PART 7 MBAH ARNI

Setelah melakukan apa yang diperintahkan oleh Mbah Nur, akhirnya Bu Satar dan keluarganya tidak mendapat gangguan dari hantu kelapa lagi. Aktivitas keluarga mereka kembali seperti sedia kala. Kedua anak Bu Satar, Juwari dan Satuni sudah kembali rutin mengaji di langgar Mbah Nur. Tentunya pulangnya masih tetap dijemput ayah mereka, Pak Satar. Aku pernah bertanya kepada mereka berdua apakah kalau dijemput bapaknya pernah diganggu kuntilanak penunggu pohon bambu Mbah Arni atau hantu penunggu KUD seperti ketika diantar aku dan Parto. Mereka kompak menggeleng. Syukurlah, berarti hantu-hantu itu lebih suka mengganggu anak kecil daripada orang dewasa, kecuali kalau bukan warga kampung ini sendiri seperti yang dialami salah satu warga kampung sebelah yang jatuh ke got karena diganggu Si Kunti. Setidaknya itu analisa sementaraku tentang si Kunti dan si Hantu KUD.

Hari minggu siang aku dan Parto mengambil buah manting (salam) di kebun bengkok (kas desa) belakang rumah Mbah Arni. Parto yang naik ke atas pohon, sementara aku yang menangkap ranting-ranting berisi buah manting yang dipatahkan oleh Parto. Buah manting di belakang rumah Mbah Arni ini terkenal sebagai buah manting terenak di kampungku, buahnya lebih besar dari yang lain dan rasanya manis. Sudah menjadi adat di kampung ini bahwa buah manting itu bebas diambil siapapun tanpa harus izin kepada pemiliknya karena dianggap bukan buah komersil. Kalau dalam urusan panjat memanjat, Parto memang jagonya. Dia kalau sudah naik pohon bisa sampai pucuk dahan dan bisa berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain tanpa harus turun dulu. Ngeri juga melihat temanku ini ketika lompat sini lompat sana di atas pohon, makanya setiap ia melakukan aksi akrobatik itu langsung aku teriakin.

"Kete'e kumat (monyetnya kumat)."

Aku mengatakan itu supaya dia tidak mengulangi lagi aksinya karena aku takut dia terjatuh. Tapi alih-alih berhenti berakrobat, justru dia malah lebih mempercepat gerakannya sambil memonyongkan bibirnya ke depan, berakting layaknya monyet sengaja untuk membuatku makin geregetan. Kalau sudah begitu aku cuma bisa menarik napas panjang dan ia pun menutup aksinya dengan tersenyum.

"Sudah banyak, To, buah mantingnya. Ayo, turun!" teriakku sambil memunguti manting-manting dan memasukkannya ke dalam contong yang terbuat dari daun pisang.

"Oke lah, saya turun sekarang." Jawab Parto.

Aku masih asik memungut manting-manting berwarna merah dan ungu itu. Tiba-tiba dari ekor netraku aku melihat seseorang sedang berdiri di sebelahku. Netraku menjelajahi sosok itu mulai dari kaki yang tidak kelihatan, agak naik ke atas terlihat jarik berwarna coklat usang yang biasa digunakan warga di kampungku untuk memandikan jenazah, terus naik netraku terlihat kebaya berwarna hitam, dan sampailah netraku pada wajah keriput dengan ujung bibir kiri dan kanan terdapat cairan merah darah. Aku hafal betul dengan sosok ini, iya. Dia adalah ...

"Mbah Arni!!" kataku lirih. Mbah Arni melangkah mendekatiku. Aku tetap dalam posisiku tidak berpindah sedikitpun.

"Im, Mbah minta mantingnya sedikit, boleh?" kata Mbah Arni sambil meminggirkan tembakau yang ia kunyah ke arah kiri. Iya, Mbah Arni salah satu orang yang gemar minang."

"Boleh banget, Mbah." Jawab Parto yang sudah berada di bawah pohon.

