Dengan langkah lemas, Bella kembali masuk dan meletakkan dua kotak nasi di atas meja. Raut wajahnya terlihat binggung dan ketakutan. Bella mencoba mengingat, di mana dia menghilangkan ATM tersebut.
Tidak mungkin jika Kak Daniel... Bella mencoba mengingat lagi dan sadar jika dia meninggalkan dompetnya sebentar saat bersama Stefan. Apa mungkin?
"Apa yang terjadi?" Tanya Daniel.
"Tidak ada Kak." Jika memang Stefan? Untuk apa dia mencuri ATMku tanpa tahu nomer pin-nya.. Bella tidak tahu, jika sejak awal pertemuan. Stefan sudah tahu pin dari ATMnya tersebut.
"Kenapa tidak di makan?" Bella hanya menatap Daniel seraya tersenyum aneh. Nafsu makannya menghilang. Suhu tubuhnya bahkan terasa naik seketika. Bella tidak mengerti harus berbuat apa sekarang. Jika uangnya yang menghilang, mungkin tidak masalah. Tapi jika jatah Bastian yang menghilang? Bella berfikir jika Bastian akan marah besar padanya.
"Aku sedikit tidak enak badan." Daniel langsung beranjak lalu duduk di samping Bella.
"Pasti masuk angin." Secara reflek, Daniel mengangkat tangannya dan menyentuh dahi Bella lembut." Kamu sedikit demam." Kehilangan ATM membuat tubuh Bella langsung terserang demam mendadak. Fikirannya menjadi sangat keruh hingga tidak sanggup berfikir jernih dan menyebabkan suhu tubuhnya langsung naik.
Bella sedikit memundurkan tubuhnya, dia merasa jika posisinya saat ini benar-benar tidak aman. Daniel terlalu dekat sehingga membuatnya ingin menghindar agar jantungnya tidak benar-benar meloncat.
"Hanya sedikit Kak." Ucap Bella menggeser tubuhnya lagi. Daniel tersenyum dan menyadari jika memang posisinya sangat tidak aman.
"Maaf. Aku hanya khawatir."
"Tidak apa Kak." Bagaimana ini Tuhan... Bella tertunduk dan rasanya ingin menangis. Dua milyar tidak sedikit, sehingga membuatnya memikirkan itu terus-menerus.
Daniel mengira jika Bella terdiam karena rasa sakitnya. Lalu dia memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat pada Bastian agar segera pulang.
"Maaf Bella. Aku mengingkari janjiku. Bastian akan pulang sebentar lagi.." Bella menoleh cepat dan duduk tegak.
"Dia akan marah jika aku membolos sekolah Kak." Jawab Bella panik.
"Biar aku yang bicara agar kamu tidak terkena marah. Sebentar." Daniel berdiri dengan tongkatnya. Dia berjalan masuk ke kamar lalu membawa selimut." Pakai ini agar kamu tidak kedinginan." Dengan sopan. Daniel meletakkan selimut di samping Bella. Dia tidak ingin membuat Bella takut dan berfikir macam-macam soal dirinya.
"Terimakasih Kak. Bukankah seharusnya aku yang membantumu?" Bella mengenakan selimutnya sebab tubuhnya mulai mengigil.
"Aku sudah lebih baik. Ayahku saja yang terlalu khawatir hingga menyuruhmu menjagaku." Dan rasanya, aku ingin kamu terus menemaniku sepanjang hari Bella..
"Ayahku meninggal saat aku masih SD dan Mama, dua tahun lalu."
"Itu kenapa Bastian menggantikan posisi mereka." Bella mengangguk-angguk dan kembali teringat soal ATMnya.
"Iya Kak seperti itu.." Jawab Bella lirih. Bella terdiam dan mulai memikirkan bagaimana caranya bisa mengembalikan ATM itu. Sementara Daniel berfikir jika sakit yang di rasa Bella sangat menyiksa dan membuat Bella mendadak linglung seperti sekarang.
Aku ingin mendekapnya... Daniel menarik nafas panjang ketika terlintas niat kotornya. Meskipun dulunya dia pernah berpacaran dengan Fanny. Namun, satu kali pun tidak pernah terlintas pada benak Daniel untuk menyentuh Fanny. Dia bahkan merasa muak ketika Fanny bermanja padanya atau sekedar memegang tangannya. Daniel tidak berselera melakukan itu dan malah membuatnya jijik. Dia masih sangat kecil Daniel.. Apa aku memang seorang pedofil? Daniel tersenyum memikirkan keanehan yang terjadi pada seleranya akhir-akhir ini.
