Karena di paksa, Bella ikut duduk menemani Pak Salim dan Daniel yang tengah makan, sementara dia hanya minum teh hangat buatan Pak Salim.
Daniel menguyah pelan masakan Bella seraya mengangguk-angguk. Masakan itu terlihat sederhana namun rasanya begitu sedap. Padangannya beralih pada Bella yang tengah menikmati teh hangatnya. Dia hanya seorang gadis kecil namun Daniel merasa jika ada yang berbeda darinya.
"Bumbu apa yang kamu campurkan Bella?" Tanya Daniel tersenyum menatap Bella.
"Bumbu biasa saja Om. Tidak ada yang spesial."
"Tapi ini sangat sedap."
"Hm sedap sekali, itu kenapa aku ingin memiliki anak perempuan." Sahut Pak Salim.
"Aku hanya melihatnya di internet saja." Jawab Bella seraya tersenyum manis.
"Em. Kamu bawa ponsel?"
"Tidak Om."
"Aku belum membeli ponsel. Aku berniat memesankan sesuatu untukmu." Daniel merasa kasihan pada Bella yang hanya meminum teh hangat.
"Makanan?" Tanya Bella pelan.
"Hmm..."
"Tidak perlu Om. Nanti Kak Bas akan membawakan makanan untukku."
"Em begitu. Maaf Bella, jika aku sudah sembuh. Akan ku penuhi kulkas dengan makanan ringan, coklat dan permen."
"Untuk apa?" Tanya Bella tidak tahu maksud dari Daniel.
"Untuk menjamu kamu jika sedang main seperti sekarang."
"Maklum Nak Bell, Bapak sudah tua apalagi tidak hafal daerah sini jadi tidak bisa membeli bahan makanan."
"Hehehe... Tidak apa-apa Pak. Aku juga tidak suka makanan seperti itu. Aku lebih suka makanan berat seperti kue basah dan lain sebagainya."
"Doakan aku cepat sembuh agar bisa membelikan itu untukmu." Sahut Daniel menimpali.
"Kak Bas selalu membelikannya."
"Akan berbeda jika aku yang membelinya." Bella tersenyum aneh membalas tatapan mata Daniel yang sungguh menawan.
Jantungku kenapa seperti ini...
Bella berusaha menghindar tatapan mata Daniel dan lebih memilih menikmati teh hangatnya. Perasaan berdebarnya semakin tidak terkendali hingga rasanya sulit bernafas. Beberapa kali tarikan nafas berat terdengar, Bella berusaha meredam perasaan gugupnya agar tidak terlihat konyol.
Namun karena sikapnya saat ini, membuat Daniel semakin merasa tertarik pada sosok gadis belia di hadapannya. Memang sejak awal pertemuan, ada sesuatu yang lain hingga dia terbawa perasaan dan tanpa sadar melihat ke arah Bella dengan begitu lama.
"Jangan menakutinya." Ucap Pak Salim membuat Daniel tersadar.
"Maaf Bella. Kamu lucu sekali. Sejak dulu aku juga ingin memiliki adik perempuan hanya saja, Mama sudah lebih dulu pergi." Tutur Daniel melanjutkan makannya.
"Iya. Seperti itu Nak Bell."
"Tidak apa-apa hehe." Kak Bas lama sekali sih.. Aku lupa tidak membawa ponsel lagi.. Meskipun aku menyukai lelaki dewasa tapi untuk Om Daniel.. Bella melihat sebentar ke arah Daniel kemudian menunduk lagi. Umurnya terlalu tua untuk ku jadikan... Ahh apa yang ku fikirkan!!! Kenapa aku jadi berfikir yang tidak-tidak. Om Daniel ingin menjadikan aku adiknya bukan.. Ahh tidak.. Bella mencoba membuang fikiran yang tidak seharusnya melintas. Bella mengakui jika Daniel memang tampan. Namun, saat terfikir umurnya yang hampir 30 tahun membuatnya ingin menghilangkan perasaan canggungnya seperti sekarang." Aku tidak takut Pak." Malah berdebar...
"Biasanya Daniel tidak sejahil itu."
"Aku tidak masalah Pak. Sudah terbiasa di jahili oleh Kak Bas." Jawab Bella berusaha menghilangkan rasa berdebarnya namun rasanya itu sangat sulit. Daniel benar-benar sangat menawan dalam pandangannya melebihi ketertarikannya pada Stefan.
"Aku tidak suka menggoda Bella. Aku berjanji akan membelamu jika nanti Bastian mengerjaimu lagi." Bella langsung menegakkan pandangannya ke arah Daniel. Itu penawaran yang bagus karena terkadang, dia merasa jika Bastian keterlaluan.
"Benarkah Om?" Tanya Bella memastikan.
"Tentu saja."
