Hilang!!! Ucap Sari dan Erin bersamaan. Bella beranjak dari tempat tidurnya dan menutup pintu lalu menguncinya agar Bastian tidak menguping pembicaraan mereka.
"Kurang keras! Astaga..." Tutur Bella lirih. Dia memijat kepalanya yang hampir pecah.
"Sudah ku katakan jika Stefan aneh." Jawab Erin merasa kasihan pada Bella hingga harus tertimpa masalah yang menurutnya berat.
"Itu banyak sekali.." Sahut Sari bergumam.
"Aku sakit kepala memikirkan itu. Nomer Stefan bahkan sudah tidak aktif." Sari dan Erin melihat ke arah Bella yang wajahnya terlihat pucat.
"Bilang jujur saja sama Kak Bas."
"Tidak. Dia akan membunuhku jika dia tahu aku menghilangkan uang itu." Jawab Bella lirih.
"Rileks dulu. Bukankah Kak Bas belum akan mengunakan uangnya? Kamu sembuh dulu lalu kita fikirkan caranya." Ucap Erin memberikan saran. Hanya itu yang dapat Erin lakukan, kalau Bella tahu keberadaan Stefan, dia tidak keberatan jika pergi ke tempat tinggalnya untuk menuntut tanggung jawab. Tapi, karena tidak adanya kejelasan. Membuat ketiganya hanya bisa diam dan pasrah.
"Lalu, tadi nomer siapa Bell?"
"Kak Daniel."
"Om Daniel maksud kamu?"
"Dia belum menikah jadi ku panggil Kak saja."
"Wah.. Aku ingin melihat bagaimana Kak Daniel itu." Ucap Sari bersemangat.
"Tampan, Tutur katanya lembut tapi tidak tahu jika lama-lama berubah seperti Kak Bastian." Jawab Bella seraya mendengus kesal. Mengingat perlakuan Bastian yang di rasa semakin keterlaluan." Kak Bas sepertinya sudah memiliki pacar." Imbuhnya seraya menatap langit-langit.
"Serius? Punya pacar?" Sahut Erin cepat.
"Aku bilang mungkin. Aku juga tidak tahu. Tapi melihat sikap acuhnya, mungkin dia memang sudah memilikinya." Di dalam lubuk hati, Bella ingin sekali Bastian seperti dulu saat sebelum almarhum Mamanya meninggal.
"Itu mungkin saja. Biasanya lelaki berubah itu karena hal itu."
"kau tahu darimana?" Celetuk Erin.
"Internet hehe... Nomer Kak Daniel boleh ku simpan kan Bell?"
"Hm simpan saja." Jawab Bella malas. Selain memikirkan uang, Bella juga memikirkan sikap Bastian yang menurutnya bertambah menyebalkan. Padahal aku sedang sakit tapi dia masih saja acuh seperti itu, biasanya dia menemaniku tapi ini tidak. Apa benar Kak Bas memiliki pacar? Apa memiliki pacar harus secuek itu padaku? Jika begini, aku tidak ikhlas dia berpacaran dengan wanita manapun..
Setelah Erin dan Sari pulang, perlahan Bastian mendekati kamar Bella dan mengintipnya. Dia tersenyum lega sebab Bella terlihat tengah tertidur pulas.
Kasihan juga Pak Daniel, aku akan melihatnya sebentar..
Bastian menutup pintu kamar pelan, lalu menuruni anak tangga dan keluar rumah menuju rumah Daniel. Bersamaan dengan itu, Bella terjaga dari tidurnya. Dia terduduk dan mengambil air minum di meja lalu meneguknya habis.
"Gerah sekali..." Dia mengambil remote pendingin ruangan dan menyalakannya. Bella merasa tubuhnya sudah lebih baik setelah beristirahat." Sebaiknya aku mandi." Bella berdiri dan bergegas membersihkan diri sambil mencuci baju kotornya dengan cara manual.
Setelah menyelesaikan perkerjaannya, perutnya terasa lapar. Dia keluar kamar dan mencari keberadaan Bastian. Karena tidak menemukannya, Bella duduk di teras rumah sambil menunggu tukang bakso yang biasanya lewat.
"Pak... Bakso.." Teriak Bella kencang saat mendengar ketukan dari tukang bakso yang melewati samping rumahnya. Bella bergegas berdiri dan berusaha membuka pintu pagar yang kembali macet." Pak tunggu..." Teriak Bella menyadari jika tukang bakso tidak mendengarkan panggilannya.
Bella terus menggoyang pagar besinya, seraya terus memanggil tukang bakso yang terus saja berjalan hingga suara bising besi pagar membuat Bastian dan Daniel keluar.
