Bagian 12

"Kamu punya teman laki-laki di sekolah." Bella menoleh seraya menelan makanannya cepat.

"Tidak ada." Jawab Bella singkat. Dia meraih air putih dan meneguknya habis.

"Tadi Sari dan Erin datang bersama anak laki-laki dan membawa mobil. Dia memakai seragam sepertimu."

"Sari dan Erin? Membawa mobil? Aku tidak tahu." Jawab Bella melanjutkan makannya, sebab dia memang tidak tahu dengan anak laki-laki yang di maksud Bastian.

"Tidak mungkin jika bukan temanmu dia datang ke rumah."

Sial!! Kenapa Erin dan Sari tidak bercerita.. Maksud Kak Bas siapa sih?

"Temanku hanya Erin dan Sari, selebihnya hanya mengaku. Tidak percaya ya sudah. Yang pasti aku tidak pernah berteman dengan laki-laki."

"Di toko kue, di rumah, sudah dua orang yang menyapamu."

"Itu hanya sekedar kenal Kak. Aku masih ingat aturanmu itu dan aku juga tidak berselera melihat mereka." Jawab Bella meninggikan suaranya." Mereka hanya sekumpulan bocah." Bastian menarik nafas panjang dan meletakkan sendoknya. Tangannya di lipat lalu bertumpu pada meja makan dan menatap Bella tajam.

"Lantas kau apa?" Daniel terkekeh mendengar perdebatan di hadapannya." Lihat sendiri kan Pak. Dia susah di atur seperti ini. Saya hanya tidak ingin dia bebas bergaul hingga terjerumus dengan pergaulan bebas." Imbuhnya menuturkan.

"Bella cantik. Sudah pasti banyak yang suka." Sahut Daniel menimpali.

"Aku tidak suka Kak. Aku serius berkata jika aku tidak suka melihat bocah."

"Astaga.." Gumam Bastian menghembuskan nafas berat." Kau tidak sadar jika masih bocah?" Bella mengerucutkan bibirnya dan menutup kotak makan.

"Sadar.."

"Lalu? Aku hanya berusaha mengingatkanmu Bella. Jangan mudah tertipu dengan rayuan lelaki." Perkataan Bastian sontak mengingatkannya pada uang di ATM yang di curi oleh Stefan.

Padahal aku tidak mudah tergoda tapi masih bisa di tipu.. Kak Bastian sudah sangat tidak bersahabat. Jika aku bicara jujur dengan Kak Bastian yang dulu, mungkin dia masih mau maafkan ku tapi sekarang? Kak Bas sudah berubah jahat. Aku tidak tahu harus bagaimana...

"Itu untuk kebaikanmu Bella." Kediaman Bella, membuat Daniel merasa kasihan. Namun, dia juga tidak ingin terlalu ikut mencampuri urusan Bastian karena apa yang di katakan Bastian memang benar.

"Iya aku tahu. Aku juga tidak berniat melakukan itu." Jawab Bella lirih. Dia berdiri dan mengurungkan niat untuk memakan ayam krispi lagi. Ingatan soal uang dua milyar membuat nafsu makannya hilang.

"Mau kemana?"

"Pulang."

"Kenapa tidak di habiskan?" Tanya Bastian yang juga merasa tidak tega.

"Mendadak kenyang. Permisi Kak Daniel." Bella mengangguk sebentar kemudian melangkah pergi dengan fikiran kalut.

"Temannya memakai seragam tapi terlihat dewasa. Saya tidak ingin terjadi sesuatu dengannya tapi dia selalu salah mengartikan semuanya." Gumam Bastian yang juga kehilangan selera makan.

"Dia ke sini tadi?"

"Hm.. Bersama dua sahabatnya."

"Mungkin hanya anak laki-laki yang menyukai Bella."

"Entahlah Pak." Bastian menyandarkan punggungnya untuk mengendalikan perasaannya. Dia tidak ingin merasa tertekan hingga membuat fungsi jantungnya berhenti.

