"Mana Kak Daniel?" Tanya Erin saat melihat Bella menuruni tangga sendirian.
"Kalian ke sini untuk menemuinya?" Bella duduk lemah seraya menarik nafas panjang. Aku sudah menikah sekarang.. Ahh rasanya sangat aneh..
"Tidak hehe. Kamu sudah baik-baik saja Bell?"
"Hm.." Pernikahan ini membuatku melupakan Kak Bastian yang sudah pergi dari dunia ini..
"Lalu kemarin kenapa? Ku fikir kamu tertekan jadi kami ke sini pagi-pagi."
Aku memang tertekan dengan pernikahan gila ini..
Erin menunggu jawaban dari Bella yang sejak tadi diam. Dia mengulurkan tangan lalu menepuk pundak Bella lembut.
"Aku baik-baik saja." Jawab Bella cepat.
"Syukurlah.. Sejak kapan kamu akrab dengan Kak Daniel? Kamu bahkan menyentuh lengannya. Aku ingin tahu bagaimana rasanya hehe." Bella menoleh cepat dengan sorot mata tajam
"Rasa apa maksudmu Rin? Jangan berfikir macam-macam! Aku hanya membantunya sebagai tetangga saja." Erin dan Sari yang tengah menatap Bella, menandakan jika keduanya tidak bisa menerima jawaban tersebut.
"Kami tahu kamu seperti apa Bell. Ayolah, jangan merasa malu jika memang kamu menyukai Kak Daniel." Jawab Erin berbisik. Wajah Bella berubah merah, kedua tangan Sari terulur dan menepuk-nepuk lembut pipi Bella.
"Langsung merah haha, ini pertanda baik.."
"Singkirkan!" Bella menampis kasar tangan Sari yang tertawa renyah bersama Erin.
"Permisi ..." Suara seseorang berjas hitam, membuat suasana langsung hening. Daniel mendengar itu, dia beranjak dari tempat tidur dan memperhatikan dari atas.
"Saya tidak menerima tamu Pak." Tolak Bella tidak ingin rumahnya di datangi banyak orang seperti kemarin.
"Saya dari asuransi Nona." Bella tidak bergeming dan hanya menatapnya." Boleh saya masuk." Imbuhnya bertanya.
"Hmmm silahkan." Jawab Bella ketus.
Lelaki itu tersenyum, lalu berjalan masuk dan duduk tepat di samping Bella.
"Maaf Nona, mungkin menganggu sedikit waktunya. Saya ke sini hanya untuk memastikan jika saudara Bastian benar-benar meninggal." Ucapan itu sontak membuat emosi Bella meletup-letup.
"Maksudnya bagaimana Pak? Kau fikir kematian Kakakku main-main!!"
"Bukan seperti itu juga Nona. Saya hanya memastikan saja agar uang asuransinya bisa cair."
"Apa bedanya! Bukankah itu sama saja dengan tidak percaya?!" Daniel menarik nafas panjang seraya tersenyum. Dia menuruni tangga untuk menjadi penengah agar Bella tidak lagi salah faham.
"Saya percaya Nona, ini hanya untuk syarat saja."
"Syarat apa? Pergi! Dan bawa surat-surat tidak berguna ini." Saat tangan Bella akan menyingkirkan berkas di atas meja. Tangan Daniel meraih jemarinya lalu menggenggamnya. Erin dan Sari melongok melihat itu, sementara Bella tidak bisa berkata-kata karena jantungnya berpacu hebat. Apalagi, kini Daniel duduk menempel tepat di sampingnya, hingga membuat lelaki dari asuransi merasa tidak enak dan beralih duduk di samping Erin.
"Maaf. Adik saya sedikit tidak memahaminya." Sahut Daniel lembut.
"Tidak apa Tuan. Saya ingin melihat surat kematian dari rumah sakit untuk kami buat laporan." Daniel memiringkan tubuhnya menghadap Bella yang masih tidak berkata satu katapun.
