Marko tersenyum tipis, melihat laporan penyelidikan yang menunjukkan jika Bella merupakan siswa yang sangat berprestasi. Bella pernah beberapa kali menerima penghargaan karena kecerdasannya. Apalagi saat melihat prestasi terakhir yang di raih Bella, membuat Marko berniat ingin memperkerjakan Bella ketika sudah lulus.
"Sayang.." Suara Fanny memecah angan indah Marko." Kartu kreditku sudah limit. Buatkan aku yang baru." Pinta Fanny dengan suara manja.
Aku baru sadar, jika wanita ini hanya bisa meminta uang dan uang!!
"Lalu? Kapan kita akan menikah agar hubungan ini menjadi jelas." Imbuhnya duduk di paha kanan Marko.
"Terlalu mencolok jika kita langsung menikah. Banyak rekan Daniel yang tahu jika dulu kamu menjadi kekasihnya." Mana mungkin aku mau menikah dengan wanita tidak berguna seperti dia!!
"Oke. Aku pinjam kartu kreditmu." Fanny melebarkan telapak tangannya ke hadapan Marko.
"Jangan terlalu boros sayang." Dengan terpaksa, Marko mengambil sebuah kartu kredit lalu di berikan pada Fanny.
"Boros apa? Bukankah sudah seharusnya aku nikmati kerja keras kita? Ingat ya sayang, kamu bisa duduk di sini juga karena bantuanku. Jadi, jangan perhitungan seperti itu denganku!!" Marko menarik nafas panjang dan berpura-pura terdiam sambil fokus menatap layar laptop. Dia tidak dapat berbuat apapun, sebab Fanny selalu mengancam akan membongkar kejahatannya, jika sampai Marko tidak memperlakukannya dengan baik.
"Perkerjaanku banyak. Sebaiknya kamu pergi dan beli sesuatu yang kamu inginkan." Fanny tersenyum dan mengangkat bokongnya dari paha Marko.
"Aku pergi dulu ya sayang, terimakasih." Fanny mencium pipi kanan Marko sejenak kemudian berjalan keluar.
"Bagaimana mungkin dia menghabiskan ratusan juta dalam waktu satu hari." Eluh Marko bersandar pada kursi kokohnya." Aku harus mencari cara untuk menyingkirkannya." Gumam Marko seraya tersenyum jahat.
************
Sore itu, Bella berniat akan berbelanja kebutuhan dapur yang biasa di lakukan Bastian. Meskipun kesedihan masih menyelimutinya. Namun sekarang, dia memiliki Daniel yang harus di layani.
Setelah selesai bersiap, Bella memutar kunci kamarnya dan berjalan keluar dengan mengendap-endap. Bella berusaha tidak membangunkan Daniel yang di fikirannya masih tidur.
Bibirnya tersungging, ketika dia berhasil menuruni tangga tanpa ketahuan. Namun, ketika pintu utama di buka, Bella menarik nafas panjang. Melihat Daniel yang ternyata berada di depan bersama seseorang yang membawa sebuah mobil bekas namun layak pakai.
"Mau kemana sayang?" Tanya Daniel di balik masker yang di pakai. Dia ingin waspada, untuk menghindari Marko yang mungkin berada di sekitarnya.
"Adiknya Pak?" Tanya pemilik mobil yang masih berumur 20 tahun. Dia tentu tertarik dengan Bella yang terlihat belia dan mengemaskan.
"Istri saya." Si pemilik mobil melongok mendengar itu. Dia bahkan menebak jika Bella masih duduk di bangku SMP.
"Bukankah Kak Daniel tahu jika bahan di kulkas habis? Aku akan keluar sebentar lalu kembali pulang." Bella akan melangkah namun tentu saja Daniel mencegahnya.
"Tunggu aku selesai memeriksa mobil, lalu kita pergi bersama." Daniel meraih jemari Bella dan menggenggamnya erat hingga membuat Bella terpaksa mengikuti langkahnya.
Dia benar-benar akan menjadi pengganti Kak Bas...