Aku harus segera sembuh.. Agar bisa lebih dekat dengan Bella dan mengetahui bagaimana kesehariannya. Anak laki-laki tapi terlihat dewasa.. Daniel juga berhenti makan dan memikirkan sesuatu yang semakin terasa gila. Bukan hanya Bastian, aku juga tidak rela jika Bella dekat dengan lelaki lain..

"Jika aku tiba-tiba meninggal. Apa Bapak mau menikahi adik saya?" Daniel menoleh cepat mendengar itu.

"Maksudmu?"

"Aku yakin Pak Daniel orang yang tepat untuk Bella, adik saya. Dia memang masih kekanak-kanakan Pak tapi, saya benar-benar tidak tahu harus menitipkan dia pada siapa jika umur saya sudah tidak lagi panjang. Kesehatan saya sudah sangat terganggu dan yang memberatkan saya adalah adik saya, Bella. Saya yakin Bella akan menjadi dewasa nanti.." Mimpi paling buruk yang Bastian takutkan adalah, ketika dia meninggalkan Bella yang bahkan masih membutuhkan perhatian dan arahan untuk menjalani hidup.

"Kamu akan hidup lebih lama Bas. Jangan terus berkata itu." Daniel berusaha memberikan semangat meski tidak dapat di pungkiri jika dia sangat senang mendengar pernyataan dari Bastian.

"Pak Daniel sangat tahu kan? Penyakit jantung saya sudah stadium akhir. Mana mungkin umur saya bisa bertahan lama." Jawab Bastian lemah." Mungkin Bella bukanlah wanita idaman Pak Daniel, tapi saya yakin dia bisa jadi wanita hebat nanti." Imbuh Bastian mencoba merajuk Daniel. Dia berfikir jika Daniel pasti merasa keberatan dengan keinginannya.

"Ini terasa aneh Bas, tapi sejak awal. Aku memang sudah menyukai Bella." Bastian membalas tatapan Daniel dengan senyuman. Ada perasaan lega saat dia mendengar kenyataan jika Daniel menyukai Bella adiknya.

Aku bisa pergi dengan tenang setelah ini...

*************

Keesokan harinya... Tidak seperti biasanya, Bastian membangunkan Bella untuk bersekolah. Sejak pulang dari rumah Daniel hingga sekarang, Bella lebih banyak diam dan tidak banyak berprotes sehingga hal itu membuat fikiran Bastian menjadi kalut.

"Bella..." Terdengar suara Erin dan Sari memanggil di iringi suara ketukan.

Bella mengambil tas sekolah lalu mengalungkannya pada leher. Dia berjalan keluar bersamaan dengan keluarnya Bastian dari kamarnya.

"Ku antarkan sekolah."

"Hm.. Aku tunggu di bawah." Bastian menarik nafas panjang, mendengar jawaban acuh dari Bella.

"Aku juga akan ke bawah." Bastian berjalan beriringan dengan Bella. Saat pintu terbuka, Erin dan Sari sudah duduk di teras. Erin menarik lengan Bella cepat dan berbisik.

"Yang mana Kak Daniel.." Bastian mendengar itu, meski Erin mengatakannya dengan lirih.

"Mana?"

"Ke sini." Erin menyeret Bella lembut dan menunjuk ke arah Daniel yang tengah belajar berjalan di temani oleh Lucas." Yang mana Bella?" Tanya Erin lirih. Sari mengikuti keduanya dan berdiri di samping Bella.

Dasar anak-anak.. Sudah pasti Pak Daniel mencuri perhatian mereka. Dia bahkan masih pantas jadi mahasiswa...

"Yang sakit.." Jawab Bella pelan.

"Hah... Astaga... Beruntungnya dirimu. Dia mirip Eun Wo Oppa."

"Iya. Mirip... Aku tidak percaya umurnya 28 tahun."

"Memang 28 tahun." Sahut Bella.

"Jadi sekolah atau tidak." Ketiganya membalikkan badan menghadap Bastian.

"Hehe Kak Bas. Maaf Kak." Jawab Erin tersenyum aneh sementara Bella hanya diam karena masih memikirkan masalah uang ATM.

