Tanpa rasa curiga, Bella turun dari angkot lalu membayar. Dia tidak menyadari jika ATM di dalam dompetnya sudah menghilang. Bibirnya tersungging, menerima perlakuan manis dari Stefan tadi. Bahkan kaos yang gunakan juga milik Stefan.
"Jika tidak karena Kak Stefan, aku tidak akan bisa sampai secepat ini." Bella menghentikan langkahnya, lalu berjalan perlahan ketika sudah hampir sampai. Dia tidak ingin Daniel melihatnya sehingga Bella memutuskan untuk memanjat pagar samping rumahnya.
Setelah melihat keadaan aman, Bella berjalan perlahan menuju pintu utama. Namun, Bella mendesah lembut ketika mengingat jika kuncinya berada di tas sekolahnya.
"Agh!! Bagaimana ini.." Umpatnya kesal." Sial sekali hari ini." Bella duduk lemah di teras rumahnya dan tidak lagi perduli jika Daniel melihatnya. Bella bahkan tidak perduli jika nantinya Daniel mengatakan pada Bastian kalau hari ini Bella pulang cepat.
Kruuuuuukkkkkkkk...
Bella mengusap perutnya dan menekannya lembut, dia sangat lapar namun tidak mungkin untuk mencari makan dengan keadaannya sekarang. Rambutnya bahkan sangat kotor dan hanya bisa di bersihkan dengan sampo.
"Apa ke Kak Daniel saja." Gumamnya menatap rumah Daniel yang sepi." Terpaksa sekali." Bella beranjak dari tempat duduknya, dia kembali memanjat pagar dan berjalan menuju rumah Daniel dengan perasaan ragu-ragu.
Rumahnya yang terletak di ujung gang, membuatnya tidak memiliki tetangga. Ada dua rumah tepat di hadapannya, namun kini rumah itu terlihat kosong dan hanya di datangi pemiliknya ketika hari lebaran.
Kriiiiieeeeettttttt...
Bella mendorong pelan pintu pagar lalu menutupnya kembali. Saat memutar tubuhnya, dia mematung ketika melihat Daniel sudah berdiri di ambang pintu dengan bantuan tongkat.
"Kak Daniel, hehe..." Sapa Bella memasang wajah aneh. Daniel memperhatikannya dari atas sampai bawah seraya menatapnya heran.
"Apa yang terjadi Bella?" Tanya Daniel berusaha akan menuruni tangga namun Bella cepat-cepat berjalan untuk mencegah.
"Nanti jatuh Kak." Cegah Bella secepat kilat sudah berdiri di hadapan Daniel.
"Kemana seragammu?" Bella mengangkat kantung kresek yang di bawanya.
"Kotor, kena lumpur dan sangat bau. Aku tadi mau pulang tapi tasku tertinggal di sekolah." Jawab Bella pelan.
"Ayo masuk dan bersihkan tubuhmu."
"Tunggu Kak." Ucap Bella seraya memegang lengan Daniel dengan kedua tangannya. Saat Daniel membalasnya dengan senyuman, Bella cepat-cepat mengangkat tangannya dari sana." Maaf khilaf.." Imbuh Bella membuat Daniel terkekeh.
"Tidak masalah, lakukan lagi jika kamu mau."
"Benar-benar tidak sengaja."
"Hm lalu? Apa yang ingin kamu katakan?" Tanya Daniel menunduk menatap Bella yang bertubuh mungil.
"Jangan bilang Kak Bas. Dia bisa memarahiku nanti."
"Oke baik. Aku tidak akan mengatakannya. Apalagi?"
"Boleh aku pinjam ponselnya Kak? Untuk menghubungi nomer temanku agar mereka membawakan tasku nanti sebab kunci rumah berada di sana." Bella merasa sungkan sehingga dia mengatakannya dengan sangat pelan.
"Sudah?" Bella mengangguk pelan." Ayo masuk." Daniel berjalan masuk di ikuti oleh Bella. Tidak lupa, Daniel menutup pintu lalu menggiring Bella menuju ke ruang tengah. Dia meraih ponsel lalu memberikannya pada Bella.
"Terimakasih Kak."
"Iya sama-sama." Daniel duduk seraya menatap Bella yang mulai menelfon Sari.
"Ini aku Bella.
"Kau kemana? Pesanan mie ayammu aku yang bayar.
"Ada yang mengguyurku dengan lumpur saat aku di toilet.
"Lalu kamu pulang?
"Iya. Seragamku kotor dan aku sangat bau.
"Astaga.. Siapa yang melakukan?
