Sesuai permintaan, pernikahan di lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Terlihat beberapa orang duduk tepat di samping pusaran Bastian. Tiga orang saksi, empat dari departemen agama, dua mempelai, lalu Lucas juga Pak Salim yang mencoba menyempatkan waktu meski sebenarnya dia sibuk dengan perkerjaan di perkebunan.
Bella hanya memakai baju biasa tanpa riasan, begitupun Daniel. Dia tidak mempermasalahkan jika pernikahan pertamanya terlihat sangat buruk. Tanpa tamu undangan, tanpa pesta dan di lakukan di pemakaman.
Dengan suara lantang dan jelas, Daniel mengucapkan ikrar janji suci sehidup semati, akan senantiasa bersama Bella dan menerima semua kekurangannya. Bella cukup tersentuh dengan ucapan tegas Daniel, dan sesekali matanya melirik ke arah pusaran Bastian yang masih basah. Matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya air mata jatuh juga. Bella cepat-cepat menyekanya, agar Daniel tidak melihat.
"Ayah harus langsung kembali." Tutur Pak Salim seraya tersenyum menatap Bella.
"Hm Yah aku tahu." Tiba-tiba saja Pak Salim memeluk Bella erat.
"Menantu Ayah." Gumamnya lembut." Ayah tahu kamu terpaksa melakukan ini Nak Bella. Tapi ingatlah, tidak ada sesuatu yang kebetulan. Ayah doakan kehidupan kalian akan bahagia." Pak Salim melepaskan pelukan dan mengalihkan pandangannya ke Daniel.
"Jangan mengecewakannya."
"Pasti Yah." Jawab Daniel tegas.
"Ayah pamit Nak Bella."
"Hm Pak hati-hati." Pak Salim tersenyum hangat kemudian melangkah pergi bersama Lucas. Bella akan beranjak pergi namun tangan Daniel mencegahnya." Apa?" Tanya Bella ketus.
"Aku sudah memesan taksi sayang." Bella menarik tangannya kasar bukan karena tidak suka. Namun, hatinya bergetar ketika Daniel melakukannya. Dia tidak ingin Daniel tahu, dia ingin melanjutkan sekolahnya dulu hingga kuliah.
"Sudah ku bilang jangan menyentuhku."
"Hanya tangan. Bukankah kamu istriku.." Bella berjalan, di ikuti oleh Daniel.
"Aku tidak percaya dengan ini semua." Pernikahan yang terjadi, datang begitu tiba-tiba sehingga terkadang Bella tidak habis fikir dengan kejadian yang menimpa hidupnya.
"Ini nyata dan bukan mimpi."
"Aku tidak mau tinggal di rumahmu."
"Hm. Maaf sayang. Aku belum bisa merenovasi rumah karena uang akan ku fokuskan pada perusahaan baruku." Daniel sangat berat mengucapkan itu. Dia menikah di saat hidupnya sedang terpuruk seperti sekarang. Tapi, itu semua masih terasa indah karena Bella sudah menjadi miliknya.
"Itu baik. Kita tinggal di rumahku."
Demi kamu, aku akan berusaha bangkit setelah ini... Semoga Tuhan mempermudahkan semuanya agar aku bisa memberikan kehidupan layak untukmu...
"Ahhh sakit.." Pekik Daniel pura-pura terjatuh sehingga Bella langsung menoleh cepat ke arahnya. Terlihat Daniel terduduk di atas tanah, membuat Bella langsung kembali untuk menolong.
"Hati-hati Kak ish!" Bella mengulurkan tangannya dan Daniel menyambutnya.
"Aku sudah berhati-hati sayang. Mungkin aku belum sepenuhnya sembuh jadi kakiku sedikit kaku." Daniel sudah merasa sangat baik sejak semalam. Dia hanya ingin menarik perhatian Bella agar Bella cepat menyukainya.
"Kamu tadi sudah berjalan dengan baik Kak." Jawab Bella melirik malas. Dia membiarkan tangan Daniel merangkul pundaknya. Ada rasa curiga sebab Daniel terasa tidak menekan pundaknya. Bella paham dengan akal-akalan Daniel dan entah kenapa Bella lebih memilih berpura-pura tidak tahu.
Sebuah taksi terlihat berhenti di depan pemakaman, Bella membantu Daniel berjalan sampai di pintu taksi. Daniel segera masuk, di ikuti oleh Bella.
Setibanya di rumah, saat Bella dan Daniel akan masuk ke dalam rumah. Suara Erin dan Sari menghentikan langkah keduanya.
"Bella .." Sontak Bella langsung menatap Daniel.
"Temanku Kak. Gawat!" Ucapnya lirih. Erin dan Sari yang sudah berdiri di samping Bella. Merasa aneh melihat kebersamaan antara Bella dan Daniel." Itu. Di rumah, Kak Daniel tidak ada temannya jadi dia memutuskan untuk ke rumahku sambil menunggu temannya datang." Tutur Bella sebelum Erin dan Sari melontarkan pertanyaan.
"Kalian dari mana?" Tanya Sari tersenyum menatap wajah Daniel yang sungguh menawan.