"Terimakasih. Kalau kalian berdua butuh garam, ayo, ikut saya ambil sendiri di dapur!" kata Mbah Arni sambil *******-***** campuran daun sirih, gambir, dan enjet kapur di mulutnya. Tercium bau segar daun sirih dari mulut Mbah Arni. Menurut saya, berada di samping tukang minang lebih betah daripada berada di samping seorang perokok.

"Mau, Mbah." Jawabku kegirangan.

Memang kalau makan manting dengan cara disiram air garam rasanya sungguh nikmat sekali. Kita pun mengikuti Mbah Arni ke rumahnya tapi lewat bagian belakang rumahnya, yaitu dapurnya. Dapur Mbah Arni tertata dengan rapi, tidak ada perkakas yang tergeletak begitu saja. Semuanya tertata dengan apik di rak bambu, lantai tanahnya pun bersih dari sampah. Rupanya Mbah Arni ini orangnya rapi sekali.

"Mbah, aku minta airnya, ya?" kata Parto yang langsung diiyakan Mbah Arni.

Partopun langsung berjalan menuju pojok dapur tempat gentong tanah liat diletakkan. Gayung dari batok kelapa ditangkupkan di atasnya. Parto memegang tangkai gayung itu dengan tangan kanannya, tangan kirinya menarik tutup gentong, dan ia pun mengambil air mentah dari dalam gentong serta meminumnya.

"Aaaaaaah..... Airnya segar sekali, Mbah," kata Parto sedetik setelah meneguk air gentong.

Aku yang melihatnya sampai ikut menelan ludah. Air mentah dari gentong memang segar sekali, lebih segar dari es campur. Guru-guru selalu menasehati kami untuk tidak minum air mentah, katanya banyak kumannya dan bikin sakit perut, tapi kebanyakan anak-anak sini tetap saja lebih suka minum air gentong mentah dan terbukti tidak sakit perut. Mungkin perut kita sudah sekuat perut badak. Jadi, aman-aman saja meskipun selalu meminum air mentah.

"Mbah, sampean nggak takut tinggal sendirian di sini?" tanya ku.

"Takut sich enggak, cuma sepi saja. Tapi mau gimana lagi, anak semata wayangku lebih memilih untuk tinggal di kota." Jawab Mbah Arni.

"Beneran nggak takut, Mbah?" tanyaku kembali penuh selidik.

Aku masih belum percaya dengan jawabannya, secara rumahnya hanya terpaut duapuluh meter dari pohon bambu itu. Mbah Arni beranjak dari tempat ia berdiri semula. Dia tidak menjawab pertanyaanku selama beberapa detik. Reaksi itu semakin meyakinkanku bahwa ia merahasiakan sesuatu. Namun, sebelum otakku mengira-ngira, tiba-tiba Mbah Arni berbicara kembali.

"Dulu ketika suamiku masih hidup, rumah ini tak pernah sepi. Penduduk sering berkumpul di halaman rumah ini kalau malam hari karena suamiku sering mengadakan tanggapan tandak."

"Terus, Mbah?"

"Kelompok tandak itu biasanya sering berkeliling dari kampung ke kampung. Saking seringnya ditanggap, mereka sudah kami anggap sebagai keluarga. Hingga suatu hari ketika mereka menginap di sini, ada salah satu penari yang tiba-tiba hilang dari rombongan. Dicari kemana-mana tidak ketemu. Polisi sampai turun tangan, tetapi hasilnya nihil. Sejak saat itu suamiku tidak pernah menanggap tandak lagi. Takut katanya," urai Mbah Arni dengan nada datar dan mata sembap. Mungkin dia terkenang dengan mendiang suaminya.

Kami tercengang dengan cerita tersebut. Mbah Arni melanjutkan ceritanya.

"Sejak saat itu kami sering merasa takut. Seolah-olah penari itu masih berseliweran di sekitar rumah ini."

[BRUAAAAAAAK]

Tiba-tiba angin bertiup dengan kencang dan membanting pintu dapur.

