Di sekolah, tepatnya saat istirahat. Bella menikmati sarapannya di kantin bersama Erin dan Sari. Dia tengah membicarakan soal Stefan yang berniat bertemu dengannya. Hal itu tentu membuat kedua temannya mendukung meski di dalam hati Erin masih terbesit keraguan.
"Jika kau suka, ya sudah aku mendukungmu meski memang terasa aneh." Jawab Erin seraya makan.
"Ini belum tentu suka. Bisa saja dia hanya ingin berteman." Jawab Bella meragukan jika Stefan menyukainya.
"Tidak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Itu mustahil." Jawab Erin tegas.
"Kalian berdua semakin membuatku berkhayal yang tidak-tidak." Rasa senang dan penasaran bercampur aduk di benak Bella Dia ingin tahu apa yang akan Stefan bicarakan padanya.
"Bertemu saja, biar semuanya jelas."
"Mustahil, Kak Bas tidak akan mengizinkan aku keluar sendiri."
"Bisa. Jika dengan bantuan kita." Senyum Bella langsung merekah mendengar itu.
"Jadi kapan kalian akan membantuku?" Tanya Bella bersemangat.
"Nanti malam. Aku juga ingin melihat Om Daniel yang katamu sangat tampan itu." Bella sudah menceritakan kejadian kemarin sehingga kini kedua temannya merasa penasaran dengan sosok Daniel.
"Jika tidak masuk ke dalam rumah, tidak akan bisa bertemu. Dia masih belum bisa berjalan."
"Beruntung sekali kamu Bell. Punya Kakak tampan, tetangga tampan dan sebentar lagi, pacar yang tampan." Bella terkekeh begitupun Sari dan Erin.
"Wahh seru sekali." Tiba-tiba saja Kenan muncul dan duduk dengan santainya di samping Bella.
Sari dan Erin saling melihat sementara Bella tidak menganggap Kenan ada di sana.
"Aku duluan ya." Bella meletakkan sendok dan garpu lalu berdiri namun Kenan mencegahnya.
"Kamu tidak menyapaku?" Ucap Kenan masih memperlihatkan senyuman.
Taaaak!!!
Bella menampis kasar tangan Kenan dan pergi tanpa berkata satu katapun.
"Bukankah temanmu keterlaluan?" Kata Kenan masih memperhatikan Bella yang sudah berjalan menuju kelas.
"Dia tidak menyukaimu. Itu sudah jelas." Jawab Erin pelan. Dia memperhatikan wajah tampan Kenan dan merasa jika ada yang salah dengan Bella yang merasa jijik melihat Kenan.
"Tapi aku menyukainya hehe. Aku yakin jika suatu saat Bella akan melihat ke arahku." Kenan tersenyum simpul kemudian pergi dari hadapan Erin dan Sari.
"Bukankah Kenan lebih tampan dari Stefan Sar." Gumam Erin seraya makan.
"Hm iya. Tapi Bella menyukai Stefan."
"Itu malah mencurigakan." Erin masih saja menaruh curiga pada Stefan, meski Bella tadi sudah bercerita tentang ajakan Stefan untuk bertemu.
"Dia terlihat serius pada Bella. Kamu dengar kan, jika Stefan mengajaknya bertemu."
"Aku dukung apapun keputusan Bella, asal dia bahagia."
"Hmm aku juga."
Erin dan Sari tahu, jika Bella berhati batu. Apapun yang sudah menjadi keputusannya, tidak dapat di ganggu gugat. Apa yang menurutnya benar, maka akan di anggap benar meski terkadang pilihannya salah.
**********
Setelah pertemuannya dengan Daniel kemarin, Bastian menjadi tidak bersemangat untuk berkerja. Apalagi perkerjaannya selalu berhubungan dengan Marko membuatnya ingin segera risen dari perkerjaannya sekarang.
Aku harus bertahan hingga Pak Daniel menyuruhku keluar dari perusahaan penghianat ini!! Umpatnya dalam hati, menatap ke arah Marko yang tengah memeriksa laporan.
"Bagus sekali. Saya suka cara kerjamu, berkat bantuanmu, hasil penjualan semakin berkembang pesat." Ucap Marko memuji cara kerja Bastian yang begitu bagus.
"Terimakasih Pak. Saya akan berkerja semaksimal mungkin." Jawab Bastian berpura-pura, padahal di dalam hatinya begitu geram melihat wajah Marko.
"Saya sudah transfer, bonus buat kamu. Itu sebagai apresiasi agar kamu semakin baik dalam berkerja."
"Sekali lagi terimakasih Pak. Em saya tidak pernah melihat Pak Daniel? Di mana beliau?" Tanya Bastian basa-basi. Dia ingin tahu bagaimana Marko menjawab pertanyaan tersebut.