Bastian yang mengira jika Bella masih marah, membuat perasaannya tidak tenang. Beberapa kali tarikan nafas berhembus saat melihat Bella terdiam di sepanjang perjalanan.

Aku sungguh minta maaf sayang.. Sikap Bella tentu membuat perasaan Bastian sakit hingga mempengaruhi fungsi jantungnya yang mulai terasa nyeri.

"Tunggu Bella." Bastian meraih lengan Bella lembut dan menyuruh kedua temannya turun terlebih dahulu.

"Ada apa Kak?" Tanya Bella lirih.

"Kamu marah denganku?"

"Tidak." Jawab Bella singkat.

"Aku melakukan itu demi kebaikanmu."

"Iya aku tahu."

"Karena aku menyanyangi mu."

"Hm iya. Aku masuk dulu, takut terlambat." Bella melepaskan pegangan tangan Bastian tanpa melihat ke raut wajah Bastian yang mulai mengeluarkan keringat dingin.

Bastian masih sempat melihat ke Bella yang berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sebelum akhirnya mobil melaju pelan meninggalkan area sekolah.

Biasanya, rasa nyeri akan hilang ketika Bastian mengatur nafasnya seperti yang di lakukannya sekarang. Namun kali ini, nyeri hebat semakin di rasa seperti menghujam jantungnya. Nafas Bastian terengah, dengan tangan kiri mencengkram dadanya sementara tangan kanannya memegang setir. Tatapannya perlahan kabur sehingga Bastian memutuskan untuk meminggirkan mobil. Namun naas, sebuah truk melaju cepat menghantam mobil Bastian hingga terguling beberapa kali.

Bersamaan dengan kejadian itu, Bella yang berjalan santai, tiba-tiba saja terjatuh seolah tersandung sesuatu padahal dia tengah berjalan di lantai yang datar.

"Hati-hati.." Bella mendongak melihat ke arah Kenan yang mengulurkan tangan padanya.

"Aku bisa." Bella bergegas bangun dan tidak menyambut uluran tangan Kenan.

"Aku kemarin ke rumahmu dan Kakakmu mengusirku." Bella menatap Kenan tajam seraya menggebas-gebas roknya yang kotor.

"Oh jadi kau!!" Celetuk Bella ketus." Karena perbuatanmu, Kak Bas memarahiku! Kau fikir aku main-main ketika aku bilang jika Kakakku galak!!" Kenan malah tersenyum melihat kemarahan Bella.

"Aku tidak pernah berkata itu. Aku percaya Bella dan rasanya, aku semakin tertantang untuk mendapatkamu."

"Dasar gila!!" Umpat Bella melanjutkan langkahnya menuju kelas, di ikuti oleh Kenan. Sementara dari balik pohon, Fransisca menatap keduanya tajam, terutama pada Bella.

Bella lagi!!! Kemarin Samuel sekarang Kenan!! Dia benar-benar ingin mencari masalah denganku!! Awas kau Bella!!! Umpat Fransisca dalam hati lalu pergi karena bell tanda masuk sudah berbunyi.

************

Lucas menemani Daniel hari ini karena Pak Salim tidak bisa langsung pulang. Orang yang di suruh mengurus perkebunan, tiba-tiba saja sakit sehingga Pak Salim terpaksa harus tetap tinggal.

Lucas berdiri tepat di samping Daniel yang tengah belajar berjalan tanpa tongkat. Keduanya di kejutkan dengan kedatangan seorang polisi yang berdiri di depan rumah Bella, seraya setengah berteriak dan berkata..

"Permisi..."

"Pak..." Panggil Daniel seraya melambai membuat lelaki berseragam polisi itu berjalan memasuki pekarangan rumah Daniel." Tidak ada orang di rumah jika jam segini Pak. Penghuninya sedang berkerja." Jawab Daniel ramah.

"Apa benar ini rumah Tuan Bastian." Polisi menunjukkan tanda pengenal yang terdapat sedikit bercak darah, sehingga membuat perasaan Daniel langsung mendadak tidak enak.

"Benar Pak." Daniel memasang wajah panik dan bisa menebak apa yang tengah terjadi pada Bastian.