"Iya. Kenapa tidak mengajak kita jika pergi bersama Kak Daniel." Sahut Erin menimpali." Aku temannya Bella Kak. Erin." Daniel menyambut lembut uluran tangan Erin.
"Aku Sari Kak." Sari menampis kasar tangan Erin dan menggantikannya dengan tangannya.
"Aku Daniel." Bella menatap malas ke arah ketiganya.
"Kalian ke sini untuk bertemu siapa?" Tanya Bella ketus.
"Oh iya. Kami khawatir padamu setelah kemarin. Jadi, kami memutuskan untuk datang ke sini hehe. Kami lupa diri karena Kak Daniel." Entah kenapa Bella merasa kesal melihat kedua temannya menggoda Daniel.
"Sejak kapan kalian seperti ini?" Erin dan Sari saling memandang seraya terkekeh. Mereka paham dengan perkataan yang Bella ucapkan. Sebelum ini, mereka tidak pernah merasa sangat bersemangat saat berada di depan lelaki sebayanya.
"Aku merasa dia mirip Cha Eun Wo Oppa." Daniel tersenyum, dan mengingat Keynara yang sering menyebut nama tersebut ketika sedang di hadapannya.
Aku benar-benar merindukan kalian...
"Masuk." Bella tetap memegang erat lengan Daniel untuk membantunya berjalan, meninggalkan kedua temannya yang merasa aneh melihat keakraban mereka.
"Ada yang aneh Rin." Tutur Sari pelan.
"Hm.. Apa Bella menyukai Kak Daniel?" Erin dan Sari tahu bagaimana dinginnya Bella pada setiap lelaki. Jangankan untuk di sentuh, di sapa pun terkadang tidak di hiraukan.
"Semoga saja hehehe, yuk." Keduanya melangkah mengikuti Bella yang sudah masuk rumah lebih dulu. Namun, Bella tidak ada di ruang tamu. Karena ternyata, Bella tengah mengantar Daniel ke kamar Bastian agar Daniel tidak banyak bicara pada kedua temannya.
"Kamu pencemburu sayang." Goda Daniel.
"Aku tidak ingin kamu berkata macam-macam pada teman-temanku. Jadi, hilangkan prasangka mu itu Kak." Daniel mengangguk-angguk mendengar jawaban dari Bella.
Cklek...
Pintu kamar Bastian terbuka, Bella mendorong daun pintu lembut lalu mendongak ke arah Daniel.
"Hanya berjarak empat meter. Bisa berjalan sendiri kan?" Daniel membalas tatapan Bella dengan senyuman hangat dan sorot mata yang begitu lembut, sehingga membuat Bella mengalihkan pandangannya.
Apa aku termakan ucapan ku sendiri? Sejak dulu, aku memang menyukai lelaki dewasa dan sekarang, aku harus terjebak pernikahan dengan lelaki yang umurnya jauh di atas ku..
"Aku ingin ikut mengobrol dengan mereka."
"Tidak! Bukankah katanya kakimu masih sakit. Jadi sebaiknya kamu beristirahat agar cepat sembuh." Bella sangat takut, jika Daniel sampai keceplosan, lalu menceritakan soal pernikahan mereka. Itu memalukan untuknya, apalagi jika satu sekolahan sampai tahu. Sudah pasti akan banyak siswa mengatainya karena sifat Bella yang terkenal sangat acuh dan anti berpacaran.
"Jika aku tidak mau?" Goda Daniel sebenarnya tidak mempermasalahkan apapun keinginan Bella.
"Harus mau." Bella kembali memegang lengan Daniel dan mengiringinya masuk ke dalam kamar, lalu mendudukkannya di pinggiran tempat tidur.
"Kenapa tidak di kamarmu saja."
"Ini kamarku." Jawab Bella berbohong.
"Ini bukan kamarmu. Jangan berbohong."
"Jangan sok tahu." Bella berjongkok dan melepas sepatu Daniel hingga membuat Daniel tidak habis fikir dengan sikap Bella sekarang.
"Aku memang tahu. Lalu, kenapa kamu melepaskan sepatuku?" Daniel menunduk seraya tersenyum menatap Bella yang masih berusaha melepaskan sepatunya.
"Agar kamu tidur." Setelah sepatu terlepas, Bella mengangkat kedua kaki Daniel sehingga secara otomatis tubuh Daniel berbaring." Protesnya nanti saja Kak. Aku mau menemani temanku." Bella membawa kedua sepatu Daniel lalu menutup pintu kamar Bastian.
"Astaga. Istri kecilku manis sekali.." Daniel tersenyum dan memejamkan matanya, mencoba menuruti apa perintah Bella, meski dia tidak sedang ingin tidur mengingat saat itu masih pukul 10 pagi.
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Mellan Mana
🤣🤣🤣Bella lucu
2022-01-15
0
💮Aroe🌸
jam 10 pagi di auruh tidur?!
2022-01-13
0
Yanti Nadin
awal mula untuk rebeut hati bella dan cari perhatian
2022-01-11
0