PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA

Suasana di sekolah hari ini tak semenyenangkan biasanya. Guru-guru yang biasanya sabar entah kenapa hari ini terkesan killer dan membosankan. Pada saat jam istirahat juga tidak ada yang mendatangi aku untuk sekedar ngobrol atau bermain. Pas aku yang mendatangi mereka, mereka menghindar dengan alasan mengerjakan tugas, nggak enak badan, atau alasan-alasan yang lainnya. Sepertinya teman-teman sengaja menghindar, hanya Parto yang setia menemaniku.

Di kantin sekolah hanya ada aku, Parto, dan beberapa anak lain yang tidak begitu akrab denganku.

"To, anak-anak kayaknya ngejauhin kita, deh?"

"Iya, aku juga ngerasa begitu. Tadi Zen salipan sama aku nggak nyapa."

"Juwari juga, tadi tak ajak ke kantin dia nolak. Katanya mau ngerjakan tugas agama. Padahal tugasnya masih dikumpulkan minggu depan."

"Apa mereka masih tersinggung sama kita, ya?"

"Bisa jadi. Sepi juga, ya, nggak ada mereka?"

"Iya, Im."

-------------------

Bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak berlari kegirangan menuju rumahnya masing-masing. Aku dan Parto berencana melanjutkan investigasi kami di rumpun bambu Pak Suwarno. Sengaja memilih waktu pulang sekolah, soalnya kalau pagi masih agak-agak gelap.

Aku dan Parto melompati pagar bluntas untuk sampai di bawah rumpun bambu tersebut. Kami mulai melakukan pencarian, di sekitar rumpun bambu tampak printilan-printilan benda berwarna putih. Tepat di bagian yang paling rimbun ada sebilah genting dengan abu hitam pekat di atasnya. Sepertinya genting itulah yang semalam digunakan kakek tua sebagai alas untuk membakar sesuatu.

"Im, kamu periksa sisa bakaran itu, aku periksa printilan-printilan putih ini."

"Oke."

Parto jongkok untuk memungut beberapa printilan putih yang berserakan di atas daun bambu kering sedangkan aku berjalan menuju bilah genting itu berada.

"Aiiiish!"

"Kenapa, Im?"

"Ada ular disamping genting itu!"

"Singkirkan dengan ranting ini!" teriak Parto sambil melempar ranting ke arahku. Aku mengusik ular itu dengan ranting sampai ular itu menjauh.Netraku meneliti sekeliling takut masih ada induk ular yang berkeliaran. Setelah dirasa aman dengan hati-hati ku ambil bilah genting itu dan membawanya ke tempat yang lebih terang.

"Bunga kantil, Im!" ujar Parto sambil membaui printilan putih di tangannya.

"Oh ya? Bunga kantil kan disenangi makhluk halus?"

"Iya, Im. Bagaimana dengan abu sisa pembakaran itu?" ujar Parto, aku pun segera meremas-remas sisa bakaran itu untuk memeriksa teksturnya. Sulit melacak bentuk asal suatu benda jika sudah menjadi abu seperti itu. Aku pun membaui abu bakaran tersebut, baunya sungguh sangit dan busuk. Karena nggak tahan aku sampai muntah. Parto penasaran ikut membaui abu tersebut, sama denganku ia pun muntah.

"Bau banget, Im"

"Mungkin ini bangkai atau entahlah aku nggak kuat."

"Ayo kita pulang saja. Nggak tahan aku berlama-lama di sini."

Kita pun pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah aku langsung mandi karena tak tahan dengan bau sangit tadi. Setelah mandi pun aku masih terngiang dengan bau sangit itu hingga aku melewatkan makan siang karena mual.

Sore hari Parto datang ke rumahku

"Im, gimana kalau kita cerita kepada Mbah Nur tentang penemuan kita ini. Mungkin beliau paham tentang hal-hal seperti ini."

"Oke, ayo, kita ke sana!"

Sampailah kita di rumah Mbah Nur. Kebetulan beliau baru selesai salat Asar.

"Ada apa kalian berdua ke sini?"

"Ini Mbah kami ke sini ingin menceritakan sesuatu terkait dengan teror hantu Lastri."

"Oh, ya? Silakan ceritakan!"

Kami pun menceritakan tentang hantu Lastri dan kakek tua itu.