"Saudara Bastian mendalami kecelakaan dan kini jasadnya berada di rumah sakit Ibu Pertiwi." Daniel melebarkan matanya mendengar itu. Dia tidak tahu jika Bastian akan pergi secepat ini." Kami kesulitan menghubungi keluarganya karena ponselnya hancur." Tarikan nafas panjang terdengar berhembus.

"Berarti Bastian sudah meninggal?" Tanya Daniel lirih.

"Benar Tuan. Pihak rumah sakit menunggu kedatangan keluarga untuk mengambil jasad serta barang-barang yang di tinggalkan."

Daniel mengutus Lucas untuk mengurus kepulangan jenazah Bastian. Daniel tahu, jika pasti semua teman Bastian dari Dans grup akan datang untuk melayat. Dan akan ada kemungkinan kalau Marko juga akan datang karena Bastian termasuk orang penting di perusahaan. Asuransi jiwa yang ada pada perusahaan, otomatis akan mengabari pihak perusahaan jika ada salah satu pegawai yang meninggal sehingga, meskipun ponsel Bastian hancur. Semua rekannya akan tahu dengan sendirinya. Daniel tidak ingin, Marko tahu akan keberadaannya sekarang meski sebenarnya Daniel sangat ingin menemani Bella di hari berkabungnya.

***********

Lucas baru sampai di sekolah Bella, bertepatan dengan saat istirahat. Setelah mendapatkan izin dari satpam sekolah, Lucas menuju ruang kepala sekolah untuk meminta izin menjemput Bella. Kepala sekolah dengan senang hati mengantarkan Lucas menuju kantin, karena menurut laporan teman-temannya, Bella berada di sana.

Seisi kantin riuh, menyambut kedatangan Lucas yang terlihat cukup tampan. Apalagi pakaian rapi yang selalu di kenakan, membuatnya terlihat mirip seorang Tuan muda.

"Kak Lucas?" Gumam Bella berdiri dengan wajah panik.

"Bukankah dia teman Kak Daniel." Sahut Erin.

"Hmm.." Perasaan Bella mendadak tidak enak, melihat Lucas berjalan ke arahnya bersama kepala sekolah.

"Bella kamu boleh pulang." Tutur kepala sekolah seraya tersenyum.

"Ada apa Kak?"

"Tidak ada. Kita pulang dulu ya." Lucas merangkul kedua pundak Bella erat, seolah tengah menguatkan.

"Tasku masih ada di kelas." Ucap Bella terbata. Dia merasakan firasat buruk saat tangan Lucas menyentuhnya.

"Biar temanmu yang bawa. Terimakasih atas kerja samanya Pak."

"Iya sama-sama."

"Aku pulang dulu." Bella melambai sejenak dengan mata berkaca-kaca.

"Hati-hati Bella." Jawab Erin masih berdiri." Ada apa ya Pak?" Tanya Erin ingin tahu.

"Kakak Bella meninggal dunia." Erin melebarkan matanya begitupun Sari. Keduanya menatap lekat punggung Bella yang tengah berjalan dengan mata berkaca-kaca.

"Bella..." Gumam Sari langsung berdiri." Aku bolos hari ini Pak." Sari langsung berjalan pergi tanpa menunggu persetujuan kepala sekolah.

"Saya juga Pak."

"Kalian sudah kelas tiga." Protes si kepala sekolah.

"Bella tidak memiliki siapa-siapa. Dia akan butuh kami, saya mohon Pak." Jawab Erin mulai meneteskan air mata membuat kepala sekolah merasa iba.

"Ya sudah pergilah."

"Terimakasih Pak.." Erin mengangguk sejenak, kemudian pergi menuju kelasnya dan mengambil tas Bella.

Kenan yang tidak tahu tentang apa yang menimpa Bella, mengepalkan tangannya kuat saat melihat Bella masuk ke dalam mobil mewah bersama Lucas.

Di dalam mobil, Bella tertunduk dan mencoba mengendalikan kekhawatirannya agar bisa bertanya pada Lucas.