************
Sesuai permintaan Bella. Sebelum pulang, Sari dan Erin menuju ke kelas Bella untuk mengambil tasnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Kenan membawa tas milik Bella.
"Ken..." Teriak Sari bergegas menghampiri Kenan.
"Ada apa?" Tanya Kenan santai.
"Tas Bella kan? Biar ku bawa." Sari akan mengambil tas itu namun Kenan tidak memberikannya.
"Biar ku bawa."
"Aku akan mengantarkan ke rumahnya."
"Antar bersamaku. Mobilku akan datang sebentar lagi." Jawab Kenan tersenyum.
Mobil? Tutur Sari dan Erin bersamaan. Mereka cukup tahu Kenan yang kabarnya hanya anak dari pengusaha yang sudah bangkrut. Gosip itu sudah tersebar satu sekolah bahkan setiap hari, Kenan selalu pergi ke sekolah dengan motor bututnya.
"Tidak Ken. Bella akan marah pada kita jika sampai mengajakmu ke rumahnya." Tolak Erin tegas. Dia tidak ingin perduli dengan mobil dan lebih memikirkan peraturan dari Kak Bastian yang selalu Bella bicarakan.
"Aku mau mengantarkan tasnya. Ayo..." Sari dan Erin yang memang tidak setangguh Bella, terpaksa mengikuti Kenan dengan langkah lemah.
Sebuah mobil mewah terparkir di depan pintu gerbang sekolah. Tentu hal itu menjadi sorotan para siswa yang akan pulang. Kenan tidak perduli pada tatapan sekitar, dia hanya ingin membuat Bella terkesan sehingga tatapan sekitar tidak membuatnya senang.
"Bawa motorku." Kenan memberikan kunci motor bututnya pada lelaki yang berdiri di samping mobilnya.
"Baik Tuan.." Erin dan Sari saling melihat mendengar panggilan untuk Kenan.
"Ayo masuk. Salah satu dari kalian duduk di depan, agar aku tidak seperti supir." Tawar Kenan sudah membuka pintu mobil.
"Kau saja." Erin membuka pintu kedua dan masuk. Sari tersenyum sejenak kemudian masuk ke dalam mobil.
Saat Kenan akan masuk, suara Fransisca menghentikannya.
"Apa maksud semua ini Kenan?" Protes Fransisca tidak terima. Tatapannya begitu tajam ke arah Sari yang duduk tepat di samping jok kemudi.
"Tidak ada. Mulai hari ini, jangan menggangguku. Kemarin adalah sebuah kesalahpahaman. Kita putus." Dengan tegas Kenan mengatakan itu. Dia tidak menyukai sesuatu yang bertele-tele sehingga selalu cepat dalam mengambil keputusan.
"Kau mempermainkan aku!!"
"Hm." Kenan mengangguk santai." Sebelum permainan semakin dalam, aku akan menghentikannya. Bye.." Kenan masuk mobil dan menutupnya dengan cepat. Dia tidak memperdulikan Fransisca yang terlihat menggedor-gedor kaca pintu mobilnya dan mulai melajukan mobilnya.
"Apa baiknya gadis buruk rupa itu!!!" Teriak Fransisca menjadi tontonan karena suara cemprengnya. Samuel hanya bisa melihat sejenak kemudian melaju pergi dengan motor sportnya.
*************
"Kenapa tidak menghubungiku tadi?" Protes Bastian setelah memeriksa suhu tubuh Bella.
"Ponselku tertinggal di dalam rumah dan tasku tertinggal di sekolah." Bastian mend*sah lembut mendengar alasan yang Bella lontarkan.
"Kamu pasti sering mengerjai temanmu hingga mereka berbuat itu."
"Tega sekali. Kau masih menyalahkan aku atas kejadian ini." Bella membuang muka dan merasa kesal dengan sikap Bastian yang semakin tidak perduli padanya.
"Ini baju kotornya." Daniel memberikan kantung kresek hitam yang berisi baju kotor milik Bella.
"Maaf Pak merepotkan." Bastian mengambil baju itu lalu kembali menatap Bella yang mulai duduk untuk bersiap pergi.
"Tidak merepotkan. Jangan lupa ayamnya di bawa dan ini untuk mengantikan uang ayamnya." Daniel menyodorkan dua lembar uang seratus ribu pada Bella.
"Tidak perlu Kak. Aku permisi. Maaf Ya." Bella berdiri meski nyeri hebat menghantam kepalanya. Raut wajahnya terlihat kesal dan sedikit pucat. Daniel melihat itu meski saat ini Bella membuang muka.