"Kakek tua?."

"Iya, Mbah. Aku sudah melihatnya dua kali tetapi aku tidak mengenalnya. Tetapi entah mengapa setiap melihatnya mengingatkanku pada sesuatu yang tidak aku ingat."

"Kalau melihat apa yang ia lakukan di rumpun bambu itu, sepertinya dia melakukan sihir untuk meneror warga dengan hantu Lastri. Bunga kantil itu konon disukai makhluk halus, sedangkan membakar benda sangit di tempat Lastri bunuh diri itu semacam sihir untuk menakut-nakuti warga dengan penampakan hantu Lastri. Tentunya dengan mantra-mantra tertentu."

"Terus apa yang harus kita lakukan, Mbah? Menangkap kakek itu atau menghentikan teror Lastri?"

"Menangkap kakek itu tentunya sulit kita lakukan karena kemunculannya misterius dan sulit untuk membuktikan kejahatan mistik seperti ini. Sepertinya menghentikan teror Lastri yang sebaiknya kita lakukan dulu, kasian warga tidak tenang diganggu Lastri terus."

"Oke siap, Mbah. Apa yang harus kita lakukan?"

"Bagus. Mbah senang melihat kalian bersemangat seperti ini. " Kata Mbah Nur sambil mengusap kepala kami. Tiba-tiba Mbah Nur seperti terpaku dan memandang aneh kepada kita berdua.

"Apa yang ada di leher kalian berdua ini?"

[Deg]

"Eh ... eh .... Anu, Mbah."

"Apa? Mbah mau lihat?"

Aku tak bisa menolak ketika Mbah Nur memeriksa kalung yang aku gunakan.

"Astagfirullah! Apa yang kalian pakai ini?" suara Mbah Nur agak keras.

Kami berdua tertunduk, Mbah Nur terlihat syok mengetahui kami memakai jimat

"Bertahun-tahun saya mendidik murid-murid untuk menjauhi kemusyrikan, kenapa justru kalian berdua yang melakukannya?" Mbah Nur menangis tersedu-sedu. Kami berdua tak tahan untuk tidak memeluk Mbah Nur.

"Maafkan kami berdua, Mbah. Kami terlalu takut dengan Lastri sehingga kami mengabaikan nasehat Mbah."

"Iya, Le. Benda itu telah menipumu, mungkin Lastri tidak mengganggumu tapi bahaya lain mengancammu."

"Iya, Mbah. Sejak memakai jimat itu kami jadi kasar, suka berbohong, malas sholat, dan malas belajar."

"Nah. Itu yang saya maksudkan, kamu menghindari arwah Lastri tapi tanpa sadar kamu mendatangkan makhlus halus lain yang bisa meruntuhkan imanmu."

Akhirnya kami menyerahkan jimat itu ke Mbah Nur untuk dimusnahkan, entah dengan cara bagaimana kami tidak tahu, mungkin dengan cara dibuang ke laut.

Setelah menenangkan emosi, Mbah Nur memaparkan rencana-rencananya untuk menghentikan sepak terjang Lastri. Tentunya kami berdua terlibat di dalamnya. Sekitar jam empat sore kamipun pamit pulang.

Sepanjang jalan pulang aku dan Parto merasa seperti orang linglung. Kami benar-benar menyesal telah menggunakan jimat itu sehingga hari-hari kami menjadi jauh dari ajaran agama dan adab kesopanan. Teman-teman pun menjauhi kami karena tabiat kami yang kasar.Tapi ada juga sich kekhawatiran akan diganggu Lastri lagi setelah tidak memakai jimat lagi.

Memasuki malam hari, setelah salat Magrib kami berangkat ke rumah Mbah Arni untuk tahlilan bersama. Kali ini malam terasa lebih mencekam mungkin karena kepekaan indra kami sudah kembali seperti semula. Melewati rumpun bambu bersama bapak-bapak tetangga kami tak berani menoleh ke arah rumpun bambu. Kami berjalan di tengah-tengah bapak-bapak itu akan tetapi entah mengapa sepanjang jalan menuju rumah Mbah Arni, kami tidak merasa berjalan dengan bapak-bapak itu saja, seolah-olah Lastri juga ikut di antara kami. Aku dan Parto pun semakin erat bergenggaman tangan. Tapi lagi-lagi kami bisa merasakan ada tangan lain yang ikut menggenggam tangan kami, kami tak berani melihat tangan ketiga itu.