"Apa yang terjadi Kak?" Tanya Bella lirih, air matanya bahkan sudah sempat terjatuh hingga membuat Lucas semakin tidak tega untuk mengatakannya.

"Ada aku, Tuan Daniel dan Pak Salim jadi jangan merasa sendiri." Jawab Lucas tersenyum.

"Apa yang terjadi dengan Kak Bastian." Lucas hanya diam seolah tidak mendengar pertanyaannya yang Bella lontarkan. Hingga saat tiba di depan rumah, dua buah bendera kuning sudah terpasang di kedua sisi pintu pagarnya." Tidak.." Ucap Bella lirih. Dia tidak juga turun padahal Lucas sudah berhenti dua menit yang lalu.

"Kakakmu menunggumu."

"Ini perbuatan paling jahat yang pernah Kak Bastian lakukan padaku!!" Lucas menarik nafas dalam-dalam, melihat Bella mulai menangis terisak membuatnya semakin merasa kasihan. Apalagi Bastian satu-satunya keluarga yang tersisa sehingga, dia tidak menyalahkan Bella jika mungkin kesedihan Bella sedikit berlebihan.

"Sebaiknya kamu turun Bella, agar jasad Kakakmu bisa segera di kebumikan. Aku bantu oke." Lucas turun lalu membuka pintu mobil untuk Bella. Dia mengulurkan tangan dan dengan tangan bergetar, Bella menyambut uluran tangan tersebut.

Dengan rangkulan erat, Lucas menggiring Bella untuk masuk ke dalam rumah yang sudah di penuhin para tetangga yang tengah duduk. Kakinya mendadak lemas sehingga Lucas semakin mengeratkan rangkulannya.

"Ucapkan salam perpisahan agar kamu tidak menyesal." Bisik Lucas mendudukan Bella tepat di samping kepala Bastian yang sudah tertutupi kain putih. Air mata terus mengalir pada sudut mata Bella meski sejak tadi tangisnya tidak bersuara. Getaran tangannya semakin kuat saat jemari kecilnya mulai menyentuh kain putih penutup kepala.

Perlahan, Bella menurunkan kain putih tersebut dan terlihat raut wajah pucat Bastian dengan luka pada dahinya. Bella menarik nafas panjang, mencoba menguatkan hati agar dia bisa menyampaikan kata-kata terakhirnya untuk Bastian. Kepalanya menunduk, bibirnya di dekatkan ke telinga Bastian sambil berbisik.

"Sampaikan salam ku pada Papa dan Mama.. Kamu beruntung bisa menemui mereka lebih dulu.. Maaf Kak, uang peninggalan Mama ku hilangkan, aku belum sempat berkata itu tapi kamu sudah pergi. Aku ikhlas, pergilah dengan tenang. Aku menyanyangimu." Satu kecupan Bella berikan sebagai salam perpisahan. Namun saat Bella kembali mengangkat kepalanya, tiba-tiba saja dia berteriak histeris dan tidak sadarkan diri.