"Jika aku menemukannya besok. Aku akan membenamkannya di telaga.
Daniel tersenyum mendengar ucapan asal yang Bella lontarkan sekarang.
"Ya sudah. Ini sudah akan masuk.
"Hm. Bawakan tasku ya nanti.
"Ini nomer barumu?
"Bukan. Nanti ku ceritakan. Tubuhku gatal sekali.
"Oke baik.
Bella mengakhiri panggilan dan menyerahkan ponselnya pada Daniel lagi.
"Aku boleh numpang mandi Kak?"
"Tentu saja. Tapi aku hanya memiliki dua handuk. Milik Ayah dan milikku." Daniel yang memang tidak membawa satu potong bajupun, belum sempat membeli keperluan rumah apalagi keadaannya masih sakit.
"Tidak apa Kak."
"Sebentar. Ku ambilkan baju bersih." Bella kembali memegang lengan Daniel untuk memudahkannya berdiri. Getaran semakin hebat terjadi pada hati Daniel. Sentuhan itu cukup membuatnya yakin jika ada maksud dari kejadian yang menimpanya sekarang.
Bukan hanya kulitku yang tersentuh tapi hatiku...
"Semua bajuku sangat besar, ini yang paling kecil." Daniel menyodorkan sebuah kaos berwarna putih.
"Tidak apa Kak. Untuk sementara saja." Bella mendongak, menatap Daniel yang baru di sadari terlihat begitu menawan. Apalagi saat ini, Daniel berdiri di hadapannya, menatap ke arahnya bahkan menyuguhkan senyuman hangat. Cepat-cepat Bella menunduk, merasakan degup jantung yang tidak terkendali." Ini sudah sangat bagus." Tuturnya beralasan dengan melihat baju yang ada di tangannya.
"Mandilah, agar tidak gatal."
"Iya Kak, permisi." Bella mengangguk sebentar lalu berjalan melewati Daniel menuju ke kamar mandi yang ada di belakang. Namun, langkah itu terhenti ketika melihat suasana belakang rumah yang terasa mengerikan. Tiba-tiba saja bulu kuduk Bella berdiri, saat dia mengingat kata-kata kedua temannya soal sosok penampakan dan sebagainya. Jika benar-benar ada bagaimana? Dia langsung muncul dan menampakkan wajah buruknya.. Apa aku minta antar Kak Daniel tapi.. Bella terpaku sejenak dan langsung berlari secepat kilat. Lebih baik jantungku berdebar daripada aku harus bertemu dengan makhluk astral!!!
"Kenapa kembali?" Tanya Daniel tersenyum membaca raut wajah Bella yang menegang.
"Aku merinding saat di belakang tadi." Daniel kembali berdiri dan berjalan menghampiri Bella.
"Ini memang rumah tua Bella, jadi sedikit menyeramkan tapi aku pastikan tidak akan ada apapun."
"Entahlah Kak." Bella mengusap tengkuknya seraya masih menatap ke arah belakang." Tolong antarkan." Imbuh Bella pelan.
Daniel menarik nafas panjang, mendengar permintaan Bella yang sedikit berat. Dan hal yang sama juga tengah Bella fikirkan. Ada rasa was-was dan takut jika Daniel mengintipnya saat mandi, namun Bella mencoba menyakinkan jika Daniel bukan lelaki yang seperti itu.
"Ayo.." Daniel berjalan di ikuti oleh Bella. Dia berhenti tepat di samping kamar mandi." Aku tunggu di sini." Bella masih terdiam dan tidak beranjak. Daniel kembali melangkah lalu membuka pintu kamar mandi lebar." Tidak ada apapun Bella, lihatlah." Bella tersenyum tegang kemudian berjalan mendekat.
"Akan lebih baik jika rumah ini di renovasi Kak."
"Akan ku lakukan jika aku sudah sembuh."
"Hehehe maaf Kak, hanya saran saja. Aku tidak mewajibkan Kak Daniel melakukannya."
"Saran yang bagus. Aku ingin kamu betah di sini jadi saran itu akan ku lakukan ketika aku sudah sembuh. Sekarang, cepat mandi agar kamu tidak semakin gatal." Bella mengangguk-angguk.
"Jangan di tinggal Kak." Ucap Bella sebelum masuk.
"Aku tunggu di sini."
"Benar ya."
"Iya."
"Jangan menggerjaiku seperti Kak Bas."
"Aku Daniel, bukan Bastian. Percaya padaku.." Setelah yakin jika Daniel tidak berbohong, Bella masuk perlahan lalu menutup pintunya pelan.
