PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK

"Kami ke sini ingin berbicara denganmu, Arni," jawab Mbah Nur

"Silakan masuk, Nur!" kata Mbah Arni sambil memutar gagang pintu dengan tangan kanannya, sedangkan golok tajam itu sudah ia pindahkan ke tangan kiri.

"Sudah tadi kah kalian menunggu di depan? Maaf saya baru pulang dari membantu kupas kelapa di rumah Suwarno. Mereka masak besar untuk melayani tamu yang datang ziarah umrah," ucapnya lagi.

"Ooooo ...." Ucapku berbarengan dengan Parto. Kami baru memahami, mengapa Mbah Arni membawa golok malam-malam. Padahal tadi sempat mikir yang aneh-aneh. Aku dan Parto senyum-senyum sendiri jika mengingatnya.

"Gimana kabar istrimu, Nur? Lama kita berdua tidak menyulam bareng." Tanya Mbah Arni.

"Alhamdulillah, dia sehat-sehat saja. Saya ke sini bersama anak-anak ingin membahas sesuatu yang sangat penting." Jawab Mbah Nur serius. Mbah Arni mengernyitkan dahi menunjukkan rasa penasarannya.

"Oh ya? Tentang apakah itu?" ujar Mbah Arni.

"Arni, kalau boleh saya tahu. Setelan yang kamu pakai ini dari mana kamu dapatkan? Ataukah memang kamu sengaja membelinya?" lanjut Mbah Nur. Mbah Arni tampak semakin penasaran.

"Hahahaha .... Jadi, kamu ke sini hanya untuk menanyakan setelan bajuku ini? Ada-ada saja kamu, Nur ... Nur ..." Mbah Arni nampak geli sekali dengan pertanyaan Mbah Nur, sedangkan Mbah Nur tetap dengan wajah seriusnya.

"Jawab saja dengan jujur, Arni!" ucap Mbah Nur.

"Oke. Sebelum saya jawab pertanyaan konyolmu, aku mau mengambilkan minuman dulu untuk kalian bertiga," ucap Mbah Nur.

"Nggak usah, Arni. Kami keburu pulang ini," cegah Mbah Nur.

"Jangan begitu! Jarang-Jarang loh, kamu datang ke sini," ucap Mbah Arni sambil ngeluyur ke dapur tanpa bisa dicegah.

Cukup lama Mbah Arni berada di dapur. Dalam masa penantian itu kami bertiga hanya diam tanpa adanya komunikasi. Dari depan rumah Mbah Arni terdengar suara cekikikan wanita sebanyak satu kali.

"Hihihihihi ..."

Kami bertiga saling bertatapan dan menunggu suara cekikikan itu terulang kembali. Tetapi, ternyata tidak ada lagi suara itu hingga Mbah Arni muncul dari dapur membawa nampan berisi tiga cangkir. Nampaknya ia gemetar membawa nampan itu. Mungkin karena usianya yang sudah tua atau dia grogi karena kedatangan Mbah Nur atau ia gemetar karena sebab lain. Entahlah ...

"Kok repot-repot, sih, Arni?" kata Mbah Nur.

"Enggak kok, cuma kopi saja. Ayo, diminum mumpung masih panas!" jawab Mbah Arni.

Kami bertiga saling melihat, tidak langsung meminumnya. Dari cara melihatnya aku yakin Parto ada kecurigaan dengan Mbah Arni, sama seperti aku. Jangan-jangan kopi itu sudah diisi sesuatu terlebih dahulu di belakang tadi, untuk membungkam mulut kami bertiga supaya misteri penari itu tidak pernah terkuak. Mbah Nur tidak menunjukkan reaksi apa-apa, ia langsung memegang pegangan cangkir bermaksud meminum kopi buatan Mbah Arni.

"Ini tidak boleh terjadi. Jangan sampai Mbah Nur kenapa-kenapa setelah meninum kopi ini. Aku harus berbuat sesuatu," pikirku dalam hati.

Mbah Arni tersenyum kecil ketika Mbah Nur mulai mengangkat cangkirnya. Aku bergerak cepat, kuambil cangkirku dengan cepat dan segera kuseruput kopi panas itu dengan mulutku. Jika aku yang meminum duluan dan aku kenapa-kenapa, bukan kah Mbah Nur masih bisa meringkus Mbah Arni dan menyelamatkanku? Berbeda masalahnya kalau Mbah Nur yang kenapa-kenapa, belum tentu aku dan Parto bisa meringkus Mbah Arni yang misterius ini.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk ..." Aku terbatuk-batuk.