"Waahhh..." Bersamaan dengan itu, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Bella langsung berdiri karena berfikir jika itu Bastian." Biar aku buka. Itu pasti Kak Bas." Bella bergegas melangkah keluar dan membuka pintu. Dengan bibir setengah terbuka, dia melihat Lucas berdiri di balik pintu tersebut dengan senyum hangatnya. Astaga .. Lelaki dewasa memang terlihat lebih menggoda...
Lucas tersenyum melihat wajah konyol Bella, sehingga dia membiarkan Bella yang tengah terpaku melihatnya. Hingga Pak Salim datang karena Bella tidak juga muncul.
"Siapa Nak Bella?"
"Eh itu.. Orang asing Pak." Jawab Bella tersenyum kikuk.
"Itu Lucas. Bukan orang asing." Sahut Pak Salim tersenyum.
"Apalagi makhluk asing hehe. Aku benar-benar manusia Nona. Permisi." Lucas melewati Bella begitu saja dan masuk dengan membawa ponsel baru di tangannya.
Malu sekali.. Tenyata temannya Om Daniel..
"Maaf Pak, saya tidak sopan. Saya tidak tahu jika..."
"Tidak apa." Sahut Pak Salim menutup pintunya kembali." Kita masuk dulu sampai Kakakmu menjemput." Bella mengangguk pelan dan mengikuti langkah Pak Salim untuk kembali masuk.
Terlihat Lucas memberikan kotak ponsel baru pada Daniel. Bella hanya melihat dan lebih memilih langsung duduk.
"Sudah saya lengkapi bersama kartunya Tuan." Bella menoleh cepat, mendengar panggilan dari Lucas untuk Daniel.
Tuan? Berarti Kakak itu bukan teman...
"Penghuni pertama." Daniel menyodorkan ponselnya pada Bella.
"Aku? Maksudnya Om?"
"Tulis nomermu, agar aku bisa menyimpannya." Jawab Daniel dengan suara lembut.
"Untuk apa?" Bella selalu melontarkan pertanyaan tersebut ketika ada seseorang meminta kontak miliknya.
"Untuk Kakak mu ini." Bella menelan salivanya kasar, melihat wajah menawan Daniel yang kembali membutakan matanya.
"Kakak atau Om hehe." Jawab Bella tersenyum kikuk. Lucas hanya tersenyum seraya sesekali menatap layar ponselnya.
"Aku terserah saja. Pilih salah satu, panggil Om atau Kakak." Tawar Daniel masih tidak menarik tangannya.
"Tuan Daniel belum menikah Nona jadi menurutku, panggil Kak saja." Bella kembali menarik nafas panjang, merasakan keadaan sekitar yang terlihat asing. Daniel, Lucas, dua lelaki dewasa tengah duduk di hadapan bahkan memandang ke arahnya.
"Panggil Kak saja."
"Oke. Berikan jika begitu. Bukankah seharusnya seorang Kakak harus memiliki kontak adiknya?" Rajuk Daniel masih belum menarik tangannya.
"Baiklah.." Dengan gerakan ragu, Bella meraih ponsel Daniel." Aku jarang membawa ponsel Kak." Daniel mengangguk-angguk seraya menikmati wajah Bella yang menurut pandangannya begitu cantik." Sudah." Bella mengembalikan ponselnya. Dengan sengaja Daniel menyentuh sedikit kulit tangan Bella meskipun Bella tidak menyadarinya.
Kenapa hatiku bergetar... Batin Daniel berkecamuk setelah melakukan sentuhan itu. Apa aku punya kelainan hingga menyukai gadis kecil seperti Bella? Daniel mulai mengetik nama Bella dengan emot love. Apa ini? Astaga.. Fikiranku benar-benar tidak waras!! Daniel menghapus emot dan menyimpan kontak Bella dengan nama saja.
"Bagaimana gudangnya?" Tanya Daniel meletakkan ponselnya pada meja makan.
"Beres Tuan. Besok aku akan menyuruh seseorang untuk membersihkan gudang itu agar mesin bisa segera di datangkan."
"Semoga semuanya lancar." Gumam Daniel pelan.
"Ayah yakin akan lancar." Daniel tersenyum dan kembali melihat Bella yang tengah terdiam.
"Bagaimana dengan kamu Bella? Apa kamu yakin?" Pak Salim ikut tersenyum sebab tidak seperti biasanya Daniel sejahil itu.
"Yakin? Yakin apa?" Daniel tertawa sementara Lucas menahan tawanya dan hanya bisa tersenyum. Ahhh rasanya sejenis dengan Kak Bas.. Begitu bilangnya mau membelaku?
"Yakin jika kamu tidak merasa lapar?" Imbuh Daniel tersenyum manis.
"Lapar tapi .. Aku ingin makan Ayam.. Kak Bas lama sekali." Eluh Bella.
"Aku akan menyuruh Lucas memesankan sesuatu untukmu."