"Saya puas dengan mobilnya." Si pemilik mobil memberikan kunci dan surat-surat mobil setelah Daniel melakukan pembayaran.
"Terimakasih Pak. Saya permisi." Si pemilik sempat melemparkan senyuman pada Bella meski Bella tidak meresponnya.
"Bukankah kamu masih sakit Kak?" Protes Bella yang sebenarnya ingin pergi sendiri.
"Aku sudah sembuh sejak mengikatmu dengan janji suci tadi pagi. Kita coba mobilnya." Daniel membuka pintu dan menyuruh Bella masuk.
Nafas panjang berhembus, ketika melihat Daniel kini berada di sampingnya menggantikan Kakaknya.
Dia lebih tampan dari Kak Bas...
Daniel melajukan mobilnya sedikit, dia kembali keluar untuk menutup pintu pagar.
Biasanya Kak Bas menyuruhku bolak-balik hanya untuk menutup pintu pagar.
Tap!
Pintu tertutup kembali dan kini mobil benar-benar melaju dengan kecepatan sedang.
"Supermarket terdekat kan sayang?" Tanya Daniel seraya fokus menyetir.
"Ke mall Kak, aku ingin mencari buku."
"Oke sayang.." Bella melirik ke Daniel yang memakai masker.
"Kamu sakit Kak?"
"Tidak. Kenapa bertanya begitu?"
"Untuk apa memakai penutup mulut?" Mata Daniel berubah sipit dan itu berarti dia sedang tersenyum di balik masker.
"Aku sedang menyamar."
"Menyamar?"
"Iya.. Kamu tidak perlu tahu hehe. Jika di tempat umum panggil aku Kak saja ya, jangan pakai nama." Pinta Daniel yang sebenarnya begitu sederhana namun membingungkan. Bella tidak menyimak dengan benar, topik yang di bicarakan antara Bastian dan Daniel saat sedang di meja makan.
"Menyamar dari siapa Kak?"
"Orang jahat sayang. Berhenti bertanya karena kita sudah sampai." Daniel memarkir mobilnya dan keduanya pun turun.
"Kamu bawa uang Kak?" Tanya Bella tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Aku takut uangku tidak cukup."
"Tidak perlu takut. Kita membeli buku dulu?" Tawar Daniel.
"Hm iya, ikuti aku. Aku tahu tempat buku yang lengkap." Bella akan berjalan mendahului namun Daniel mencegahnya.
"Bersama-sama." Niat Bella untuk terbebas dari genggaman Daniel pupus. Dia takut kepergok teman-temannya jika Daniel terus mengandengnya seperti sekarang.
"Kak bisakah tangannya tidak berpegangan?"
"Tidak bisa." Jawab Daniel cepat sambil mengangkat tangannya lalu mencium punggung tangan Bella.
"Aku takut ada temanku."
"Jangan takut, nanti bisa benar-benar terjadi."
"Memang takut." Protes Bella mengerucutkan bibirnya.
"Ada aku. Jangan takut hehe." Goda Daniel sebenarnya tahu maksud Bella.
"Kamu yang membuatku takut Kak." Gerutu Bella membuat Daniel terkekeh di balik maskernya.
"Percaya padaku sayang, tidak akan terjadi apapun." Bella diam tanpa perlawanan, menggiring Daniel masuk toko buku yang sering di kunjunginya." Mau cari buku pelajaran?" Tanya Daniel memang berniat membuat Bella terbiasa dengannya.
"Iya Kak. Wahhh..." Bella berjalan ke sebuah rak buku dan melihat komik terbaru kesukaannya." Astaga kebetulan sekali. Ini sulit di dapatkan." Bella mengambil satu komik meski pegawainya masih menatanya.
"Benar Kak. Tidak sampai satu hari pasti sudah tidak tersisa." Sahut pegawai ramah.
Namun, raut wajah Bella berubah lemah, karena melihat bandrol yang tertera di samping komik tersebut.