"Kenapa, Im?" tanya Mbah Nur sambil memegang cangkir kopinya. Rupanya ia urung meminum kopi karena melihatku batuk-batuk. Aku tak langsung menjawab pertanyaan Mbah Nur karena masih meneliti fisikku. Tidak ada yang berbeda, selain gatal di tenggorokanku karena aku terburu-buru menyeruput kopi, sehingga ada sedikit air kopi yang masuk ke saluran pernapasan.

"Tidak apa-apa, Mbah," jawabku ketika sudah yakin kopi buatan Mbah Arni tidak beracun. Bahkan kalau boleh jujur rasanya sangat nikmat.

"Makanya kalau minum pelan-pelan!" ucap Mbah Nur. Kami bertiga pun meminum kopi buatan Mbah Arni. Setelah terminum beberapa seruputan kami pun melanjutkan pembicaraan.

"Jujur, baju ini adalah baju yang paling saya senangi. Baju ini pemberian seseorang," ujar Mbah Arni.

"Oh, ya? Siapa yang memberikanmu baju ini dan kapan ia memberikannya?" tanya Mbah Nur lagi.

"Baju ini diberikan Lastri kepadaku seminggu sebelum ia meninggal," jawab Mbah Arni.

"Lastri istrinya Agus yang ditemukan tewas bunuh diri di rumpun bambu Suwarno?" potong Mbah Nur.

"Iya, Nur .... Benar. Malang benar nasib temanku itu," ujar Mbah Arni sambil menyeka air mata di pipinya yang keriput. Ia pun melanjutkan ceritanya.

"Ketika Lastri memberikan baju ini kepadaku, dia sempat berkeluh kesah bahwa suaminya berselingkuh dengan perempuan lain," tambah Mbah Arni.

"Bukan kah semenjak istrinya tewas bunuh diri, Agus menjadi senewen dan kabar terakhir dia jadi gelandangan? Mungkin ia sangat menyesal atas perbuatannya yang berujung pada kematian tragis istrinya. Kalau anaknya, Rosid dirawat neneknya setelah Agus senewen," tambah Mbah Nur.

"Maaf, apakah yang dimaksud itu Cak Rosid penjual bakso di timurnya rumahku ?" kataku memotong.

"Iya, Le." Jawab Mbah Nur sambil mengelus rambutku.

"Kalau boleh tahu apakah ayahnya Cak Rosid itu memiliki topi fedora berwarna abu-abu?" tanya Parto tiba-tiba. Mbah Nur dan Mbah Arni menoleh penuh tanda tanya kepada Parto.

"Dari mana kamu tahu itu, Le? Agus dulu memang paling suka menggunakan topi fedora. Warna abu-abu yang paling sering ia gunakan. Tidak ada lagi orang kampung sini yang suka memakai topi fedora selain Agus" tanya Mbah Arni sambil bercerita sedikit tentang sosok Agus.

"Dalam mimpiku penari itu memiliki hubungan khusus dengan seseorang yang menggunakan topi fedora berwarna abu-abu. Dan penari itu dibunuh, mayatnya diseret oleh perempuan pemilik setelan yang Mbah Arni gunakan sekarang," jawab Parto tegas sambil bergetar mulutnya seperti menahan emosi kemarahan dan ketakutan.

Kami yang mendengar penjelasan Parto menjadi sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tiba-tiba pintu depan terbanting dengan keras, angin bertiup dengan kencang. Kami pun kompak melihat ke arah pintu.

"Hihihihihi .... Hihibihihi .... Hihihihihi ..."

Si Kuntilanak berbaju putih dan berambut panjang dengan wajahnya yang mengerikan sudah berdiri di tengah-tengah pintu bersebelahan denganku. Di antara kami berempat posisi tempat dudukku lah yang paling dekat dengan si Kunti.

"Cempaka ..." teriak Mbah Arni tiba-tiba. Tubuhnya bergetar karena terkejut dan ketakutan menyaksikan sosok yang ia kenal, tetapi dalam versi yang mengerikan

"Aku tidak mau sendirian, Mbak Ar. Dingin dan gelap, Mbak. Aku butuh teman, Mbak. . Hihihihihi ...," jerit si Kunti. Suaranya melengking sekali memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Mata si Kunti melotot sementara mulutnya menyeringai. Kami terpaku menyaksikan komunikasi tak lazim antara Mbah Arni dan si Kunti.