"Tidak Kak. Aku menunggu Kak Bas saja." Tolak Bella cepat.
"Daripada lapar.."
"Tidak apa-apa, demi ayam." Jawab Bella tersenyum.
"Ayam?"
"Hm.. Ayam krispi kesukaanku." Perut Bella langsung meronta hanya dengan menyebut namanya saja.
Tok...Tok...Tok...
Senyum Bella mengembang mendengar itu, dia benar-benar tidak sabar hingga langsung berdiri lalu berjalan ke depan untuk membuka pintu.
"Lama sekali." Protes Bella meraih kotak makan dari tangan Bastian.
"Tidak sampai satu jam."
"Tetap saja. Aku lapar." Bella berjalan melewati Bastian namun tangan Bastian kembali menariknya mundur.
"Mau kemana?"
"Pulang. Aku mau makan."
"Dasar tidak sopan. Kita berpamitan dulu." Bastian menarik paksa Bella untuk kembali masuk.
"Ahh menyusahkan." Umpat Bella mengerucutkan bibirnya.
"Di mana mereka?" Tanya Bastian merangkul pundak Bella erat.
"Di belakang."
"Ternyata sudah datang." Sambut Pak Salim.
"Maaf Pak. Sedikit lancang, dia selalu seperti itu." Bella menarik nafas panjang dan terbiasa mendengar celotehan dari Bastian yang tentu saja tengah menjelek-jelekkannya.
"Dia sangat sopan dan manis." Jawab Daniel membuat Bella merasa di bela.
"Sayang sekali, mereka tidak percaya tuduhan mu karena aku memang gadis yang baik dan sopan." Tutur Bella menimpali.
"Syukurlah jika kau tidak berulah."
"Aku lapar Kak, cepat pamit dan pulang." Bastian menarik nafas panjang mendengar itu.
"Begitu kau sebut sopan?" Protesnya menatap Bella.
"Oke aku akan berpamitan." Bella melepaskan diri dari rangkulan Bastian dan berjalan ke arah Pak Salim. Dia menjabat tangan Pak Salim, Daniel dan Lucas seraya mencium punggung tangannya." Aku pamit pulang Pak, Kak." Imbuh Bella tersenyum kesal." Sudah kan? Aku pulang." Bella berjalan melewati Bastian lalu melangkah keluar.
"Saya sangat senang menggodanya. Bagaimana keadaan anda Pak." Bastian melangkah maju menghampiri Daniel.
"Sudah lebih baik. Kenalkan, ini Lucas." Lucas berdiri dan mengulurkan tangannya lalu di sambut hangat Bastian.
"Bastian."
"Dia direktur pemasaran di PT Dans grup."
"Senang bertemu denganmu Tuan Bastian." Sapa Lucas sopan lalu kembali duduk.
"Aku sudah membeli sebuah gudang bekas di dekat sini." Ujar Daniel bercerita pada Bastian.
"Lalu kapan akan beroperasi Pak? Sejujurnya saya sudah malas bekerja di sana."
"Besok baru di renovasi, em aku harap kamu berfikir dulu jika ingin bergabung. Sebab aku tidak dapat memberikan upah banyak seperti yang kamu dapatkan sekarang." Daniel sangat tidak masalah jika Bastian mundur untuk bergabung asal keberadaannya di rahasiakan, itu sudah termasuk sebuah bantuan untuknya.
"Saya tetap akan keluar dari perkerjaan saya ketika Pak Daniel sudah siap saya bantu." Jawab Bastian dengan wajah penuh keyakinan.
Daniel tersenyum, dia bersyukur di pertemukan oleh Bastian yang akan sangat membantu pembangunan perusahaannya. Dia tahu bagaimana kemampuan Bastian, meski Daniel hanya beberapa kali bertatap muka. Marko kerapkali membicarakan Bastian yang mampu memegang kendali pemasaran dengan sangat baik. Dan sekarang Bastian menawarkan bantuan yang memang Daniel butuhkan.
************
Di sebuah Cafe, Kenan duduk menunggu kedatangan Fransiska. Setelah kesakitan yang di dapatkan dari Bella tadi siang, membuatnya ingin membalas itu semua dengan cara berkerja sama dengan Fransisca yang merupakan siswi populer di sekolah itu.
Tujuan Kenan mendekati Fransisca karena, dia ingin memanfaatkan kepopuleran Fransiska agar para fansnya melakukan pembullyan pada Bella.
Sia-sia aku menunggunya selama ini. Aku membuang waktuku untuk orang yang tidak tepat. Kamu harus membayar itu dengan kesakitan Bella. Lihat saja, apa yang bisa ku perbuat untuk wanita matre sepertimu..