"Mbah, kami pamit dulu ya. Sudah sore soalnya. Terimakasih banyak, ya, Mbah."

"Iya, Le. Hati-hati di jalan, ya!"

Kamipun bersalaman dan meninggalkan rumah Mbah Arni. Berapa detik meninggalkan rumah Mbah Arni, kami mendengar Mbah Arni menyenandungkan sebuah tembang khas Madura. Ternyata di usianya yang sudah senja, suaranya masih terdengar merdu sekali

"Pelok temor, Lek ..."

Sayup-sayup suara yang kami dengar.

*

Seorang penari cantik sedang melenggak lenggok diiringi musik gamelan. Dengan baju berwarna hitam dan manik-manik berwarna emas, wanita itu kelihatan semakin mempesona. Para pria berebut untuk bisa menari dengan penari itu, tatapan wanita itu tajam sekali. Setiap pria yang mendapat lemparan selendang hijaunya langsung mendusel-dusel ingin menciumnya, akan tetapi dia menghindarinya dengan lihai dan elegan. Penari itu banjir dengan saweran. Pria yang pemalu menaruh saweran di mahkotanya atau diberikan ke tangan wanita itu. Tetapi tak sedikit pria yang dengan lancangnya menaruh uang saweran di mulut wanita itu bahkan ada yang menaruh di dalam kemben yang ia pakai. Para penontonpun bersorak sorai, musik dimainkan dengan lebih keras dan atraktif.

Dalam penerangan lampu petromak acara berlangsung dengan semarak sekali. Namun, tiba-tiba lampu petromak padam, suara hening seketika, orang-orang yang tadinya ramai lenyap begitu saja, yang terdengar hanya suara jangkrik. Samar-samar terlihat kain putih melayang, semakin lama semakin mendekat ke arahku, mendekat ... dan mendekat .... Aku memicingkan mataku supaya dapat melihatnya lebih jelas kain apakah itu? Dan kini saat kain itu sudah tepat di depanku, aku baru menyadari kalau itu bukan kain melainkan seseorang berbaju putih, berambut panjang, bermata lebar, dan berwajah seram. Sosok yang sudah sangat saya hafal sekali. Iya, dia adalah si Kuntilanak itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa ketika tangan si Kunti tiba-tiba di arahkan ke leherku, kedua mata kami saling menatap. Saat itulah aku benar-benar dapat melihat betapa seramnya wajah si Kunti. Dan aku pun berteriak.

"Toloooooooooooooooong!!!" Tenggorokanku sakit sekali saking kerasnya berteriak. Aku merasa badanku digoyang-goyangkan.

"Bangun, Im! Bangun!"

Aku terbangun. Ternyata aku baru saja bermimpi buruk. Ibulah yang menggoyang-goyangkan badanku.

"Kamu mimpi buruk, ya? Makanya sebelum tidur berdoa dulu!"

"Iya, Bu. Tadi aku kecapekan habis cari jamur sama Irwan jadi lupa nggak berdoa dulu."

"Ya sudah, sana cepat mandi! Sudah sore. Nanti Asarnya keburu dicolong kuntilanak."

"Ibu ada-ada saja."

Mendengar Ibu berkata kuntilanak, aku merasa seperti deja vu. Ealah, baru ingat kalau aku habis mimpi mau dicekik kuntilanak penunggu rumpun bambu Mbah Arni.

Betapa kuat efek mimpi buruk itu sampai-sampai di kamar mandi aku masih terbayang-bayang sama si Kunti. Apalagi ketika harus menyiram air ke mukaku seolah-olah nanti pas airnya sudah turun dari mukaku, si Kunti akan berdiri di depanku dengan wajah seramnya. Untuk menghilangkan rasa takut, aku pun bersenandung.

"Pelok temor, Lek ..."