"Surat-surat dari rumah sakit, kamu letakkan di mana? Biar ku ambil."
"Aku saja." Bella berdiri dan secara otomatis tangannya terlepas dari genggaman Daniel. Dia bahkan tidak melihat ke arah Daniel dan langsung berjalan melewati kakinya.
Ahh jantungku.. Dia bilang kakinya sakit tapi bisa berkeliaran seperti itu!! Bella masuk ke kamar Bastian dan mengambil surat dari rumah sakit yang di letakkan dalam lemari. Bella tidak langsung berjalan keluar, dia berkaca dahulu seraya menenangkan perasaannya agar tidak terlihat bodoh. Aku akan memprotesnya nanti untuk tidak menyentuhku seperti tadi... Bella berjalan keluar kamar dan menuruni tangga lalu meletakan berkas di atas meja.
"Duduk sini." Daniel menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.
"Aku berdiri saja." Daniel menggeser tubuhnya, lalu menarik pergelangan tangan Bella lembut agar dia kembali duduk, sehingga menambah kecurigaan pada Erin dan Sari.
Daniel mengeluarkan isi berkas dan mengambil surat kematian lalu di berikan pada pihak asuransi. Daniel sering menoleh dan melemparkan senyuman pada Bella yang berusaha tidak perduli. Apalagi kedua temannya kini memperhatikan gerak-gerik mereka, sehingga hal itu membuat pergerakan tubuh Bella terlihat kaku.
Kak Daniel!!! Aku tahu dia akan seperti sekarang!! Erin dan Sari akan curiga dan pernikahanku terbongkar!!
"Baik. Terimakasih atas kerja samanya. Dananya akan cair satu minggu lagi. Saya permisi.." Lelaki asuransi mengulurkan tangannya ke arah Bella, namun Daniel menyambutnya dengan cepat.
"Sama-sama. Silahkan.." Setelah lelaki asuransi pergi. Bella memiringkan tubuhnya menatap Daniel tajam, tapi pesona Daniel membutakan matanya hingga membuat Bella malah membuang muka.
"Katanya mau istirahat? Kenapa keluar?" Protes Bella duduk tegak.
"Aku tidak berkata ingin istirahat tapi kamu yang menyuruhku beristirahat." Bella melirik ke arah kedua temannya.
"Jangan di dengarkan." Sahut Bella.
"Kalian akrab sekali." Tutur Sari bergumam.
"Hmm mencurigakan.." Daniel tersenyum mendengar itu sementara Bella mengerutkan keningnya.
"Itu karena Kak Daniel tetanggaku." Jawab Bella lemah. Baru beberapa jam sejak pernikahannya. Tapi dia sudah mengatakan kebohongan berulang kali. Aku akan sering berbohong setelah ini, apalagi Erin dan Sari sering datang ke rumah..
"Kita berteman sejak bayi Bell..."
"Stop!! Hentikan omong kosong itu." Celetuk Bella memotong pembicaraan. Dia berdiri lalu menghampiri kedua temannya dan memegang pergelangan tangannya." Kalian pulang! Aku mendadak pusing." Erin dan Sari terpaksa berdiri daripada Bella menariknya.
"Aku akan beristirahat. Kalian lanjutkan saja." Sahut Daniel merasa tidak enak pada Erin dan Sari.
"Tidak Kak! Sudah terlambat."
"Daripada kamu mengusir temanmu."
"Aku benar-benar pusing." Eluh Bella merasa binggung harus mengambil sikap.
"Ya sudah kita pulang. Besok kamu sekolah?" Tanya Erin dengan senyum kikuk.
"Iya sekolah. Kenapa aku harus tidak sekolah!!" Sari dan Erin saling melihat dengan wajah binggung. Sikap Bella malah menunjukkan jika Bella sedang menyembunyikan sesuatu.