Daniel menahan tawa, melihat Bella menendang-nendang pintu pagarnya sendiri untuk mengekspresikan kekesalannya.
"Pagar sialan!! Akan ku gantikan kau besok!! Kenapa kau tidak pernah memihak padaku!!!" Runtuk Bella mendengus melihat tukang bakso yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Bukankah kau sedang sakit? Kenapa keluar." Bella membalikkan badannya cepat, menatap ke Daniel dan Bastian yang pasti sudah berdiri sejak tadi.
"Jika sudah keluar berarti sudah sembuh." Jawab Bella ketus. Bastian menarik nafas panjang kemudian berjalan menghampiri Bella sementara Daniel masih berdiri seraya memperhatikan.
Dengan mudah, Bastian membuka pintu pagar tersebut lalu berdiri tepat di hadapan Bella.
"Kau terlalu sering menendangnya, itu kenapa pagar ini tidak menurut padamu." Bella melirik malas seraya melipat kedua tangannya di perut. Bastian melangkah lagi dan memeriksa dahi Bella yang sudah normal.
"Aku sudah sembuh." Bella menampis tangan Bastian.
"Hm jika sudah sembuh kebetulan sekali." Bastian berjalan melewati Bella dan menutup pintu, lalu merangkul kedua pundak Bella dan menggiringnya menuju rumah Daniel.
"Aku lapar Kak. Aku mau mencari makan." Protes Bella.
"Mau ayam krispi lagi?"
"Iya tapi kenapa membawaku ke sini?" Keduanya berdiri tepat di depan Daniel.
"Masakan sesuatu untuk aku dan Pak Daniel dan aku akan membelikan ayam krispi kesukaanmu. Bagaimana?"
"Kenapa tidak di belikan langsung?" Protes Bella lagi.
"Jika di belikan langsung. Itu terlalu mudah untukmu. Aku tidak ingin kau menjadi pemalas." Bella menarik nafas panjang seraya melirik malas ke arah Bastian.
"Dobel ya.." Ucap Bella pelan.
"Oke deal." Jawab Bastian cepat." Tunggu di sini. Aku akan mengambil bahan masakan sekalian mengambil kunci mobil." Bastian kembali meninggalkan Bella berdua bersama Daniel. Dia sengaja melakukannya, Bastian ingin Bella merasa terbiasa dengan Daniel dan menjadi akrab.
"Sebaiknya kita masuk saja." Tawar Daniel lembut.
"Hm Kak." Daniel berjalan perlahan, di ikuti oleh Bella.
"Benar-benar sudah sembuh?"
"Iya. Aku tidak suka berbaring terlalu lama."
"Maaf merepotkan." Bella menoleh seraya tersenyum ke arah Daniel.
"Tidak Kak hehe.. Kak Bastian selalu mengancam ku seperti tadi."
"Dia menyukai masakanmu dan rasanya aku juga."
"Apa ini berarti aku akan memasak untuk dua orang?" Daniel tersenyum dengan mata sipitnya membuat Bella terkekeh melihatnya.
"Matamu menjadi hilang Kak." Ucap Bella tertawa renyah hingga membuat Bastian terpaku di ambang pintu. Dia sangat senang melihat pemandangan di hadapannya. Sejak awal, Bastian yakin jika Daniel adalah lelaki yang tepat untuk menjaga Bella jika seandainya penyakit itu merenggut nyawanya.
"Dia bersembunyi bukan menghilang." Sikap Daniel yang ramah dan penyabar, tentu membuat Bella cepat merasa nyaman seperti yang terjadi sekarang.
"Seru sekali..." Sahut Bastian membawa kantung kresek hitam dan meletakkannya di atas meja. Bella menghentikan tawanya meskipun Daniel masih tersenyum." Ingat Bella. Jika bersama Pak Daniel harus menjaga sikap. Kamu harus menghormatinya." Imbuh Bastian mulai berceloteh.
"Iya tahu..."
"Aku pergi membeli dulu. Makanan harus sudah siap saat aku pulang."
"Baik Tuan." Bastian tersenyum lalu kembali melangkah keluar." Padahal dulu tidak seperti itu." Gumam Bella mengeluh." Kak Daniel punya pacar?" Tanya Bella tiba-tiba.
"Pernah, satu kali. Kenapa?"
"Satu kali?" Daniel tersenyum dan mengangguk.
"Aku berniat menjadikannya istri tapi dia mengkhianatiku."
"Serius satu kali Kak?"
"Iya."
"Astaga.. Sayang sekali, padahal Kak Daniel tampan hehe."
"Apa menurutmu aku tampan?" Daniel sangat senang mendengar pujian dari Bella padahal dia sering mendengarkan pujian tersebut. Namun, semua terasa lain saat Bella yang mengatakannya.