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Ahnafal Wafa Tsaqifa

Ahnafal Wafa Tsaqifa

menakutkan

2022-12-04

0

Momo R

Momo R

kdang yg seram2 smpai seharian terbawa, brsa takut mau apa2in. mknya klo pas bca novel yg horor tepat mlm jumat gni aku gk mau trllu menghayati takutnya horor sndri 😂

2022-11-10

0

Momo R

Momo R

kdang yg seram2 smpai seharian terbawa, brsa takut mau apa2in

2022-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2 PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3 PART 3 RUMAH MBAH MI
4 PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5 PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6 PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7 PART 7 MBAH ARNI
8 PART 8 SANG PENARI
9 PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10 PART 10 ARWAH LASTRI
11 PART 11 TEROR LASTRI
12 PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13 PART 12A KETAKUTAN WARGA
14 PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15 PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16 PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17 PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18 PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19 PART 19 PRIA MISTERIUS
20 PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21 PART 21 TEMAN KECIL
22 PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23 PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24 PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25 PART 25 GEDUNG ANGKER
26 PART 26 GENDERUWO
27 PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28 PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29 PART 29 DUEL MAUT
30 PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31 PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32 PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33 PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34 PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35 PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36 PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37 PART 37 SI INDIGO
38 PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39 PART 39 JURIG LALA
40 PART 40 KISAH SEDIH LALA
41 PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42 PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43 PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44 PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45 PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46 PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47 PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48 PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49 PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50 PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51 PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52 EPILOG
53 PROLOG SEASON KEDUA
54 BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55 BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56 BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57 BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58 BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59 BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60 BAGIAN 7 : PULANG
61 BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62 BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63 BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64 BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65 BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66 BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67 BAGIAN 14 : BU NANIK
68 BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69 BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70 BAGIAN 17 : BIODATA
71 BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72 BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73 BAGIAN 20 : KASUS
74 BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75 BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76 BAGIAN 23 : TERSESAT
77 BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78 BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79 BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80 BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81 BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82 BAGIAN 28 : PETANI
83 BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84 BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85 BAGIAN 31 : TERANCAM
86 BAGIAN 32 : MENGHILANG
87 BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88 BAGIAN 34 : KI BARONG
89 BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90 BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91 BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92 BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93 BAGIAN 39 : KETAHUAN
94 BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95 BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96 BAGIAN 42 : TURNAMEN
97 BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98 BAGIAN 44 : TUMBAL
99 BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100 BAGIAN 46 : GENDANG
101 BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102 BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103 BAGIAN 49 : MARAH
104 BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105 BAGIAN 51 : RENCANA
106 BAGIAN 52 : RAHASIA
107 BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108 BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109 BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110 BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111 BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112 BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113 BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114 BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115 BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116 BAGIAN 62 : MENCEKAM
117 BAGIAN 63 : KETAHUAN
118 BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119 BAGIAN 65 : DIA
120 BAGIAN 66 : BU MEGA
121 BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122 BAGIAN 68 : DIANCAM
123 BAGIAN 69 : PARADOKS
124 BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125 BAGIAN 71 : PENGANTIN
126 BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127 BAGIAN 73 : SI KECIL
128 BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129 BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130 BAGIAN 76 : FIRASAT
131 BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132 BAGIAN 78 : KENANGAN
133 BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134 BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135 BAGIAN 81 : EMOSI
136 BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137 BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138 BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139 BAGIAN 85 : MASIH ADA
140 BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141 BAGIAN 87 : DIKUBUR
142 BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143 BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144 BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145 BAGIAN 91 : NEKAT
146 BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147 BAGIAN 93 : ALGOJO
148 BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149 BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150 BAGIAN 96 : INTEROGASI
151 BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152 BAGIAN 98 : ANEH
153 BAGIAN 99 : MISTER-X
154 BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155 BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156 EPILOG SEASON KEDUA
157 TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158 PENGUMUMAN
159 PROGRAM GIVE AWAY
160 TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161 Q n A
162 KISAH TERBARU IMRAN
163 PENGUMUMAN GIVE AWAY
164 ABOUT EXTRA PART
165 EXTRA PART 1
166 EXTRA PART 2
167 EXTRA PART 3
168 EXTRA PART 4
169 ILUSTRASI PEMERAN
Episodes