"Beliau ke luar kota dan menyerahkan semua kendali perusahaan pada saya."
"Em begitu Pak. Maaf saya hanya ingin tahu, saya merasa bangga bisa berkerja di perusahaan yang di kelola Pak Daniel. Beliau begitu baik bahkan selalu menghargai pegawainya meskipun itu seorang cleaning servis. Saya pernah memergokinya menolong Ibu-ibu menyebrang jalan padahal saat itu beliau tergesa-gesa untuk rapat. Astaga... Dia seperti malaikat, tampan, sukses dan baik." Marko mengerutkan keningnya mendengar cerita tidak penting dari Bastian. Namun, dia mencoba tersenyum dan menanggapi cerita tersebut karena dia cukup menghormati Bastian.
"Jika ingin tahu kabar tentang beliau, kamu boleh bertanya pada saya." Di selah obrolan mereka, Fanny masuk menerobos begitu saja. Terdengar ******* lembut pada bibir Marko, itu sangat tidak sopan menurutnya.
Apa ini kekasih Pak Daniel yang di rebut oleh Marko?
"Ketuk dulu sayang." Tutur Marko menyambut kedatangan Fanny dengan ciuman pipi.
"Maaf. Ku fikir tidak ada orang."
"Em jika begitu saya permisi Pak." Bastian merasa sungkan dan memilih pergi. Dia mengulurkan tangannya dan di sambut hangat oleh Marko." Permisi." Bastian mengangguk sejenak kemudian berjalan keluar ruangan.
"Aku senang sekali, kamu memperbolehkan aku ke sini." Fanny menempelkan bokongnya di pangkuan Marko.
"Ini perusahaanmu juga."
"Biasanya Daniel tidak pernah memperbolehkan aku datang." Jawab Fanny merasa geram mengingat itu.
"Aku bukan Daniel." Marko mengusap lembut pipi Fanny sehingga Fanny menunduk dan keduanya saling *******." Bagaimana jika ada yang masuk sayang.." Tutur Marko di selah ******n mereka.
"Aku ingin sekarang. Aku merindukanmu." Fanny melebarkan kedua pahanya dan duduk di atas milik Marko yang sudah menegang.
Tidak seharusnya mereka melakukannya, sebab status keduanya masih sebatas pacar. Namun, sudah sejak lama mereka menerapkan gaya berpacaran bebas sehingga, Fanny di buat tunduk dengan sentuhan Marko yang melenakan.
Ini juga menjadi salah satu alasan kenapa Fanny merasa bosan dengan Daniel. Bukan hanya cuek, tapi gaya pacaran Daniel begitu kaku menurut pandangan Fanny. Padahal apa yang di terapkan Dani bukan kaku, dia hanya melakukan gaya berpacaran dengan batasan-batasan yang memang seharusnya ada.
**********
Pukul setengah satu, bell sekolah berbunyi. Bella bergegas keluar kelas berjalan menghampiri Sari dan Erin yang kelasnya cukup dekat dengan gerbang sekolah.
Baru saja sampai, Bella sudah di suguhkan dengan perdebatan antara Samuel dan Fransisca. Dia ingin tidak perduli dan memberi isyarat pada kedua temannya namun suara Fransisca menghentikan langkahnya.
"Bella!!" Teriak Fransisca kasar. Dia berjalan menghampiri Bella dan berdiri tepat di hadapan. "Kau bilang apa pada Samuel?!!" Tanyanya kasar. Samuel menyusul dan berusaha menjadi penengah.
"Sudah ku katakan ini bukan salahnya. Aku hanya berkata padamu jangan terlalu posesif." Sahut Samuel merasa binggung harus bagaimana menjelaskan maksudnya pada Fransisca.
"Jika bukan karena laporannya, tidak mungkin kau berkata itu padaku." Fransisca menunjuk wajah Bella dengan kasar.
Takkk!!!
Bella menampis kasar tangan Fransisca karena tentu saja dia merasa tersinggung.
"Aku memang melapor pada pacarmu agar kau tidak menganggu temanku! Jangan menunjukku seperti itu!!" Jawab Bella kesal.
"Alasan!! Aku tahu kau menyukai Samuel Kan?" Bella terkekeh mendengar itu sementara Samuel menarik nafas panjang. Dia merasa menyesal sudah menjadikan Fransisca pelampiasan kekecewaannya pada penolakan Bella, hingga membuatnya terjebak di situasi memalukan seperti ini.