Apa bisa dia menyukaiku? Aku benar-benar ingin memilikinya...
*************
Dengan gerakan cepat, Stefan mentransfer seluruh isi ATM Bella ke ATM palsunya yang sudah di siapkan sejak kemarin. Setelah itu, dia kembali mentransfer uang ke ATM pribadinya lalu melapor pada pihak Bank untuk memblokir ATM palsunya dan berdalih jika ATMnya hilang. Stefan melakukan itu, untuk menghilangkan jejak agar Bella tidak bisa mengendus keberadaannya.
"Dua milyar!! Hahahaha aku kaya! Ku fikir hanya satu milyar!!" Teriaknya kegirangan.
Tok Tok Tok
Stefan langsung berdiri dan membuka pintu. Terlihat pemilik kontrakan berdiri di balik pintu tersebut.
"Sebentar." Tuturnya ketus. Dia mengambil uang yang sudah di siapkan lalu memberikannya pada pemilik kontrakan dengan kasar." Itu sudah lima kali lipat!!" Pemilik kontrakan melirik malas seraya menghitung jumlah uang.
"Hm terimakasih."
Braaaakkkkk!!!
Stefan menutup pintunya kasar sehingga membuat pemilik kontrakan mengelus dadanya. Stefan langsung mengemasi barang-barangnya karena sebuah tiket menuju Palembang sudah di beli. Dia ingin pulang ke kampung halamannya untuk merintis usaha di sana dengan uang hasil menipu.
"Selamat tinggal Surabaya.." Gumamnya menenteng koper dan keluar dari kontrakannya lalu masuk ke dalam taksi yang sudah di pesan olehnya.
************
Dengan tergesa-gesa, Bella membersihkan diri. Bukan ingin menghina, namun kamar mandi yang minim penerangan. Membuat Bella seperti sedang di perhatikan.
Tangannya meraih handuk yang entah milik siapa. Dia mengeringkan rambutnya dan tubuhnya secepat kilat lalu mengganti dengan baju bersih yang di berikan Daniel tadi.
Kak Daniel masih menunggu atau tidak ya... Batin Bella mempercepat gerakannya.
"Kak.." Tutur Bella setengah berteriak. Daniel bukan tidak mau menjawab tapi dia memang tidak mendengar karena ruangan kamar mandi yang kedap udara." Kak.. Tinggal sedikit jangan tinggalkan aku." Imbuh Bella menaikan celana pendeknya. Dia membereskan baju kotornya dengan cepat lalu membuka pintu dan...
Bruuuuuuukkkkk!!!
Tubuh kecil Bella menimpa Daniel yang sejak tadi tidak beranjak dari tempatnya. Seharusnya Daniel merasakan sakit, tapi nyatanya rasa sakit itu musnah seketika saat tubuh Bella bertumpu padanya.
"Maafkan aku Kak." Tutur Bella bergegas berdiri. Raut wajahnya menegang karena kejadian tersebut. Rasa canggung langsung menjalar sehingga membuat Bella langsung salah tingkah. Dia tidak langsung membantu Daniel yang kesulitan berdiri dan malah mematung dan memasang wajah panik.
"Tidak apa. Tapi, tolong bantu aku." Bella meraih lengan Daniel dan membantunya berdiri.
"Ku fikir Kak Daniel sudah pergi?" Protes Bella tanpa melihat ke arah Daniel. Dia merasa begitu malu hingga tidak ingin memperlihatkan wajah konyolnya.
"Sudah ku katakan aku akan menunggu."
"Tapi Kak Daniel tidak menjawab panggilanku." Protes Bella mendongak ke arah Daniel. Dia menelan salivanya kasar, membalas sorot mata Daniel yang kembali membuatnya salah tingkah.
"Aku tidak mendengarnya. Sebaiknya kita ke depan daripada kamu takut."
"Hm Kak." Tanpa berprotes, Bella berjalan ke depan tanpa menunggu Daniel yang masih kesulitan berjalan. Aku semakin canggung setelah kejadian tadi. Astaga Tuhan, rasanya aku tidak ingin menunjukkan wajahku pada Kak Daniel.
"Kamu sudah makan?" Tanya Daniel perlahan duduk dengan sedikit ******* karena rasa nyeri pada kaki yang masih terasa.
"Belum Kak." Jawab Bella pelan.
Daniel menarik nafas panjang, menyadari jika Bella semakin terlihat menggemaskan dengan kaos besar yang di kenakan. Pahanya terespos jelas oleh mata nakalnya dengan rambut setengah basah sebagai pelengkap.
"Biar ku pesankan."
