Setelah mendapat libur selama satu hari, seluruh kelas 3 SMAN 1 Jakarta kembali masuk sekolah. Pagi ini, makalah mengenai study tour yang telah mereka buat pun dikumpulkan pada penanggung jawab kelas masing-masing.
Mendapat tugas seperti itu, Giselle dan Lili menagih makalah tersebut, seperti seorang guru kedua gadis itu berdiri di depan kelas, lalu meminta semua teman-temannya untuk mengumpulkan tugas itu. Meletakkannya di atas meja.
"Ayo cepat, sebelum kita ke lapangan, makalah harus sudah dikumpulkan," ucap Giselle dengan suaranya yang menggema di dalam kelas tersebut.
Kini mereka semua menggunakan seragam olahraga, sebentar lagi pak Basuki yang merupakan guru olahraga, pasti akan meneriaki mereka untuk berkumpul di lapangan.
Dan bagi siapa saja yang terlambat, pasti akan mendapat hukuman dari lelaki paruh baya itu. Karena pak Basuki dikenalnya guru yang sangat on time.
Saat semua makalah itu sudah terkumpul di atas meja. Giselle dan Lili membaginya menjadi dua, lalu membawanya ke ruang guru tepatnya di meja Bu Maryani, selaku ketua study tour kemarin.
Setelah itu, barulah mereka cepat-cepat melangkah ke lapangan. Di sana teman-temannya sudah berkumpul, sementara pak Basuki terlihat berjalan di belakang mereka berdua.
Alhamdulillah. Giselle dan Lili mengusap dada kompak, merasa lega. Pasalnya mereka berdua sering mendapat hukuman memutari lapangan sebanyak 3 kali, alasannya karena datang terlambat, ketahuan pergi ke kantin pada saat jam olahraga baru saja dimulai, atau bersembunyi di toilet saat siswa yang lain melakukan pemanasan.
Dan yang lain sudah hafal dengan sifat kedua gadis pemberani ini, pemberani dalam membuat masalah maksudnya.
Semua kelas 3 E berbaris di lapangan untuk melakukan pemanasan. Seperti biasa, Giselle dan Lili akan mengambil posisi di urutan paling belakang. Karena bagi kedua gadis itu, pelajaran olahraga adalah pelajaran yang paling membosankan.
Mereka harus bergerak, praktek ini dan itu. Keduanya menghembuskan nafas. "Hah, malas," ucap mereka berdua serentak.
Namun, kali ini pak Basuki memberi perhatian lebih pada Giselle dan Lili, semenjak kedua gadis itu berubah, dia tidak perlu berteriak yang membuat darah tingginya kumat, atau meminta bantuan Bu Tuti untuk memberi peringatan pada kedua gadis bar-bar itu,
"Giselle, Lili sini, kalian temani Bapak di depan." pintanya.
Pak Basuki memang kerap meminta beberapa siswa untuk menemaninya, dan hari ini, dia ingin Lili dan Giselle yang maju ke depan.
Pak Basuki melambai meminta kedua gadis itu mendekat. Melihat itu, Giselle dan Lili saling pandang, Lili menggeleng kecil, jangan mau, gadis itu memberi isyarat dengan menggunakan tatapannya.
Dan Giselle langsung mengerti akan kode itu. Ikatan batin mereka memang sangat kuat.
"Yah, kenapa harus kita, Pak? Nggak yang lain aja? Kita nggak terlalu hafal gerakannya lho," protes Giselle dengan mimik wajah memelas disertai alibi. Berharap pak Basuki mengurungkan niatnya, dan mereka tidak perlu memimpin di depan sana.
"Tidak, bapak maunya kalian berdua, cepat kemari, kasian yang lain sudah menunggu," ucap Pak Basuki tak menerima protes, pasti ini hanya akal-akalan dua gadis itu.
Giselle dan Lili mendesah kecil, karena sepertinya perintah pak Basuki tidak bisa dibantah. Lantas dengan malas-malasan mereka berjalan ke depan, untuk memimpin senam pemanasan.
