuk mengabarinya jika memang sedang bekerja atau ada kesibukan.

Namun, Sera mengatakan bahwa dia juga sedang free.

Mario sudah menyiapkan semuanya. Dia tidak akan terkecoh lagi dengan semua trik dari Sera. Nyawanya dan Delia tergantung di tangannya. Dia harus berhasil. Mario memang merasakan keanehan yang terjadi saat menyelidiki kasus ini. Seperti ada yang sengaja menghalanginya. Pria itu yakin orang yang menghalanginya mempunyai kekuasaan yang besar dan uang yang banyak. Sehingga bisa mempersempit ruang geraknya. Sayangnya, Mario belum menemukan orang tersebut. Orang-orang yang berhasil ditangkap oleh anak buahnya hanyalah para anak buah mereka.

"Tunggu saja, cepat atau lambat aku pasti menemukan siapa dalang dibalik kematian Tuan Besar Robert. Jika aku tahu orangnya, aku tidak akan pernah mengampuninya!!"

gumam Mario lirih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!