Updated 169 Episodes

1
PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2
PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3
PART 3 RUMAH MBAH MI
4
PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5
PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6
PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7
PART 7 MBAH ARNI
8
PART 8 SANG PENARI
9
PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10
PART 10 ARWAH LASTRI
11
PART 11 TEROR LASTRI
12
PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13
PART 12A KETAKUTAN WARGA
14
PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15
PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16
PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17
PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18
PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19
PART 19 PRIA MISTERIUS
20
PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21
PART 21 TEMAN KECIL
22
PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23
PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24
PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25
PART 25 GEDUNG ANGKER
26
PART 26 GENDERUWO
27
PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28
PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29
PART 29 DUEL MAUT
30
PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31
PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32
PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33
PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34
PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35
PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36
PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37
PART 37 SI INDIGO
38
PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39
PART 39 JURIG LALA
40
PART 40 KISAH SEDIH LALA
41
PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42
PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43
PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44
PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45
PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46
PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47
PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48
PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49
PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50
PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51
PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52
EPILOG
53
PROLOG SEASON KEDUA
54
BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55
BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56
BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57
BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58
BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59
BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60
BAGIAN 7 : PULANG
61
BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62
BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63
BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64
BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65
BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66
BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67
BAGIAN 14 : BU NANIK
68
BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69
BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70
BAGIAN 17 : BIODATA
71
BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72
BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73
BAGIAN 20 : KASUS
74
BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75
BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76
BAGIAN 23 : TERSESAT
77
BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78
BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79
BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80
BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81
BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82
BAGIAN 28 : PETANI
83
BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84
BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85
BAGIAN 31 : TERANCAM
86
BAGIAN 32 : MENGHILANG
87
BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88
BAGIAN 34 : KI BARONG
89
BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90
BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91
BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92
BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93
BAGIAN 39 : KETAHUAN
94
BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95
BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96
BAGIAN 42 : TURNAMEN
97
BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98
BAGIAN 44 : TUMBAL
99
BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100
BAGIAN 46 : GENDANG
101
BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102
BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103
BAGIAN 49 : MARAH
104
BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105
BAGIAN 51 : RENCANA
106
BAGIAN 52 : RAHASIA
107
BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108
BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109
BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110
BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111
BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112
BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113
BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114
BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115
BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116
BAGIAN 62 : MENCEKAM
117
BAGIAN 63 : KETAHUAN
118
BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119
BAGIAN 65 : DIA
120
BAGIAN 66 : BU MEGA
121
BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122
BAGIAN 68 : DIANCAM
123
BAGIAN 69 : PARADOKS
124
BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125
BAGIAN 71 : PENGANTIN
126
BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127
BAGIAN 73 : SI KECIL
128
BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129
BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130
BAGIAN 76 : FIRASAT
131
BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132
BAGIAN 78 : KENANGAN
133
BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134
BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135
BAGIAN 81 : EMOSI
136
BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137
BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138
BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139
BAGIAN 85 : MASIH ADA
140
BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141
BAGIAN 87 : DIKUBUR
142
BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143
BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144
BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145
BAGIAN 91 : NEKAT
146
BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147
BAGIAN 93 : ALGOJO
148
BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149
BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150
BAGIAN 96 : INTEROGASI
151
BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152
BAGIAN 98 : ANEH
153
BAGIAN 99 : MISTER-X
154
BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155
BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156
EPILOG SEASON KEDUA
157
TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158
PENGUMUMAN
159
PROGRAM GIVE AWAY
160
TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161
Q n A
162
KISAH TERBARU IMRAN
163
PENGUMUMAN GIVE AWAY
164
ABOUT EXTRA PART
165
EXTRA PART 1
166
EXTRA PART 2
167
EXTRA PART 3
168
EXTRA PART 4
169
ILUSTRASI PEMERAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!