"Iya juga. Nanti peringkatnya turun. Aku pulang ya." Sari memeluk Bella sejenak kemudian bergantian dengan Erin.
"Sampai jumpa besok." Bella melambai ke arah kedua temannya lalu menutup pintunya cepat. Tarikan nafas panjang berhembus namun berubah menegang ketika Bella membalikkan badannya. Menyadari jika kini dia berada di rumah, berdua hanya bersama Daniel.
Seharusnya aku tidak mengusir mereka dan meninggalkan aku dengannya. Jika kemarin mungkin tidak masalah tapi sekarang.. Bella tertunduk lemah karena tidak mampu melihat pemandangan indah di hadapannya. Baginya, Daniel sangat sempurna dan masuk kriteria lelaki idaman. Tapi, untuk sekarang? Bella ingin bersekolah dulu apalagi dia masuk nominal siswa berprestasi. Dia suamiku...
"Kenapa tadi kamu keluar Kak?" Protes Bella berusaha menutupi rasa canggungnya.
"Aku mendengar saat petugas asuransi itu mengatakan permisi. Kemana kamu letakkan sepatuku sayang." Bella mengambil sebuah sandal milik Bastian yang ada di rak sepatu lalu meletakkannya di samping kaki Daniel.
"Itu punya Kak Bas. Bajunya juga ada di kamar jika memang kamu mau memakainya."
"Kamar mana?"
"Kamar yang kamu tempati tadi." Daniel tersenyum dan akhirnya Bella mengatakannya sendiri jika itu bukanlah kamarnya." Aku belum membeli tambahan ranjang." Imbuh Bella pelan.
"Hm tidak masalah. Aku akan tidur di kamar Bastian dan kamu di kamarmu sendiri."
"Serius tidak apa-apa Kak?"
"Hm.. Iya. Kita seadanya dulu sebab aku tidak memiliki banyak dana untuk hidup kita kedepannya. Maaf." Bella membaca mimik wajah putus asa yang di tunjukkan Daniel." Jika hanya makan dan biaya sekolahmu, aku bisa mengatasinya. Aku masih memiliki tabungan untuk itu." Imbuh Daniel yang sebenarnya merasa sungkan mengatakan keterbatasannya.
"Sebentar.." Bella menaiki tangga dan kembali dengan membawa kotak peninggalan Bastian untuknya.
"Apa ini?" Bella membuka kotak itu lalu memperlihatkannya pada Daniel.
"Aku selalu berprasangka buruk pada Kak Bas. Tapi nyatanya, dia memikirkan masa depanku.." Daniel melihat isi dari kotak tersebut." Kak Daniel fokus saja dengan perusahaan sebab Kak Bas sudah memberikan ini untuk kita." Daniel terdiam seraya membaca satu persatu tulisan yang berada di amplop.
"Tidak Bella. Simpan saja semuanya. Meskipun aku tidak memiliki apa-apa, tapi uang tabunganku cukup untuk kita hidup kita sementara." Bukan merasa tidak enak. Tapi Daniel benar-benar ingin bertanggung jawab penuh atas hidup Bella, sesulit apapun keadaannya." Ini hakmu." Daniel kembali menutup kotak tersebut lalu menggesernya ke arah Bella.
"Aku terlalu bodoh untuk menyimpan itu Kak. Em itu... Aku takut menghilangkannya lagi.." Jawab Bella menggeser kembali kotak tersebut." Aku belum mengatakannya pada Kak Bastian tentang kebodohan ku itu. Jadi, simpan saja uang itu Kak. Beri aku uang jajan seperlunya." Daniel melihat sebuah penyesalan yang tergambar pada wajah Bella sekarang.
"Kebodohan apa?"
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
nah, keceplosan...😂
2022-01-13
0
💮Aroe🌸
ja'im banget, pake ngaca😂
2022-01-13
0
Alsya Frizal
mana visualnya
2022-01-11
0