----------

Syahdu sekali acara tahlilan malam ini, hati menjadi tentram ikut mengaji dan berdoa di halaman rumah Mbah Arni. Kesan seram sudah tidak ada lagi di depan rumah Mbah Arni. Yang ada justru kedamaian dan ketenangan. Aku ingin berlama-lama doa dan mengaji di rumah Mbah Arni seakan tak ingin pulang ke rumah tetapi acara pun selesai semua warga harus pulang ke rumah masing-masing. Kami berdua menunggu ibu selesai membantu cuci piring dan pulang bersama Bapak dan Ibu.

Melewati rumpun bambu aku bersembunyi di punggung Bapak, Parto bersembunyi di pungggungku. Sedikit melirik ke arah rumpun bambu, ada putih-putih sedang berayun-ayun di pohon bambu yang tumbuh ke samping. Parto memberi kode kepadaku kalau ia melihatnya aku mengiyakan. Ketika sudah melewati rumpun bambu, aku pindah berjalan di depan bapak. Syukurlah Lastri tidak masuk ke barisan seperti tadi saat berangkat tahlilan.

"Le, kunci pintu dan tutup jendela depan! Sudah malam." Perintah Ibu dari dalam kamarnya.

"Iya, Bu." Jawabku sambil melangkah menuju pintu depan, sementara Parto bersiap ke kamar mandi.

Kukunci pintu depan dengan dua kali putaran anak kunci, anak kunci kucabut dari lubangnya kemudian akupun melanjutkan menarik gorden jendela. Saat aku akan menarik gorden tiba-tiba darahku mendesir jantungku berhenti berdetak. Betapa tidak, Lastri sedang berdiri di luar jendela dengan mata melotot ke arahku.

"Ya Allah!" pekikku.

Segera kutarik gorden dan berlari menyusul Parto.

"To, kita ambil wudu barengan saja, ya?"

"Oke"

Kami pun masuk ke dalam kamar mandi secara bersama-sama dan berwudu bergantian dengan sebuah gayung.

"To, jangan menoleh ke atas!" bisikku pada Parto.

"Ayo lari, Im!" Kamipun berlari melewati dapur menuju ruang tamu. Tak lupa kututup pintu yang pernah ditembus Lastri beberapa hari yang lalu. Ada perasaan jengah sebenarnya ketika menutup pintu itu, takutnya kepala Lastri tiba-tiba nongol dari daun pintu.

Setelah salat Isya secara bergantian seperti biasanya kami mematikan lampu templok dan ndlosor di kolong tempat tidur.

"Im tadi kamu ngeliat apa di kamar mandi?"

"Aku seperti melihat ada putih-putih bergelantungan di atas."

[Blep]

Parto secara tiba-tiba menutup mulutku dan mengarahkan wajahku ke arah pintu. Baju putih panjang sedang terbang di tengah-tengah pintu yang sengaja dibiarkan terbuka untuk mengecoh Lastri. Kutahan nafasku ketika baju putih itu masuk ke dalam dan terbang kesana kemari memeriksa isi kamar. Selama beberapa saat jantungku deg deg ser takut Lastri mengetahui persembunyian kami. Perasaanku baru lega ketika baju putih itu bergerak menuju pintu. Tapi tiba-tiba ...

[Preeeeeeeeeeeeeeet]

Parto kentut dengan suara keras, sangat bau sekali. Kucubit pahanya bukan karena baunya tapi karena baju putih terbang itu berbalik masuk ke dalam kamar kembali dan berdiri tepat di sebelah tempat tidur, kembali aku menahan napas takut diketahui Lastri.