"Tidak aku akan membelinya sendiri." Bella berdiri di ikuti oleh Daniel.
"Tidak Bella." Cegah Daniel.
"Kenapa?"
"Bajumu tidak pantas untuk di pakai keluar." Rasanya Daniel tidak rela jika paha terbuka Bella di nikmati oleh lelaki lain.
"Tidak apa Kak. Aku biasa memakai celana sependek ini." Dengan sengaja, Bella mengangkat ujung kaos besarnya dan memperlihatkan celana pendek ketat yang di gunakan.
"Kembali duduk. Aku pesankan oke." Jawab Daniel cepat. Pemandangan yang terjadi sekilas membuat matanya meloncat keluar.
Selama ini, Daniel hanya menjalin hubungan dengan Fanny. Itupun baru berlangsung enam bulan yang lalu dan berakhir buruk. Beberapa kali, Fanny berusaha merayu Daniel untuk berhubungan selayaknya suami istri namun Daniel menolaknya. Selain tidak berselera, dia juga tidak membenarkan hubungan berpacaran yang tidak sehat seperti itu.
"Ayam krispi kan?" Tawar Daniel sebelum memesan.
"Iya. Kamu mengingat itu?" Tutur Bella pelan.
"Hm tentu saja." Daniel meletakkan ponselnya setelah pesanan sudah di buat." Apa yang terjadi di sekolah hingga kamu pulang dan seragam sekotor itu?" Daniel berusaha membuat Bella merasa nyaman berada di dekatnya.
"Ada yang nengerjaiku tadi, terpaksa aku pulang."
"Apa sering seperti itu?"
"Tidak. Baru tadi. Entah sengaja atau salah sasaran, tapi aku akan mencari pelakunya besok." Jawab Bella tegas.
"Nanti malah terkena masalah bagaimana?" Daniel yang selalu menyelesaikan masalah dengan cara damai, sangat berbeda dengan Bella yang tidak sabaran dalam memecahkan masalah.
"Bukannya keterlaluan? Bajuku menjadi bau dan sangat kotor. Tadi ingin ku bersihkan tapi masih terlihat buruk." Daniel terkekeh melihat raut wajah Bella dengan bibir mengerucut." Kau meledekku Kak?" Imbuh Bella melirik malas. Dia merasa jika Daniel adalah makhluk sejenis Kakaknya Bastian.
"Tidak Bella. Mimik wajahmu sangat lucu."
"Aku kesal. Kenapa kamu anggap lucu?"
"Aku merasa gemas melihatnya. Maklum, sejak dulu aku ingin adik perempuan dan syukurlah sekarang sudah punya." Bella menarik nafas panjang. Membayangkan jika memiliki Kakak kandung seperti Daniel. Mungkin tingkat kejahilannya sama seperti Bastian. Namun dari segi wajah dan tutur kata? Bella mengakui jika suara Daniel terdengar begitu lembut.
"Jika memiliki Kakak lelaki seperti Bastian. Aku angkat tangan."
Kamu harus sadar Bella, Bastian melakukan itu untuk kebaikanmu juga..
"Aku tidak suka meledek apalagi mengerjaimu."
"Dulu Kak Bas juga begitu. Tapi, setelah Mama pergi, sikapnya seperti Tuan muda dan suka menyuruhku sembarangan." Daniel mengangguk-angguk seraya mendengarkan keluh kesah Bella dengan wajah serius.
Tok...Tok...Tok...
Paket....
"Sudah sampai." Daniel berusaha berdiri tapi Bella mendahuluinya.
"Biar aku Kak." Tangannya meraih dompet kecil lalu berjalan keluar untuk mengambil dua paket nasi." Berapa Pak?" Tanya Bella ramah.
"104 Non." Bella membuka dompetnya pelan dan memberikan uang 150." Terimakasih Non, ini kembaliannya." Bella mengambil kembaliannya dan memasukkannya lagi pada dompet. Saat akan menutupnya, dia menyadari jika ATM yang ada di dompetnya sudah tidak ada.
Tidak Tuhan...
Jantungnya terasa berhenti berdetak, dengan sekujur tubuh yang tiba-tiba dingin. Bella berusaha mencari ATM yang mungkin terselip namun tetap tidak menemukannya.
Apa di tas? Tidak mungkin. Kak Bastian akan membunuhku jika tahu hal ini..
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
gawat!!!
2022-01-13
0
Ida Ismail
kok bisa uangnya diambil, ape si kampret tau pin ATM nya, hadeeeehhhh
2022-01-12
0
Yanti Nadin
kamu sangat ceroboh bella
2022-01-11
0