Bella melangkah keluar tanpa memperdulikan teriakan Bastian yang berusaha mencegahnya.
"Jangan terlalu keras. Kasihan dia." Ucap Daniel menatap fokus pada Bella yang masih terlihat berjalan.
"Akan lebih kasihan jika dia terlalu bergantung pada saya." Bastian menarik nafas panjang untuk mengendalikan perasaan yang bergemuruh. Terkadang dia merasa tidak tega saat mencoba tidak perduli pada Bella.
"Sudah seharusnya begitu. Kamu itu pengganti orang tua untuknya."
"Entahlah. Saya hanya merasa tidak yakin dengan hidup saya sendiri Pak." Daniel mengangguk-angguk, dia mengerti soal kekhawatiran Bastian. Penyakit jantung yang di derita, bisa merenggut nyawanya kapan saja." Baik Pak, saya permisi. Terimakasih atas bantuannya." Bastian mengambil baju kotor dan akan melangkah pergi.
"Bawa nasinya. Dia belum makan tadi dan lagi, Bella yang membayar pesanan ayam itu."
"Saya bawa satu." Bastian mengambil satu kotak makanan.
"Bawa keduanya."
"Tidak Pak. Ini saja sudah cukup." Bastian tersenyum sejenak lalu berjalan pergi. Daniel duduk dan mengambil kotak makan.
"Ini makanan kesukaannya." Gumamnya seraya membuka kotak. Perlahan, Daniel mengambil sedikit ayam krispi dan memasukkannya pada mulutnya. Sebelumnya, Daniel tidak pernah mencoba makanan yang hanya memakai bumbu saus. Itu tidak menarik untuknya dan setelah mencobanya, Daniel tersenyum. Makanan itu tidak terlalu buruk bahkan menurut Daniel, rasanya enak." Wajar saja jika dia suka." Daniel mulai membuka bungkus nasi dan memakannya bersama dengan ayam krispi.
***************
Bastian berdiri di ambang pintu kamar, menatap Bella yang tengah berbaring di atas tempat tidur. Terdengar tarikan nafas berat, sebab sebenarnya Bastian sangat merasa khawatir meski tidak dapat dia tunjukkan pada Bella.
"Makan dulu, lalu minum obat." Pinta Bastian duduk di pinggiran tempat tidur dan meletakkan nampan pada meja samping.
"Aku hanya mau tidur. Jika Erin dan Sari datang, suruh ke kamar langsung." Jawab Bella ketus. Dia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.
"Tidak akan bisa sembuh jika hanya tidur." Bastian menyikap selimut dan membuangnya sembarangan." Cepat duduk, makan dan minum obat." Imbuh Bastian menatap lekat Bella.
Jika Kak Bas tahu masalah uang itu? Aku yakin dia akan memperlakukanku semakin buruk..
Bella tidak bergeming dan bergerak, sehingga Bastian harus menurunkan egonya sedikit. Dia menggeser tubuhnya dan duduk tepat di samping kepala Bella yang sedang berbaring. Tangannya terangkat dan memaksa Bella untuk duduk dengan lembut.
"Aku tidak lapar." Protes Bella akan kembali berbaring namun tangan Bastian mencegah.
"Lakukan lagi. Mama akan bersedih melihat kelakuanmu." Bella langsung berdiam dan berhenti memberontak meski wajahnya masih berpaling. Bastian meraih kotak makan dan membukanya." Seharusnya kamu makan sendiri agar kamu tidak harus menghabiskannya. Dan jika sudah ku suapi seperti ini. Kamu wajib menghabiskannya." Bastian menyodorkan sendok yang penuh dengan nasi dan ayam. Bella membuka mulutnya sedikit." Kurang lebar." Bella menuruti perintah Bastian, sehingga Bastian langsung memasukkan suapannya seraya tersenyum." Ke sini jika pusing." Bastian menepuk pundaknya sendiri.
"Katamu menjijikkan." Lirik Bella malas.
"Aku akan menahan rasa jijik itu karena kau sakit."
"Tidak terimakasih." Bastian meraih kepala Bella dan menekannya agar bertumpu di pundaknya.
"Jika kau berani mengangkatnya. Mama akan bersedih."
"Kenapa terus mengancam?"
"Jika tidak ingin di ancam. Turuti perkataan ku." Bastian kembali memasukkan makanan pada mulut Bella.
"Apa aku kurang menuruti perkataanmu!!"
"Siapa yang melakukan?" Tanya Bastian pelan.
"Apa?"