[Cling]

Tiba-tiba baju putih itu menghilang dari pandangan. Aku beradu tatap dengan Parto dalam keremangan malam di bawah tempat tidur dengan kain seprei menjuntai ke bawah menyentuh lantai. Degup jantung ku semakin kencang menunggu detik demi detik kepastian kemanakah arwah Lastri menghilang. Jika dalam beberapa menit kain putih itu tidak muncul berarti Lastri sudah berpindah ke tempat lain dan kami bisa bernafas lega. Setiap tarikan napasku diiringi dengan doa supaya arwah Lastri tidak kembali. Waktu sedetik rasanya berlalu lama sekali dalam kondisi ketakutan dan ketidakpastian seperti itu. Sungguh menguras energi hingga keringat dingin mengalir dari pori-pori kulitku, napas terasa semakin sesak seolah menanggung beban yang berat. Iya, rasa berat di pikiranku kini seolah-olah menjadi kenyataan dan perlahan-lahan menyeruak ke fisikku yang sedang terlentang. Netraku menatap lurus ke atas

"Tidaaaaaak!"

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Ardianovich

Ardianovich

pake acara kentut segala astaga

2023-07-07

1

hanung wahyuningsih

hanung wahyuningsih

up

2023-01-01

0

Ahnafal Wafa Tsaqifa

Ahnafal Wafa Tsaqifa

ngakak ada suara preeeet..🤣😂

2022-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2 PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3 PART 3 RUMAH MBAH MI
4 PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5 PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6 PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7 PART 7 MBAH ARNI
8 PART 8 SANG PENARI
9 PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10 PART 10 ARWAH LASTRI
11 PART 11 TEROR LASTRI
12 PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13 PART 12A KETAKUTAN WARGA
14 PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15 PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16 PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17 PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18 PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19 PART 19 PRIA MISTERIUS
20 PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21 PART 21 TEMAN KECIL
22 PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23 PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24 PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25 PART 25 GEDUNG ANGKER
26 PART 26 GENDERUWO
27 PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28 PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29 PART 29 DUEL MAUT
30 PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31 PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32 PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33 PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34 PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35 PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36 PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37 PART 37 SI INDIGO
38 PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39 PART 39 JURIG LALA
40 PART 40 KISAH SEDIH LALA
41 PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42 PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43 PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44 PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45 PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46 PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47 PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48 PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49 PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50 PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51 PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52 EPILOG
53 PROLOG SEASON KEDUA
54 BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55 BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56 BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57 BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58 BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59 BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60 BAGIAN 7 : PULANG
61 BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62 BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63 BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64 BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65 BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66 BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67 BAGIAN 14 : BU NANIK
68 BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69 BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70 BAGIAN 17 : BIODATA
71 BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72 BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73 BAGIAN 20 : KASUS
74 BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75 BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76 BAGIAN 23 : TERSESAT
77 BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78 BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79 BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80 BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81 BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82 BAGIAN 28 : PETANI
83 BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84 BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85 BAGIAN 31 : TERANCAM
86 BAGIAN 32 : MENGHILANG
87 BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88 BAGIAN 34 : KI BARONG
89 BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90 BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91 BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92 BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93 BAGIAN 39 : KETAHUAN
94 BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95 BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96 BAGIAN 42 : TURNAMEN
97 BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98 BAGIAN 44 : TUMBAL
99 BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100 BAGIAN 46 : GENDANG
101 BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102 BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103 BAGIAN 49 : MARAH
104 BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105 BAGIAN 51 : RENCANA
106 BAGIAN 52 : RAHASIA
107 BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108 BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109 BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110 BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111 BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112 BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113 BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114 BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115 BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116 BAGIAN 62 : MENCEKAM
117 BAGIAN 63 : KETAHUAN
118 BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119 BAGIAN 65 : DIA
120 BAGIAN 66 : BU MEGA
121 BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122 BAGIAN 68 : DIANCAM
123 BAGIAN 69 : PARADOKS
124 BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125 BAGIAN 71 : PENGANTIN
126 BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127 BAGIAN 73 : SI KECIL
128 BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129 BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130 BAGIAN 76 : FIRASAT
131 BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132 BAGIAN 78 : KENANGAN
133 BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134 BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135 BAGIAN 81 : EMOSI
136 BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137 BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138 BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139 BAGIAN 85 : MASIH ADA
140 BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141 BAGIAN 87 : DIKUBUR
142 BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143 BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144 BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145 BAGIAN 91 : NEKAT
146 BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147 BAGIAN 93 : ALGOJO
148 BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149 BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150 BAGIAN 96 : INTEROGASI
151 BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152 BAGIAN 98 : ANEH
153 BAGIAN 99 : MISTER-X
154 BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155 BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156 EPILOG SEASON KEDUA
157 TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158 PENGUMUMAN
159 PROGRAM GIVE AWAY
160 TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161 Q n A
162 KISAH TERBARU IMRAN
163 PENGUMUMAN GIVE AWAY
164 ABOUT EXTRA PART
165 EXTRA PART 1
166 EXTRA PART 2
167 EXTRA PART 3
168 EXTRA PART 4
169 ILUSTRASI PEMERAN
Episodes