Entah bagaimana ceritanya tiba-tiba tubuhku sudah melayang, Parto tadi berusaha menahan kakiku tapi ia tak cukup kuat menahannya. Ya Tuhan ... rupanya aku sedang dibawa terbang oleh si Kunti. Kali ini aku benar-benar berada dalam terkaman si Kunti. Aku bisa merasakan betapa dinginnya tubuh si Kunti. Kukunya tajam sekali melukai ketiakku. Tubuhku dibawa terbang ke atas pohon mangga, aku pun hanya mampu berteriak.

"Tolong, Mbaaaaah .... Toloooooong."

"Jangan, Cempaka! Jangan lukai anak itu! Ia tidak bersalah," teriak Mbah Arni sambil berlari mengejar si Kunti yang lamat-lamat aku dengar. Si Kunti menaruh badanku di dahan pohon mangga dan ia pun berdiri di sebelahku. Tubuhku lemas karena takut terjatuh, tetapi lebih takut lagi dimakan si Kunti.

"Parto, cepat ambil cangkul di dapur Mbah Arni! Galilah pinggiran rumpun bambu itu!" perintah Mbah Nur yang sekarang ada di bawahku.

"Jangan, Cempaka! Jangan!" Mbah Arni terus berteriak. Mbah Nur membaca doa-doa dengan sedikit dikeraskan.

"Tidak, Mbak Ar. Aku kehilangan bayiku .... Hihihihihi .... Panaaaaaas! " suara si Kunti yang berada di belakangku. Aku mendekap dahan pohon mangga dengan kedua tangan dan kakiku. Dari ujung netra aku melihat Parto membawa cangkul berlari menuju rumpun bambu.

"Jangan, Cempaka ! Jangaaaaan!" teriak Mbah Arni kembali.

"Aku tidak bersalah, Mbak Ar. Mas Agus menikahi aku. Aku bukan pezina. Hihihihihi. Panaaaaaas ...," teriak si Kunti lagi.

"Iya, Cempaka. Tapi, lepaskan anak itu!" teriak Mbah Arni kembali.

Selama bermenit-menit aku berada dalam ketakutan. Mbah Arni terus berteriak, Mbah Nur terus berdoa, dan si Kunti terus tertawa cekikikan dan berteriak kepanasan.

"Waaaaaaaaaaa!" Tiba-tiba terdengar teriakan Parto yang diikuti dengan munculnya sinar terang dari arah belakangku. Tiba-tiba terdengar suara si Kunti, tetapi sekarang jauh lebih lembut tidak melengking seperti tadi

"Terimakasih, Mbak Ar dan Mas Wardoyo telah baik kepadaku. Terimakasih, Im, Parto yang telah membantu mengungkap kematianku. Terimakasih, Kyai. Mohon urus jenazahku dengan baik dan doakan aku agar dosa-dosaku diampuni oleh-Nya!"

"Iya, Cempaka .... Beristirahatlah dengan tenang!" teriak Mbah Arni sambil terisak.

"Selamat tinggal, Mbak Ar. Asalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ..."

Mbah Nur naik ke atas pohon mangga, kemudian membimbingku turun dari atas pohon. Aku sudah menemukan kekuatanku kembali. Kami bertiga berjalan menuju Parto di rumpun bambu. Di sana Parto sedang bersimpuh tak bertenaga. Di depannya tepat di pinggir bambu yang paling jarang pohonnya, terdapat lubang menganga sedalam setengah meter. Di sana terlihat sebuah tengkorak manusia. Kami bertiga yang baru melihatnya, tiba-tiba menjadi lemas tak bertenaga. Kami tidak menyangka kisah penari cantik itu berakhir mengenaskan di rumpun bambu ini.

Mbah Nur membunyikan kentongan di depan rumah Mbah Arni dengan hitungan tertentu. Tak lama kemudian penghuni kampung sudah berdatangan menuju rumah Mbah Arni. Mereka semua tak kalah terkejutnya dengan kami. Aku, Parto, dan Mbah Arni dirawat oleh warga di rumah Mbah Arni. Di antara kerumunan warga ada Pak Kampung. Pak Kampung kemudian berangkat ke kantor polisi bersama sejumlah warga. Polisi pun datang ke tempat lokasi membawa berbagai peralatan termasuk lampu. Polisi dan warga merobohkan rumpun bambu itu untuk menemukan bukti-bukti penunjang yang mungkin masih terkubur di sana.