"Hm sangat tampan."
"Jadilah istriku jika begitu.." Bella melongok mendengar itu seraya tertawa aneh. Ucapan itu membuat jantungnya langsung berpacu cepat meski dia tidak yakin jika Daniel serius mengatakan itu.
"Kak Daniel bisa saja. Lawakan paling lucu yang pernah ku dengar."
Aku terlalu terburu-buru mengatakan itu. Tapi rasanya, aku ingin segera bisa memilikinya.. Meski aku tidak yakin Bastian akan menyetujui kegilaan perasaanku ini...
"Benarkah?" Tanya Daniel tidak ingin terlalu memaksakan kehendak walaupun dia serius mengatakannya.
"Aku masih kecil Kak." Daniel mengangguk-angguk sehingga membuat Bella sedikit kecewa. Dia merasa jika Daniel hanya sedang menggodanya
tadi. Ku fikir serius...
"Sebaiknya kamu cepat memulainya.." Bella langsung berdiri seraya membawa kantung kresek hitam namun dia tidak juga berjalan.
"Kak Daniel bisa menemaniku kan?"
"Masih takut?" Bella mengangguk seraya tersenyum.
"Hm ayo." Daniel berdiri dan berjalan perlahan mengikuti Bella dari belakang. Memperhatikan lekat sosok di hadapannya, yang mulai memenuhi ruang hatinya yang kosong. Apa seperti ini rasanya jatuh cinta? Aku merasa sangat gila memikirkannya meskipun aku tidak bisa mengatakan ini sekarang..
Daniel tersenyum, mengingat masa saat dia masih berada di sekitar Jonathan. Dia sangat ingin mencintai seorang wanita seperti apa yang Jonathan rasakan pada Nara, istrinya. Cinta berlebihan, cemburu berlebihan namun saling menguatkan.
Aku masih ingin merasakan itu Joy.. Tolong baca pesanku...
"Ahhhh..." Lamunan Daniel terhenti, saat mendengar suara Bella yang tengah tertunduk seraya menghisap jari telunjuknya sendiri. Bella yang tengah memikirkan soal uang, secara tidak sadar mengiris telunjuknya hingga membuat jarinya terluka.
"Apa yang terjadi?" Tanya Daniel panik.
"Tidak sengaja Kak. Perih sekali..." Eluh Bella masih menghisap telunjuknya.
"Aku ambilkan plester. Tunggu."
"Tidak perlu Kak hehe.. Sudah sembuh." Jawab Bella seraya menunjukkan jarinya. Dia merasa kasihan pada Daniel jika harus berjalan untuk mengambilkan plester.
"Coba lihat." Daniel meraih jemari kecil Bella dan melihat luka sayatan kecil yang berada di ujung telunjuk. Jantung Bella kembali berdebar merasakan perlakuan manis Daniel. Dia menarik tangannya cepat seraya tersenyum aneh.
"Benar-benar tidak apa Kak hehe.. Maaf mengagetkan." Bella membalikkan badannya dan melanjutkan aktivitasnya daripada harus merasakan getaran hebat pada hatinya. Namun yang terjadi, Daniel malah berdiri di sampingnya seraya memperhatikannya memasak.
"Jangan melamun jika memasak."
Bagaimana tidak melamun? Aku memikirkan uang dua milyar yang hilang sementara aku masih sekolah...
"Hm Kak." Dengan gerakan kaku, Bella memasak sajian sederhana agar dia bisa cepat menyelesaikannya. Tatapan Daniel tiba-tiba membuat otot pada sekujur tubuhnya mengeras, hingga dia sulit bergerak bebas.
****************
Bastian duduk menunggu pesanan ayam krispi yang masih di buat. Seorang wanita datang dan menepuk pundak Bastian lembut.
"Hai Bas..." Sapa Lisa, teman satu kantor Bastian yang sudah lama menaruh hati pada Bastian.
"Oh Lisa, hai..." Jawab Bastian dingin. Lisa sudah terbiasa mendapat perlakukan itu sehingga dia tidak perduli. Jabatan Bastian yang bagus, membuatnya ingin menarik simpatik Bastian untuk mendapatkan hatinya.
"Menunggu pesanan?"
"Hmm.. Ya." Lisa menarik nafas panjang karena jawaban Bastian sangat singkat.
"Boleh ku temani?"
"Tidak perlu. Aku hanya sebentar lalu pergi. Pacarku sedang menunggu pesanan ayam krispi ini." Bastian yang merasa muak pada Lisa. Sudah sering berkata jika dia memiliki pacar. Namun anehnya, Lisa tidak juga menjauhinya dan malah bersikap sok akrab ketika mereka tidak sengaja bertemu seperti sekarang.