Updated 169 Episodes

1
PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2
PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3
PART 3 RUMAH MBAH MI
4
PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5
PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6
PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7
PART 7 MBAH ARNI
8
PART 8 SANG PENARI
9
PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10
PART 10 ARWAH LASTRI
11
PART 11 TEROR LASTRI
12
PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13
PART 12A KETAKUTAN WARGA
14
PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15
PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16
PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17
PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18
PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19
PART 19 PRIA MISTERIUS
20
PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21
PART 21 TEMAN KECIL
22
PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23
PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24
PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25
PART 25 GEDUNG ANGKER
26
PART 26 GENDERUWO
27
PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28
PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29
PART 29 DUEL MAUT
30
PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31
PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32
PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33
PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34
PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35
PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36
PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37
PART 37 SI INDIGO
38
PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39
PART 39 JURIG LALA
40
PART 40 KISAH SEDIH LALA
41
PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42
PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43
PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44
PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45
PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46
PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47
PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48
PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49
PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50
PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51
PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52
EPILOG
53
PROLOG SEASON KEDUA
54
BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55
BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56
BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57
BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58
BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59
BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60
BAGIAN 7 : PULANG
61
BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62
BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63
BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64
BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65
BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66
BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67
BAGIAN 14 : BU NANIK
68
BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69
BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70
BAGIAN 17 : BIODATA
71
BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72
BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73
BAGIAN 20 : KASUS
74
BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75
BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76
BAGIAN 23 : TERSESAT
77
BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78
BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79
BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80
BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81
BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82
BAGIAN 28 : PETANI
83
BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84
BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85
BAGIAN 31 : TERANCAM
86
BAGIAN 32 : MENGHILANG
87
BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88
BAGIAN 34 : KI BARONG
89
BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90
BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91
BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92
BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93
BAGIAN 39 : KETAHUAN
94
BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95
BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96
BAGIAN 42 : TURNAMEN
97
BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98
BAGIAN 44 : TUMBAL
99
BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100
BAGIAN 46 : GENDANG
101
BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102
BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103
BAGIAN 49 : MARAH
104
BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105
BAGIAN 51 : RENCANA
106
BAGIAN 52 : RAHASIA
107
BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108
BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109
BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110
BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111
BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112
BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113
BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114
BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115
BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116
BAGIAN 62 : MENCEKAM
117
BAGIAN 63 : KETAHUAN
118
BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119
BAGIAN 65 : DIA
120
BAGIAN 66 : BU MEGA
121
BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122
BAGIAN 68 : DIANCAM
123
BAGIAN 69 : PARADOKS
124
BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125
BAGIAN 71 : PENGANTIN
126
BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127
BAGIAN 73 : SI KECIL
128
BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129
BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130
BAGIAN 76 : FIRASAT
131
BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132
BAGIAN 78 : KENANGAN
133
BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134
BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135
BAGIAN 81 : EMOSI
136
BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137
BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138
BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139
BAGIAN 85 : MASIH ADA
140
BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141
BAGIAN 87 : DIKUBUR
142
BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143
BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144
BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145
BAGIAN 91 : NEKAT
146
BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147
BAGIAN 93 : ALGOJO
148
BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149
BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150
BAGIAN 96 : INTEROGASI
151
BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152
BAGIAN 98 : ANEH
153
BAGIAN 99 : MISTER-X
154
BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155
BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156
EPILOG SEASON KEDUA
157
TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158
PENGUMUMAN
159
PROGRAM GIVE AWAY
160
TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161
Q n A
162
KISAH TERBARU IMRAN
163
PENGUMUMAN GIVE AWAY
164
ABOUT EXTRA PART
165
EXTRA PART 1
166
EXTRA PART 2
167
EXTRA PART 3
168
EXTRA PART 4
169
ILUSTRASI PEMERAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!