~Riane

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

😭😭😭😭😭😭 nyesek Thor...tak bisa ku bayangkan 😭😭

2023-01-04

0

Lilis Suryani

Lilis Suryani

yaa Allah.. air mata tak hentinya mengalir,,,, 😭😭😭

2022-05-11

0

🌺sahaja🌺

🌺sahaja🌺

sedih banget 😭😭😭😭😭😭

2022-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Bagian 1
3 Bagian 2
4 Bagian 3
5 Bagian 4
6 Bagian 5
7 Bagian 6
8 Bagian 7
9 Bagian 8
10 Bagian 9
11 Bagian 10
12 Bagian 11
13 Bagian 12
14 Bagian 13
15 Bagian 14
16 Bagian 15
17 Bagian 16
18 Bagian 17
19 Bagian 18
20 Bagian 19
21 Bagian 20
22 Bagian 21
23 Bagian 22
24 Bagian 23
25 Bagian 24
26 Bagian 25
27 Bagian 26
28 Bagian 27
29 Bagian 28
30 Bagian 29
31 Bagian 30
32 Bagian 31
33 Bagian 32
34 Bagian 33
35 Bagian 34
36 Bagian 35
37 Bagian 36
38 Bagian 37
39 Bagian 38
40 Bagian 39
41 Bagian 40
42 Bagian 41
43 Bagian 42
44 Bagian 43
45 Bagian 44
46 Bagian 45
47 Bagian 46
48 Bagian 47
49 Bagian 48
50 Bagian 49
51 Bagian 50
52 Bagian 51
53 Bagian 52
54 Bagian 53
55 Bagian 54
56 Bagian 55
57 Bagian 56
58 Bagian 57
59 Bagian 58
60 Bagian 59
61 Bagian 60
62 Bagian 61
63 Bagian 62
64 Bagian 63
65 Bagian 64
66 Bagian 65
67 Bagian 66
68 Bagian 67
69 Bagian 68
70 Bagian 69
71 Bagian 70
72 Bagian 71
73 Bagian 72
74 Bagian 73
75 Bagian 74
76 Bagian 75
77 Bagian 76
78 Bagian 77
79 Bagian 78 Positif+
80 Bagian 79 Apa ini termasuk mengidam?
81 Bagian 80 Tes darah
82 Bagian 81 Stefan!!!
83 Bagian 82 Bercinta di mobil
84 Bagian 83 Antara hidup dan mati
85 Bagian 84 Welcome Demian
86 Bagian 85 Bercinta di tengah tangisan
87 Bagian 86 Kesibukan baru yang menyenangkan..
88 Bagian 87 Kamu masih paling cantik Part 1
89 Bagian 88 Kamu masih paling cantik part 2
90 Part 89 Melodi pengantar tidur untuk Demian
91 End Tidak lekang oleh waktu
92 Pengumuman
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Perkenalan
2
Bagian 1
3
Bagian 2
4
Bagian 3
5
Bagian 4
6
Bagian 5
7
Bagian 6
8
Bagian 7
9
Bagian 8
10
Bagian 9
11
Bagian 10
12
Bagian 11
13
Bagian 12
14
Bagian 13
15
Bagian 14
16
Bagian 15
17
Bagian 16
18
Bagian 17
19
Bagian 18
20
Bagian 19
21
Bagian 20
22
Bagian 21
23
Bagian 22
24
Bagian 23
25
Bagian 24
26
Bagian 25
27
Bagian 26
28
Bagian 27
29
Bagian 28
30
Bagian 29
31
Bagian 30
32
Bagian 31
33
Bagian 32
34
Bagian 33
35
Bagian 34
36
Bagian 35
37
Bagian 36
38
Bagian 37
39
Bagian 38
40
Bagian 39
41
Bagian 40
42
Bagian 41
43
Bagian 42
44
Bagian 43
45
Bagian 44
46
Bagian 45
47
Bagian 46
48
Bagian 47
49
Bagian 48
50
Bagian 49
51
Bagian 50
52
Bagian 51
53
Bagian 52
54
Bagian 53
55
Bagian 54
56
Bagian 55
57
Bagian 56
58
Bagian 57
59
Bagian 58
60
Bagian 59
61
Bagian 60
62
Bagian 61
63
Bagian 62
64
Bagian 63
65
Bagian 64
66
Bagian 65
67
Bagian 66
68
Bagian 67
69
Bagian 68
70
Bagian 69
71
Bagian 70
72
Bagian 71
73
Bagian 72
74
Bagian 73
75
Bagian 74
76
Bagian 75
77
Bagian 76
78
Bagian 77
79
Bagian 78 Positif+
80
Bagian 79 Apa ini termasuk mengidam?
81
Bagian 80 Tes darah
82
Bagian 81 Stefan!!!
83
Bagian 82 Bercinta di mobil
84
Bagian 83 Antara hidup dan mati
85
Bagian 84 Welcome Demian
86
Bagian 85 Bercinta di tengah tangisan
87
Bagian 86 Kesibukan baru yang menyenangkan..
88
Bagian 87 Kamu masih paling cantik Part 1
89
Bagian 88 Kamu masih paling cantik part 2
90
Part 89 Melodi pengantar tidur untuk Demian
91
End Tidak lekang oleh waktu
92
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!