Pukul sebelas malam polisi meninggalkan lokasi dan mengatakan akan melanjutkan penyelidikan esok harinya. Aku dan Parto pulang dijemput orang tua kami. Mereka tampak cemas dengan keadaan kami. Sedangkan Mbah Nur dan Mbah Arni ikut kendaraan polisi untuk dimintai keterangan di Polsek.

Saat perjalanan pulang melewati rumpun bambu Pak Suwarno, aku mendengar suara dehaman. Aku tak berani menoleh. Aku mendekap tangan ayah dan ibuku dengan erat. Dari suara dehaman itu aku bisa menebak kalau dia sedang marah. Aku takut ...

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Ahnafal Wafa Tsaqifa

Ahnafal Wafa Tsaqifa

up

2022-12-04

0

Dharris Tio

Dharris Tio

baru ini, cerita horor, point of view nya anak kecil. keren

2022-10-10

1

Danu

Danu

kok ak merasa ada plot hole ya dibagian setelah cahaya putih, ada yg bisa jelasin gak, knpa tiba2 si kunti jadi baik dan darimana asal cahaya putihnya

2022-07-01

2

lihat semua
Episodes
1 PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2 PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3 PART 3 RUMAH MBAH MI
4 PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5 PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6 PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7 PART 7 MBAH ARNI
8 PART 8 SANG PENARI
9 PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10 PART 10 ARWAH LASTRI
11 PART 11 TEROR LASTRI
12 PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13 PART 12A KETAKUTAN WARGA
14 PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15 PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16 PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17 PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18 PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19 PART 19 PRIA MISTERIUS
20 PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21 PART 21 TEMAN KECIL
22 PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23 PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24 PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25 PART 25 GEDUNG ANGKER
26 PART 26 GENDERUWO
27 PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28 PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29 PART 29 DUEL MAUT
30 PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31 PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32 PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33 PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34 PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35 PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36 PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37 PART 37 SI INDIGO
38 PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39 PART 39 JURIG LALA
40 PART 40 KISAH SEDIH LALA
41 PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42 PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43 PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44 PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45 PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46 PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47 PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48 PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49 PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50 PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51 PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52 EPILOG
53 PROLOG SEASON KEDUA
54 BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55 BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56 BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57 BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58 BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59 BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60 BAGIAN 7 : PULANG
61 BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62 BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63 BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64 BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65 BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66 BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67 BAGIAN 14 : BU NANIK
68 BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69 BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70 BAGIAN 17 : BIODATA
71 BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72 BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73 BAGIAN 20 : KASUS
74 BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75 BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76 BAGIAN 23 : TERSESAT
77 BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78 BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79 BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80 BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81 BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82 BAGIAN 28 : PETANI
83 BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84 BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85 BAGIAN 31 : TERANCAM
86 BAGIAN 32 : MENGHILANG
87 BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88 BAGIAN 34 : KI BARONG
89 BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90 BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91 BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92 BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93 BAGIAN 39 : KETAHUAN
94 BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95 BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96 BAGIAN 42 : TURNAMEN
97 BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98 BAGIAN 44 : TUMBAL
99 BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100 BAGIAN 46 : GENDANG
101 BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102 BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103 BAGIAN 49 : MARAH
104 BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105 BAGIAN 51 : RENCANA
106 BAGIAN 52 : RAHASIA
107 BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108 BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109 BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110 BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111 BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112 BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113 BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114 BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115 BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116 BAGIAN 62 : MENCEKAM
117 BAGIAN 63 : KETAHUAN
118 BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119 BAGIAN 65 : DIA
120 BAGIAN 66 : BU MEGA
121 BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122 BAGIAN 68 : DIANCAM
123 BAGIAN 69 : PARADOKS
124 BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125 BAGIAN 71 : PENGANTIN
126 BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127 BAGIAN 73 : SI KECIL
128 BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129 BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130 BAGIAN 76 : FIRASAT
131 BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132 BAGIAN 78 : KENANGAN
133 BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134 BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135 BAGIAN 81 : EMOSI
136 BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137 BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138 BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139 BAGIAN 85 : MASIH ADA
140 BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141 BAGIAN 87 : DIKUBUR
142 BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143 BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144 BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145 BAGIAN 91 : NEKAT
146 BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147 BAGIAN 93 : ALGOJO
148 BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149 BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150 BAGIAN 96 : INTEROGASI
151 BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152 BAGIAN 98 : ANEH
153 BAGIAN 99 : MISTER-X
154 BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155 BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156 EPILOG SEASON KEDUA
157 TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158 PENGUMUMAN
159 PROGRAM GIVE AWAY
160 TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161 Q n A
162 KISAH TERBARU IMRAN
163 PENGUMUMAN GIVE AWAY
164 ABOUT EXTRA PART
165 EXTRA PART 1
166 EXTRA PART 2
167 EXTRA PART 3
168 EXTRA PART 4
169 ILUSTRASI PEMERAN
Episodes