"Aku ingin sekali bertemu pacarmu. Secantik apa dia, hingga bisa meluluhkan hati seorang Bastian." Lisa terkekeh sementara Bastian memasang wajah datar." Aku serius Bas. Kapan-kapan kenalkan padaku." Imbuh Lisa ingin tahu bagaimana bentuk pacar Bastian hingga penolakan selalu di dapatkannya.
"Dia sangat cantik. Tidak ada wanita manapun yang bisa menyaingi kecantikannya. Permisi..." Bastian berdiri dan mengambil pesanan yang selesai di buat. Setelah membayar, Bastian melangkah pergi meninggalkan Lisa yang masih menatapnya dengan wajah geram.
"Bagaimana mungkin ada wanita yang lebih cantik dariku!! Lihat saja Bas, suatu saat kau pasti bisa ku rebut!!" Lisa kembali ke mejanya dan memakan sajian yang sudah di pesan olehnya.
*************
Bella mengumpat beberapa kali dalam hati, karena Bastian tidak juga datang. Senyum Daniel membuat jantungnya berpacu semakin cepat dan cepat, hingga dadanya terasa bergetar melihat senyum hangat yang selalu Daniel suguhkan.
"Kak Bas lama sekali.." Tutur Bella bergumam.
"Kamu sudah lapar?"
"Iya Kak."
"Makan saja dulu sedikit. Lalu nanti makan lagi." Tarikan nafas berat terdengar. Bella merasa jika suara Daniel begitu lembut membelai telinga juga hatinya.
Bagaimana ada lelaki dewasa namun memiliki suara selembut itu..
"Aku tidak suka memakan masakanku Kak. Baunya membosankan dan membuatku tidak berselera."
"Aku mengerti. Kamu memasak untuk Bastian dan Bastian membelikan mu sesuatu untuk kamu makan?"
"Iya seperti itu." Daniel mengangguk-angguk dan mengingat segala sesuatu yang ada hubungannya dengan Bella.
"Siapa nama panjangmu Bella?"
"Isabella.."
"Itu saja?" Daniel berusaha sebisa mungkin bertanya agar Bella bisa cepat akrab dengannya.
"Iya, itu saja."
"Pendek sekali." Daniel tertawa kecil seraya menatap Bella." Tapi nama itu sangat indah." Imbuh Daniel kembali menyentuh hati Bella.
"Kak Daniel serius, tentang mantan pacar yang hanya satu orang?" Tanya Bella mengalihkan pembicaraan. Dia takut jantungnya meledak jika mendengar pujian dari Daniel.
"Hm ya kenapa?"
"Itu terdengar aneh."
"Meskipun aneh tapi aku benar-benar belum pernah jatuh cinta pada seseorang." Bella mengangguk-angguk seraya melirik sebentar kemudian berpaling lagi." Apa kamu sudah pernah jatuh cinta?" Bella menoleh cepat dan tertawa renyah.
"Aku masih kecil Kak. Aku juga tidak mengerti jatuh cinta itu seperti apa, tapi beberapa kali aku berdebar-debar ketika bertemu dengan lelaki tampan hehe." Daniel tertawa lepas begitupun Bella.
"Wajahmu lucu sekali..." Ucap Daniel di sela tertawanya.
"Memangnya Kak Daniel mengerti bagaimana jatuh cinta itu?" Suasana menjadi hening sebab Daniel kembali fokus melihatnya.
"Aku memahami itu dari seseorang. Aku sendiri belum pernah merasakannya. Dari kehidupannya, aku belajar sebuah cinta yang begitu kuat dan aku sangat ingin memiliki perasaan seperti itu." Jawab Daniel mengingat Jonathan dan Keynara.
"Siapa dia Kak?"
"Jika ada kesempatan emas. Aku akan mengenalkanmu padanya. Pasangan fenomenal. Ketua Mavia dan psikopat.. Aku tidak perduli dengan sisi buruk mereka. Aku yakin mereka orang baik dan masih ingin menjalin persaudaraan. Mungkin jika aku sudah menikah, Joy akan mau menerimaku lagi...
"Kak..." Daniel tersadar dari lamunannya bersamaan dengan datangnya Bastian.
"Maaf lama, antriannya panjang." Bastian meletakan dua kotak nasi tepat di hadapan Bella.
"Wah.. Selamat makan." Bella mengambil satu kotak lalu membukanya dan langsung memakannya tanpa memperdulikan dua lelaki dewasa yang ada di hadapannya.
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
chicken is the best😋
2022-01-13
0
Mellan Mana
lanjut Thor👌😊
2022-01-12
0
Unie Rya
tetep setia kak
2021-12-27
0