"Dia bukan tipeku. Kita pergi." Bella ingin segera pergi namun lagi lagi Fransisca membuat emosinya kembali tersulut dengan menarik kasar lengannya. Tubuh Bella memutar dan mendorong kasar tubuh Fransisca hingga terduduk di lantai." Kau cantik tapi tuli! Jangan menggangguku." Pandangan Bella beralih pada Samuel yang terlihat tidak tegas." Bukankah seharusnya kau urusi mulut pacarmu itu! Aku tidak mau kau melibatkan aku dalam pertengkaran ini." Tarikan nafas panjang kembali berhembus, tidak dapat di pungkiri jika Samuel juga merasa muak berpacaran dengan Fransisca, padahal mereka baru satu Minggu berjalan. Sifat posesif Fransisca begitu memuakkan baginya.
"Kita putus!!!" Ucap Samuel tegas. Tatapan matanya tajam ke arah Fransisca, dia bergegas mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan kelas.
"Sam!! Samuel!!!" Teriak Fransisca tidak terima, apalagi Samuel memutuskannya di depan beberapa siswa yang ada di sana. Fransisca segera berdiri berjalan keluar untuk merajuk Samuel.
Bukannya Bella pergi, dia malah terkekeh melihat kejadian konyol di hadapannya.
"Jaga tertawa mu." Protes Elena kasar.
"Lalu aku harus ikut bersedih haha, konyol."
"Ini semua gara-gara kau!!" Teriak Fransisca kesal. Dia kehilangan jejak Samuel dan memutuskan kembali untuk mengumpat Bella.
"Kenapa aku? Itu kesalahanmu sendiri." Jawab Bella tidak kalah ketus. Sejak awal bersekolah di sana, Bella memang tidak menyukai Fransisca dan Elena yang bersikap sok cantik dan sok berkuasa.
"Kita pulang Bell." Sahut Erin tidak ingin keributan semakin ricuh.
"Hm. Yuk."
"Enak saja pergi!!" Cegah Fransisca menghalangi jalan Bella dengan menutup pintu kelas.
"Minggir, aku ada urusan dan ingin pulang!!"
"Kau jangan sok ya di sini!" Fransisca kembali menunjuk wajah Bella seraya mendorong pundak kanannya.
Braaaakkkkk!!!!
Tiba-tiba pintu di buka oleh Kenan sehingga tubuh Fransisca terdorong oleh pintu sampai terpojok di tembok.
"Aku menemukanmu Bella." Ucap Kenan tanpa rasa bersalah.
Bella terkekeh begitupun Sari dan Erin. Bahkan Elena juga ikut tersenyum meski harus di tahan karena tidak ingin Fransisca melihatnya.
"Karma langsung terjadi haha." Bella menggiring Erin dan Sari keluar kelas tanpa memperdulikan Kenan.
"Di tinggal lagi." Kenan akan pergi tapi Fransisca menarik lengannya kasar.
"Sakit sialan!!" Umpatnya menyeringai. Tubuhnya terasa kaku setelah membentur tembok dan terhimpit pintu.
"Mana ku tahu jika ada kamu di sana." Jawab Kenan santai. Dia tersenyum manis ke arah Fransisca hingga matanya seakan silau karena paras tampan Kenan.
Untung saja tampan.. Dia lebih tampan dari Samuel, kenapa aku baru menyadarinya...
"Tanggung jawab. Antar aku pulang. Tubuhku sakit." Elena menarik nafas panjang dan lebih memilih pergi daripada melihat sikap Fransisca yang selalu terlihat murahan.
"Ku pesankan taksi." Fransisca memegang pergelangan tangan Kenan untuk menghalanginya mengambil ponsel.
"Aku mau kamu yang mengantarkan."
"Aku tidak mau." Jawab Kenan tegas. Matanya melihat ke arah Bella yang sudah terlihat jauh." Ahh membuang waktu!!" Kenan melepaskan tangan Fransisca dan pergi untuk mengejar Bella. Dia berniat mengajaknya pulang bersama.
Biar saja Samuel memutuskan aku. Akan ku balas perbuatan Samuel saat dia melihatku bersama Kenan...
***********
"Bella tunggu... " Panggil Kenan mengikuti langkah Bella bersama Lisa dan Erin.
"Cepat..." Pinta Bella mempercepat langkahnya namun Kenan susah lebih dulu menghadang langkahnya." Apa?" Tanya Bella ketus.
"Ku antarkan pulang." Tawarnya tersenyum.
"Aku pulang bersama mereka." Menunjuk Erin dan Sari.
"Ayolah. Satu kali saja."
"Tidak. Maaf." Jawab Bella tegas.
Tiiiiiiinnnnnnn...!!!
Sesaat, Bella, Sari dan Erin menghentikan langkahnya, melihat mobil Stefan terparkir di depan pagar sekolahannya.
"Bukannya itu..." Gumam Sari menoleh ke arah Bella.
"Siapa itu?" Sahut Kenan juga melihat ke arah mobil mewah sewaan Stefan.