Updated 169 Episodes

1
PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2
PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3
PART 3 RUMAH MBAH MI
4
PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5
PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6
PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7
PART 7 MBAH ARNI
8
PART 8 SANG PENARI
9
PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10
PART 10 ARWAH LASTRI
11
PART 11 TEROR LASTRI
12
PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13
PART 12A KETAKUTAN WARGA
14
PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15
PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16
PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17
PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18
PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19
PART 19 PRIA MISTERIUS
20
PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21
PART 21 TEMAN KECIL
22
PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23
PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24
PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25
PART 25 GEDUNG ANGKER
26
PART 26 GENDERUWO
27
PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28
PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29
PART 29 DUEL MAUT
30
PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31
PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32
PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33
PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34
PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35
PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36
PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37
PART 37 SI INDIGO
38
PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39
PART 39 JURIG LALA
40
PART 40 KISAH SEDIH LALA
41
PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42
PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43
PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44
PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45
PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46
PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47
PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48
PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49
PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50
PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51
PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52
EPILOG
53
PROLOG SEASON KEDUA
54
BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55
BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56
BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57
BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58
BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59
BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60
BAGIAN 7 : PULANG
61
BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62
BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63
BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64
BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65
BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66
BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67
BAGIAN 14 : BU NANIK
68
BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69
BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70
BAGIAN 17 : BIODATA
71
BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72
BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73
BAGIAN 20 : KASUS
74
BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75
BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76
BAGIAN 23 : TERSESAT
77
BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78
BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79
BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80
BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81
BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82
BAGIAN 28 : PETANI
83
BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84
BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85
BAGIAN 31 : TERANCAM
86
BAGIAN 32 : MENGHILANG
87
BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88
BAGIAN 34 : KI BARONG
89
BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90
BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91
BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92
BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93
BAGIAN 39 : KETAHUAN
94
BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95
BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96
BAGIAN 42 : TURNAMEN
97
BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98
BAGIAN 44 : TUMBAL
99
BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100
BAGIAN 46 : GENDANG
101
BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102
BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103
BAGIAN 49 : MARAH
104
BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105
BAGIAN 51 : RENCANA
106
BAGIAN 52 : RAHASIA
107
BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108
BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109
BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110
BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111
BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112
BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113
BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114
BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115
BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116
BAGIAN 62 : MENCEKAM
117
BAGIAN 63 : KETAHUAN
118
BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119
BAGIAN 65 : DIA
120
BAGIAN 66 : BU MEGA
121
BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122
BAGIAN 68 : DIANCAM
123
BAGIAN 69 : PARADOKS
124
BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125
BAGIAN 71 : PENGANTIN
126
BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127
BAGIAN 73 : SI KECIL
128
BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129
BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130
BAGIAN 76 : FIRASAT
131
BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132
BAGIAN 78 : KENANGAN
133
BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134
BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135
BAGIAN 81 : EMOSI
136
BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137
BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138
BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139
BAGIAN 85 : MASIH ADA
140
BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141
BAGIAN 87 : DIKUBUR
142
BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143
BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144
BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145
BAGIAN 91 : NEKAT
146
BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147
BAGIAN 93 : ALGOJO
148
BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149
BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150
BAGIAN 96 : INTEROGASI
151
BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152
BAGIAN 98 : ANEH
153
BAGIAN 99 : MISTER-X
154
BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155
BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156
EPILOG SEASON KEDUA
157
TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158
PENGUMUMAN
159
PROGRAM GIVE AWAY
160
TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161
Q n A
162
KISAH TERBARU IMRAN
163
PENGUMUMAN GIVE AWAY
164
ABOUT EXTRA PART
165
EXTRA PART 1
166
EXTRA PART 2
167
EXTRA PART 3
168
EXTRA PART 4
169
ILUSTRASI PEMERAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!