Kenan tahu jika Bella tidak seberapa populer karena kecantikannya yang cenderung biasa saja. Apalagi Bella termasuk golongan dari keluarga menengah kebawah, sehingga membuat dia tidak banyak akrab pada siswa yang sebagian besar dari keluarga kaya.
Padahal yang terjadi sebenarnya adalah, Bastian sengaja menyuruh Bella hidup sesederhana mungkin. Bastian ingin adiknya tidak manja dan mengandalkan kekayaan orang tua untuk mendongkrak kepopuleran.
Lama sekali... Eluh Kenan mulai bosan.
"Maaf jalanan macet." Sapa Fransisca. Kenan menoleh dan menarik nafas panjang melihat dandanan Fransisca yang terlihat berlebihan.
Make up tebal dengan bajunya yang di pakai, membuat Fransisca terlihat lebih tua daripada umurnya.
"Hm tidak apa. Silahkan duduk." Jawab Kenan mempersilahkan.
Fransisca duduk seraya menatap lekat ke arah Kenan yang terlihat dewasa dengan baju santainya. Kenan lebih mirip menjadi seorang lelaki ketimbang anak laki-laki.
"Kau tahu nomerku dari mana?" Tanya Fransisca begitu bersemangat.
"Tidak penting. Aku menyukaimu, mari kita berpacaran." Ucap Kenan tanpa basa-basi. Sikapnya yang selalu bertindak serba cepat di dapatkan dari kebiasaannya mengelola usahanya.
Mata Fransisca berbinar-binar, menatap Kenan tidak percaya. Sejak pertemuan dengan Kenan tadi siang, membuatnya menginginkan Kenan dan sekarang, Kenan berkata itu hingga membuat perasannya begitu senang.
"Oke kita jadian." Fransisca menggeser tempat duduknya, lalu meraih lengan Kenan dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.
Sial!! Menjijikkan sekali... Umpat Kenan dalam hati meski senyuman palsu harus di perlihatkan, agar Fransisca tidak merasa curiga jika tujuannya memacarinya hanya untuk memanfaatkan kepopulerannya.
************
Setibanya di rumah, Bastian melihat Bella duduk bersandar dengan tangan masih kotor. Kotak ayam krispi sudah terlihat kosong dan itu berarti Bella sudah memakan semuanya.
"Dasar jorok! Cuci tangan dulu." Protes Bastian duduk di samping Bella.
"Please Kak, beli di mana sih. Enak sekali..." Tanya Bella merasa puas merasakan ayam krispi kesukaannya.
"Jika ku beritahu, aku tidak akan bisa mengancam mu." Bella melirik malas ke arah Bastian lalu berdiri. Dia membereskan kotak dan membawanya kebelakang untuk membuangnya." Aku mau bicara sebentar." Imbuh Bastian mencegah Bella yang akan menaiki tangga.
"Apalagi? Aku ingin istirahat." Meskipun mengeluh, Bella tetap berjalan menghampiri Bastian dan kembali duduk. Dia tahu, jika sudah tidak memiliki orang tua dan hanya Bastian satu-satunya keluarga yang tersisa. Jadi, meskipun Bella membenci sikap Bastian, dia tetap harus menuruti apa katanya.
"Bagaimana kesan pertama dengan Om Daniel." Bella melongok mendengar pertanyaan aneh dari Bastian.
"Kesan apa? Aneh sekali pertanyaannya Kak." Protes Bella.
"Tinggal jawab saja."
"Kesan pertama pasti baiklah. Tidak tahu jika terlalu lama mungkin sudah berubah menjadi sepertimu." Bastian terkekeh sementara Bella mendengus kesal. Tentu saja Bastian akan menertawakannya seperti yang sudah terjadi sebelumnya.
"Aku pastikan tidak akan berubah sepertiku."
"Mana ku tahu Kak. Kau juga dulu baik dan setelah Mama pergi, sifat Tuan muda mu keluar." Bastian tersenyum, dia sengaja berubah seperti sekarang." Dan yang membuatku aneh, kenapa kau suruh aku menjaga Kak Daniel besok? Katanya aku tidak boleh berdekatan dengan lelaki manapun?" Bella berharap, Bastian tidak jadi menyuruhnya untuk tugas besok.
"Kecuali Daniel." Jawab Bastian cepat. Setelah pemeriksaan yang di lakukan tadi, membuatnya semakin di liputi ketakutan. Bella tidak mengerti jika penyakit yang sudah merenggut nyawa Ibunya kini bersarang pada tubuh Bastian. Dan hal itu, semakin membuat Bastian ingin mendidik Bella menjadi sekuat mungkin, agar jika suatu saat dia pergi, Bella sudah terbiasa menghadapi kehidupan yang keras.
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
lanjut...
2022-01-13
0
Yanti Nadin
kenapa ya orang baik di kasih penyakit dan umur yang pendek...
2022-01-11
0
Alsya Frizal
apas bastian sakit
2022-01-10
0