"Ini mahal. Uangku tidak akan cukup." Pandangannya beralih pada Daniel." Kamu membawa ATM yang Kak Bastian berikan?" Daniel menggelengkan kepalanya seraya tersenyum." Seharusnya kamu bawa Kak.." Dengan ragu-ragu, Bella akan meletakkan buku tersebut namun tangan Daniel mencegahnya.
"Katanya suka? Kenapa di kembalikan?"
"Aku tidak membawa uang yang cukup, lihat." Bella memperlihatkan bandrol harga.
"Ambil saja."
"Nanti kamu potong saja dari ATM Kak Bastian ya Kak." Pinta Bella merasa tidak enak jika harus merepotkan Daniel. Dia tahu dan paham, jika keadaan perkenomian Daniel sedang buruk.
"Iya.." Jawab Daniel asal." Sekarang kita cari buku yang kamu butuhkan lalu belanja dan pulang." Bella mengangguk dan berjalan menuju rak buku yang akan di beli dengan tetap saling bergandengan, sebab Daniel memang tidak mau melepaskan genggaman tangannya." Akutansi? Berarti kamu masuk jurusan IPS." Tebak Daniel.
"IPA hehe."
"Kenapa membeli buku tentang pembukuan?"
"Aku suka jurusan IPS tapi para guru memintaku untuk masuk IPA."
"Kenapa begitu?"
"Entahlah kenapa. Kita bayar Kak."
"Sudah cukup?"
"Hm iya." Daniel tersenyum seraya mengikuti langkah Bella menuju kasir.
"Totalnya 570 Kak." Bella membuka tasnya namun Daniel mencegahnya.
Posisi Daniel yang tepat berada di belakang Bella, mengulurkan tangannya untuk memberikan ATM, sehingga dadanya harus menempel pada punggung Bella.
"Aku ada Kak." Tutur Bella pelan.
"Simpan uangnya untuk jajan di sekolah." Bella terdiam, sebab Daniel masih belum beranjak dari posisinya sekarang.
"Aku yang belanja keperluan saja nanti." Ucap Bella dengan senyum kikuk. Rasanya dia mematung sesaat, saat kepala Daniel menunduk dan tepat berada di samping kepalanya.
Bella akan menghindar, agar mereka tidak harus berdekatan seperti sekarang. Namun jemari Daniel masih menggenggamnya dan lengannya melingkar di pinggang kanan Bella.
"Kak.."
"Sebentar sayang." Daniel kembali berdiri tegak saat pin sudah di ketikkan.
"Tangan." Protes Bella berusaha menyingkirkan tangan Daniel dari pinggangnya.
"Kenapa tangannya? Ini akan hangat, udara sedang dingin."
"Aku malu." Tutur Bella pelan.
"Malu bersamaku?" Daniel menurunkan sedikit maskernya sehingga membuat kasir melongok melihat wajah tampan Daniel.
"Apa yang membuat kamu malu." Daniel mendekatkan wajahnya, sehingga membuat wajah Bella semakin menegang. Bibirnya mendekati telinga Bella dengan tangan mendorong tubuh Bella agar semakin merapat." Aku suamimu sayang.. Aku sedang menahan diri sesuai dengan keinginanmu. Jadi aku minta kamu diam jika masih dalam batas wajar." Bella tidak menyadari, jika Daniel tengah menahan diri untuk menyentuh Bella yang sudah mengisi kekosongan hatinya. Dia menghilangkan fikiran kotornya, untuk bisa segera mendapatkan malam pertamanya dan menggantinya dengan sentuhan ringan selayaknya berpacaran.
Sementara di rumah Bella, para warga sedang berusaha memadamkan api. Petugas pemadam yang belum datang, membuat para warga kesulitan untuk memadamkan rumah Bella yang kobaran apinya semakin membesar, seolah di dalamnya terdapat bahan yang mudah terbakar.
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Yanti
kok ada kbakaran😲
2022-06-14
0
Allunk Epengade
aaaaa... romantisnya. aku suka😍😍😍
2022-01-14
0
💮Aroe🌸
kenapa
2022-01-13
0