"Mengguyurmu dengan lumpur." Bella menarik nafas panjang dan tidak menjawab pertanyaan Bastian.
"Aku akan ke sekolah besok untuk mengurus ini."
"Tidak perlu. Mirip anak TK saja!"
"Lalu katakan, siapa? Aku akan memberikan les privat untuknya."
"Tidak perlu ikut campur. Dan lagi, aku juga tidak tahu siapa. Berani sekali membuat masalah denganku."
Taaaak....
"Agh sakit Kak." Teriak Bella memegang telinganya.
"Jangan menjadi sok kuat hanya karena sabuk hitammu! Jika aku melihat kau berkelahi, jangan harap kau bisa keluar dengan kedua temanmu itu." Memang Bastian yang menyuruh Bella mengambil ekstrakurikuler pencak silat. Tapi tujuan Bastian melakukan itu, agar Bella bisa menjaga diri ketika sedang terdesak.
"Bukankah ini termasuk terdesak?" Bella mengangkat kepalanya dari pundak Bastian dan duduk tegak.
"Tidak. Terdesak itu jika kau bertemu preman, di culik atau hal genting lainnya. Itu baru terdesak."
"Kekuatanku tidak berguna. Agh kepalaku.." Bastian meletakkan kotak makan yang kosong lalu menyodorkan obat pada Bella.
"Minum lalu istirahat. Peraturanku tidak bisa di rubah, jika kamu melanggar, maka hukuman akan berlaku." Bella mengambil obat dari tangan Bastian dan meminumnya.
"Hmmm..." Bella kembali berbaring karena dia tahu tidak akan bisa melawan aturan dari Bastian. Dulu, Bella pernah satu kali terlibat perkelahian. Bastian mengurungnya di dalam kamar dan hanya bisa keluar saat sekolah saja.
"Jika esok dia masih mengerjaimu, aku akan datang ke sekolah dan mengurusnya." Bastian berdiri seraya mengambil nampan lalu berjalan keluar kamar.
"Ahhh pusing sekali.." Bella membenamkan kepalanya di bantal saat ingatan soal ATM melintas." Kak Bas akan membunuhku jika tahu uang itu hilang. Bagaimana ini?" Tangan Bella meraih ponsel dan mendapatkan dua pesan dari Stefan. Awalnya Bella berfikir jika mungkin Stefan ingin memberitahukan soal ATM yang terjatuh. Sehingga Bella dengan semangat mengeklik pesan dan melebarkan matanya membaca ucapan terimakasih Stefan pada ATM yang kini sudah di bawa olehnya." Tidak!! Sial!!!" Umpat Bella lirih. Dia melakukan panggilan namun nomer Stefan sudah berada di luar jangkauan." Dia tidak akan bisa mengambilnya, bukankah dia tidak tahu nomer pin-nya tapi? Dia ada di mana sekarang?" Bella membenamkan kepalanya di bawah bantal karena nyeri hebat kembali menghantam tengkorak kepalanya.
Sementara Bastian, berjalan ke depan setelah mendengar ketukan pintu beberapa kali. Tatapan Bastian berubah tajam, saat melihat Kenan, Erin dan Sari berada di balik pintu tersebut.
"Masuk." Ucap Bastian dingin. Erin dan Sari masuk namun saat Kenan akan ikut masuk Bastian menghalangi langkahnya." Tidak untukmu." Imbuh Bastian sangat tidak menyukai keberadaan Kenan.
"Saya teman Bella Kak."
"Teman Bella hanya Erin dan Sari jadi kau boleh pergi."
Braaaakkkkk!!!
Kenan menarik nafas panjang lalu membalikkan badannya. Sebelum masuk, Erin dan Sari sudah memperingatkannya saat melihat mobil Bastian yang terparkir di bagasi. Namun Kenan ingin melihat bagaimana galaknya Bastian, sehingga Sari dan Erin membiarkan Kenan ikut masuk.
"Ternyata, Kakaknya benar-benar galak." Kenan memperhatikan mobil mewah Bastian dan memperhatikan rumah Bella yang cukup besar. Kenan menjadi tahu, jika Bella bukan berasal dari keluarga menengah ke bawah.
"Aku semakin menginginkanmu Bella. Kita memiliki kesamaan, kau tidak suka memamerkan kekayaanmu begitupun diriku." Kenan tersenyum lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah Bella. Dia tidak mempermasalahkan jika Bastian tidak menyambutnya dengan baik. Kenan sadar, jika permata berharga memang harus di jaga selayaknya Bastian yang berusaha menjaga adiknya.
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
abis kayanya isi ATM...
2022-01-13
0