Mengejar Cinta, Istri Kecilku..
Ciiiiiiiiiiiiittttttt!!!
Braaaakkkkk!!!!!
Mobil Pajero sport terguling di tengah aspal jalan. Semua orang berkerumun untuk menolong seorang lelaki berjas hitam yang bersimbah darah.
Nafasnya tersengal-sengal dengan mata sayu menatap sekitar. Dari balik kerumunan, samar dia melihat wajah seorang wanita yang di kenalnya tersenyum penuh kemenangan.
Sementara di tempat lain, Bella bersama kedua temannya tengah makan besar di restoran bintang lima. Teman-temannya begitu antusias dan merasa tidak sabar dengan sajian yang sudah mereka pesan.
"Dapat berapa sih Bell? Cerita donk.." Desak Erin bersemangat. Tanpa mereka sadari seorang lelaki menguping pembicaraan mereka.
"Satu milyar." Bisik Bella.
"Satu milyar!!!" Sari dan Erin saling melihat dan melantangkan suara mereka sehingga ketiganya menjadi sorotan.
"Kurang keras." Gerutu Bella mengerucutkan bibirnya.
"Hehehe maaf. Lalu apa rencanamu?"
"Untuk kuliah. Apalagi."
"Terus kenapa mengajak kita ke sini."
"Aku dapat free dari Kak Bas buat jajan." Anak laki-laki yang berdiri tidak jauh dari mereka tersenyum licik. Dia memperhatikan Bella yang tidak seberapa cantik namun jiwa penipunya bergemuruh.
Aku harus mendapatkan alamat rumah dan sekolahnya. Sepertinya dia masih SMA hehe. Satu milyar? Bisa untuk menutup hutang usahaku yang bangkrut...
Lelaki itu bernama Stefan. Dia berumur 19 tahun dan mencoba peruntungan dengan menjalankan usaha tapi karena tidak adanya perhitungan membuat usahanya bangkrut. Stefan memilih beranjak pergi dan menunggu Bella di luar. Dia ingin membatalkan pertemuannya hari ini dengan seorang rentenir. Stefan bersembunyi di area parkiran yang gelap untuk menghindari si rentenir yang sudah tiba.
Sementara di meja Bella, ketika gadis itu saling melihat saat sajian mewah tersaji di hadapannya. Mereka tentu merasa aneh dengan makanan yang memang tidak pernah mereka konsumsi sebelumnya. Karena ketiganya hanya dari keluarga menengah ke bawah. Uang yang di dapatkan Bella adalah uang penjualan tanah yang memang sudah menjadi haknya dengan Kakaknya. Sebelum meninggal, mendiang Mamanya menyuruhnya segera menjual tanah itu agar saudaranya tidak lagi bisa merebutnya. Mama Bella takut, jika tanah yang seharusnya menjadi haknya, harus jatuh ke tangan saudaranya yang memiliki sifat serakah.
"Well. Berapa harganya tadi." Ucap Sari berbisik.
"155.." Jawab Erin pelan. Ketiganya kembali saling memandang dan tertawa cekikikan.
"Konyol sekali. Mana kenyang."
"Bukankah lebih baik makan nasi goreng atau bakso." Bella mulai menyendok makanannya lalu mengerutkan keningnya." Buruk sekali!!" Umpatnya pelan.
"Tahu nih Erin. Ini bukan kelas kita. Tadi 150 ribu bisa makan bakso sampai kenyang." Gerutu Sari menimpali.
"Aku hanya penasaran bagaimana makanan di restoran bintang lima. Astaga... Aku tidak sanggup memakannya. Kalian ingat? Bukankah ini mirip permainan masak-masakan yang sering kita buat dulu." Bella menahan tawa begitupun Sari.
"Habiskan, lalu kita pulang. Kak Bas akan marah jika aku terlalu malam pulang."
Ketiganya terpaksa menghabiskan sajian di hadapan mereka meski rasanya tidak cocok untuk lidah mereka.
************
Di sebuah rumah sakit, Daniel berbaring dengan sekujur tubuh penuh perban. Dokter menyatakan jika kaki kanannya patah bahkan benturan keras di kepalanya membuatnya amnesia.
Seorang lelaki separuh baya, hanya mampu menatap lekat tanpa ada tangis. Dia mendekati tempat tidur ketika Daniel terlihat membuka matanya.
"Mana Marco Yah." Tanyanya lirih.
"Kamu mengingat Ayah?" Pak Salim cukup kaget sebab dokter sudah menyatakan jika Daniel Amnesia.
"Bagaimana mungkin aku melupakan Ayahku sendiri."
"Dokter berkata jika kamu amnesia."
"Itu hanya tebakan. Bisakah Ayah membantuku."
"Tentu saja Nak. Apa itu?" Daniel memberikan isyarat Pak Salim untuk mendekat. Pak Salim mengangguk setelah mendengar permintaan dari anaknya." Apa yang terjadi?" Imbuh Pak Salim ingin tahu.
"Aku akan bercerita nanti saat di rumah." Daniel tidak ingin banyak bicara.
"Lalu perusahaannya?"
"Biar saja mereka ambil. Aku yakin mereka tidak akan mampu mengelola dengan baik. Aku masih memiliki simpanan uang untuk hidup, jadi bawa aku pergi dari sini. Aku muak melihat mereka." Jawab Daniel pelan. Dia takut Marco yang merupakan kaki tangannya mendengar obrolannya.
"Baik Nak. Kita pulang.."
"Tidak Yah." Sahut Daniel cepat.
"Lalu bagaimana?"
"Beli sebuah rumah di pinggiran kota. Aku ingin menenangkan perasaan dan menyembuhkan lukaku ini." Pinta Daniel menahan rasa sakit badan dan hatinya akibat penghianatan kaki tangannya.
"Baik. Secepatnya Ayah akan cari."
"Hmm.." Patah pada kaki Daniel rasanya tidak berarti. Luka di hatinya lebih parah daripada itu sehingga dia memutuskan untuk pergi menghilang dan membiarkan perusahaan yang sudah di rintis sejak awal di lepaskan begitu saja.
Haiiii reader tercinta🥰🥰
Mimin punya cerita baru buat Dani, ingat Dani kan🤭
Cerita satunya masih tetap lanjut meski mungkin updatenya gantian😁😁
Anggap saja ini lanjutan dari cerita Cinta sang penguasa...
Happy reading..
Semoga suka🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
🌺sahaja🌺
ikutan mampir
2022-04-10
0
Syalalala~
mampir 😌
2022-01-16
0
💮Aroe🌸
cha eun woo😱
2022-01-13
0