"Pacarku. Jadi mulai hari ini, jangan menganggu ku." Jawab Bella asal. Dia kembali berjalan di ikuti oleh Sari dan Erin, sementara Kenan, berdiri mematung menatap lekat ke Bella yang sudah lama menjadi favoritnya.
Ku fikir kamu berbeda Bella? Ternyata kamu tidak ada bedanya dengan gadis di luaran yang hanya memandang sesuatu dari segi harta..
Kenan memutar tubuhnya untuk berjalan kembali ke parkiran sekolah. Langkahnya lemah, melihat kenyataan di hadapannya yang terasa sangat menyakitkan.
Sejak awal pertemuan, Kenan menaruh hati pada Bella. Apalagi setelah dia memergoki Bella menolak mentah-mentah cinta Samuel yang terkenal kaya. Membuatnya berfikir jika Bella adalah gadis idamannya.
Bukan tanpa alasan Kenan berbuat itu. Perceraian antara kedua orang tuanya yang di karenakan harta. Membuatnya lebih memilih menyamar menjadi orang sederhana seperti sekarang. Padahal sebenarnya, Kenan merupakan pengusaha termuda yang mulai merangkak naik meski kenyataannya dia masih duduk di bangku SMA.
Ternyata Papa benar!! Tidak ada wanita tulus!! Mereka hanya memikirkan materi dan materi!!
Kenan menaiki motornya, lalu memakai helm dan segera pergi dari area parkiran melewati pintu gerbang belakang. Hatinya sangat sakit, hingga dia tidak ingin melihat Bella yang kini memang sedang mengobrol dengan Stefan.
"Darimana Kakak tahu sekolahku?" Tanya Bella saat sudah berada di dalam mobil bersama Sari dan Erin.
"Itu masalah gampang. Em lalu kapan kamu punya waktu jalan berdua?" Stefan seolah memperlihatkan ketidaksabarannya mendekati Bella. Namun nyatanya, Stefan tidak sabar untuk mendapatkan uang Bella yang ada di ATM.
"Aku tidak pernah punya waktu Kak. Sudah ku katakan jika Kakakku galak. Jika tidak pergi dengan mereka, aku tidak akan bisa keluar." Jawab Bella pelan.
"Hm begitu... Aku hanya tidak sabar ingin dekat denganmu." Wajah Bella memerah mendengar itu.
"Sekarang saja Bell." Sahut Sari menimpali.
"Alasan apa?"
"Ingin nongkrong saja. Nanti turunkan kita ke Cafe Kak, lalu kita foto bertiga untuk melapor ke Kak Bas. Setelah itu, kamu boleh pergi bersama Kak Stefan."
"Aku setuju. Setelah itu, aku akan menjemput kalian lagi." Bella mengangguk-angguk seraya tersenyum. Dia setuju dengan rencana itu karena dia juga ingin berbicara banyak dengan Stefan.
Sementara di kediaman Daniel. Dia tengah terdiam menatap luar jendela kamarnya karena merasa kecewa saat menerima kenyataan jika Joy tidak juga membalas email darinya.
Sesibuk itu Joy? Aku hanya ingin kamu memberikan pelajaran untuk penghianat itu tapi kenapa kamu tidak membalas emailku...
Tok..Tok...Tok...
"Masuk.." Lucas masuk dan langsung berdiri di samping Daniel.
"Ada gudang tua di jual Tuan. Letaknya tidak jauh dari sini." Ucapnya menjelaskan.
"Akses jalannya lebar?"
"Sepuluh meter Tuan."
"Hm ambil. Aku menyerahkan semuanya padamu. Aku berharap kamu bisa di percaya." Jawab Daniel merasa trauma dengan kejadian yang menimpanya.
"Saya akan berkerja dengan baik Tuan." Lucas tersenyum, dia mengangguk sebentar kemudian melangkah pergi keluar kamar.
Kedua manik Daniel menatap jam yang menunjukkan pukul satu. Tiba-tiba dia mengingat Bella hingga sebuah senyuman membingkai di bibirnya.
"Tidak seberapa cantik tapi, kenapa aku selalu mengingat anak kecil itu? Apa dia sudah pulang sekarang." Daniel menggerakkan kursi rodanya. Dia berniat ke depan untuk melihat apa Bella sudah pulang sekolah. Padahal Daniel juga tidak tahu kenapa dia melakukan ini. Namun, sejak pertemuan dengan Bella kemarin, membuat perhatiannya teralihkan hingga semalam, Daniel mulai memimpikan Bella.
~Riane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
😍
2022-01-13
0
Saae
ceritamu keren thor...
Di tunggu feedbacknya di karyaku. Malaikat tak. bersayap...
2022-01-10
0
Riane
Nunggu pembaca banyak🙂🙏
2021-12-22
1