Giselle tidak tahu, bahwa dari atas sana, ada sepasang mata yang senantiasa memperhatikan gerak-geriknya. Di kelasnya, tepat di lantai dua, dari jendela Gala menatap ke arah lapangan. Di mana future wifenya berada.
Dia mengulum senyum kecil, melihat dengan jelas Giselle yang bergerak tidak sesuai dengan instruksi pak Basuki, dia malah bergerak sesuai kehendaknya sendiri, membuat semua teman-temannya bingung.
"Dia menggemaskan sekali," gumam Gala, dia menggigit pulpen yang ada di tangannya, membuat Anjas yang duduk di samping lelaki itu menatap Gala aneh, sedari tadi sahabatnya itu hanya senyam-senyum. Tanpa peduli pada guru yang sedang menerangkan di depan sana. Anjas jadi penasaran.
Anjas menyikut lengan Gala, hingga lelaki itu menjatuhkan pulpennya dan berakhir menoleh. "Apa sih?" tanya Gala dengan gerakan bibir, tanpa suara.
Anjas menunjuk guru yang tengah berdiri di depan kelas menggunakan ekor matanya. Supaya Gala sadar, kalau papan tulis itu ada di depan sana, bukan di luar jendela.
"Ehemmm.... Gala, Anjas," Bu Rima yang merupakan guru kimia berdehem, karena melihat Anjas dan Gala tidak memperhatikannya.
Tersadar, Gala langsung mengambil pulpennya cepat-cepat, dan kedua remaja itu kembali mencatat pelajaran yang tertulis di papan tulis. Gala merasa bodoh sendiri, karena melupakan dirinya ada di mana, dan sedang apa.
Namun, kebodohan itu justru dia nikmati, karena matanya kembali menatap ke luar jendela, dan beruntungnya Giselle masih ada di sana, gadis itu tengah mendribble bola basket untuk di masukan ke dalam ring.
Gala memperhatikannya dengan seksama, bahkan tangannya terkepal seolah memberi semangat pada gadis itu, Giselle berlari semakin mendekat menuju tiang ring, begitu sampai dia meloncat dan langsung melempar bola.
Masuk!
"Gollll!!!!!" teriak Gala tanpa sadar, hingga membuat satu kelas itu langsung melayangkan tatapan mata mereka ke arah Gala. Si ketua OSIS, untuk pertama kalinya membuah ulah di tengah pelajaran yang sedang berlangsung.
"Gala!" teriak Bu Rima, dia sangat tidak suka ada yang membuat ulah di kelasnya. Dan anehnya, orang itu adalah Gala.
Anjas langsung menyikut kembali lengan Gala, dan pada saat itu juga Gala menoleh, dia melihat semua orang tengah menatap ke arahnya, dia meneguk ludahnya kasar, wajahnya berubah kikuk, apalagi saat melihat tatapan Bu Rima yang menungkik tajam.
"Kamu Ibu hukum, karena membuat keributan di kelas." pungkas Bu Rima. "Dan sekarang kamu keluar, sapu halaman sekolah sampai bersih!" sambungnya sambil menunjuk ke arah pintu, memberi perintah agar Gala keluar, dan tidak perlu mengikuti pelajarannya.
Gala tak mampu berbuat apa-apa, protes pun rasanya dia tidak bisa, karena dia memang salah. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu bangkit untuk keluar dari kelas dan menerima hukuman.
"Hah, untuk pertama kalinya aku dihukum, dan semua ini gara-gara kamu, Sel. Aku tidak akan melupakan ini semua," gumam Gala dengan mendesah kecil, dia menutup pintu kelas, dan mulai berjalan malas ke arah halaman.
Kenapa pula halaman sekolah ini selalu kotor, gerutunya tidak habis-habis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Eka Chusnul Msi
baru kali ini ketos dapat hukuman 🤣🤣🤣
2024-04-29
0
Sadiah Suharti
semangat nyapu nya gala...😂
2024-04-02
1
Mukmini Salasiyanti
krn
..
disana tumbuh pohon, babang...
ada juga pohon cintamu.....
aaaaaa😄
co cweettttttt
2024-01-15
0