Di lapangan itu, setelah mereka menyelesaikan membuat kerajinan batik, dua sejoli itu kembali bercengkrama, sambil menunggu yang lain menyelesaikan tugas mereka.
Bahkan keduanya beradu jari kelingking, saat berjanji untuk tidak saling meninggalkan. "Gala harus janji sama Giselle walaupun nanti kita udah lulus, kita nggak bakal saling lupa, dan terus bertukar kabar." Jelas Giselle dengan mimik wajah sungguh-sungguh.
Kini sudah kelas 3, rasanya hari perpisahan itu akan semakin dekat. Sama seperti dirinya yang memiliki cita-citanya sendiri, Giselle pun yakin, Gala juga seperti itu. Memiliki cita-cita yang ingin dia capai juga.
"Dan bertukar perasaan?" Goda Gala, membuat pipi gadis itu merona seketika, dia segera melepas kasar tautan jari kelingking mereka, dan menutupi rona di wajahnya. Kedua pipi itu mendadak terasa panas.
"Gala apaan sih? Kan aku jadi malu." Giselle mengerucutkan bibirnya, padahal hatinya tengah berbunga-bunga, dengan debaran dada yang menggila. Hanya saja, dia sedang berusaha untuk menutupinya.
"Emangnya kamu bisa malu ya? Perasaan enggak tuh." Gala lagi-lagi menggoda gadis itu, dengan mencolek pucuk hidung Giselle, mengingat selama ini gadis itu mengejar-ngejar dirinya, tanpa rasa gengsi apapun.
Tingkat kepercayaan diri gadis itu tidak diragukan lagi. Dan Gala mengakui itu.
Diperlakukan seperti itu, Giselle semakin dibuat salah tingkah, Gala yang selalu merasa gemas mengacak-ngacak rambut Giselle hingga berantakan.
"Ihhh, Gala! Rambut aku kan jadi rusak, nanti nggak cantik lagi." Merasa tak terima gadis itu pun membalas Gala, dia mengacak-ngacak rambut lelaki itu, hingga akhirnya mereka tergelak bersama.
Kebisingan itu tak terlalu banyak mengundang perhatian, karena rata-rata yang lain juga sudah selesai melakukan tugas, dan berganti mengobrol dengan teman di sebelah mereka masing-masing.
Kecuali satu, gadis bernama Arumi itu terus menatap lurus ke arah Giselle dan Gala, api dalam hatinya berkobar hebat, otak piciknya mulai berjalan untuk memberi pelajaran pada Giselle. Berharap dengan dia melakukan hal itu, Giselle tidak bisa dekat-dekat lagi dengan Gala, lelaki pujaannya.
Usman yang melihat tatapan Arumi pada Gala dan Giselle itu, lantas menyikut lengan Roby. Maklum saja, kedua remaja itu yang tidak memiliki pasangan di sini, hingga akhirnya mereka selalu berdua.
"Ish, apaan si, Man? Lihat, batikku jadi rusak gara-gara kamu!" Cetus Roby kesal, karena bentuk yang sedang dia gambar malah rusak gara-gara sikutan Usman.
"Hehe, ya sorry." Usman nyengir dengan wajah menyebalkan, "eh tapi kamu lihat deh, Rob. Dari tadi si Arumi lihatin Gala sama Giselle terus lho. Merongos gitu mukanya." Sambungnya sambil menunjuk gadis berambut sebahu itu.
Ikut penasaran, Roby pun melihat ke arah Arumi. "Ya biasa, palingan dia patah hati liat Gala sama Giselle deket. Makanya nggak usah cinta-cintaan lah, ribet!"
Usman manggut-manggut, membenarkan ucapan Roby. "Iya ya Rob, eh tapi kita jomblo bukan karena nggak laku kan?"
Mendengar itu, Roby menoyor kepala Usman. "Ya kagak lah, mana ada cowok terpopuler seantero jagad raya kagak laku, kita ini hanya disuruh menunggu, karena yang berkualitas itu dibeli dengan harga yang mahal."
"Oh begitu. Tapi apa maksud dari perkataan kamu itu, Rob?"
"Haish, pikir sendiri saja lah, nggak ada gunanya aku ngomong sama kamu. Batikku jadi nggak selesai-selesai." Roby menggerutu karena Usman tidak nyambung untuk diajak bicara. Dia malah dibuat semakin kesal oleh sahabatnya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sebelum kembali ke wisma, para siswa SMAN 1 diberi kesempatan untuk membeli oleh-oleh di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kota tersebut.
Di sana, banyak menjual aneka makanan khas Bogor, serta pernak-pernik yang dibeli, sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah.
Lili dan Anjas berantusias untuk membeli baju couple dengan bentuk hati yang terpisah, dan bisa bersatu saat Lili dan Anjas berdampingan. "Ah, lucu!" Pekik Lili girang. Dan dibenarkan oleh Anjas.
Pemandangan menggemaskan itu disaksikan oleh Gala dan Giselle, keduanya hanya bisa mengulum senyum sambil geleng-geleng kepala, lalu melanjutkan langkah untuk mencari oleh-oleh bersama.
Hingga netra Gala melihat sebuah toko pernak-pernik, Gala menghentikan langkahnya, kini lelaki itu yang berinisiatif, dengan menarik Giselle untuk mendekat ke arah toko tersebut.
"Gala kita mau kemana?" tanya Giselle mengikuti langkah lebar lelaki tampan itu.
"Nanti kamu akan tahu." Gala terus menggenggam tangan Giselle hingga mereka berdiri tepat di sebuah toko pernak-pernik yang menjual banyak sekali aksesoris.
"Kamu mau beli sesuatu?" tanya Giselle dan langsung dijawab anggukan oleh Gala.
Tangan lelaki itu tiba-tiba meraih sebuah gelang couple dengan warna yang tak terlalu mencolok. Dia meraih tangan Giselle, dan memakaiannya di tangan gadis itu.
"Gala?" Giselle yang merasa terkejut hanya bisa melebarkan bola matanya menatap Gala.
"Aku juga mau beli barang couple sama kamu. Memangnya tidak boleh?"
Satu gelang itu sudah terpasang di tangan Giselle, kini giliran Gala yang meminta gadis itu untuk memakaikan gelang di tangannya.
"Cih, kamu nggak mau kalah sama Anjas dan Lili?" Tebak Giselle.
"Iya, aku kan ketua OSIS, masa aku kalah sama anggota aku," ucap Gala mengingatkan siapa dirinya, seseorang yang memiliki kuasa.
Mendengar itu, Giselle hanya mendengus.
Hingga akhirnya dua pasang gelang itu, melingkar sempurna di tangan Gala dan Giselle, keduanya terus memandang lekat barang couple pertama mereka, dengan uluman senyum tak habis-habis.
Ah, ini menggemaskan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sudah tak tahan dengan segala kekesalan di hatinya. Arumi benar-benar memikirkan sebuah cara untuk membuat Giselle malu. Gadis itu tidak boleh dibiarkan lama-lama berada di dekat Gala. Batin Arumi merutuk.
Dan tepat saat makan malam, tiba-tiba Arumi sengaja mengatakan pada semua teman-temannya, bahwa Giselle itu selalu godain Gala, makanya Gala sekarang jadi dekat dengan Giselle.
Namun, teman-temannya yang sudah mengenal, bahkan hafal dengan sifat Giselle, tidak peduli dengan ucapan Arumi, mereka tahu bagaimana Giselle mengejar Gala selama ini, waktu dua tahun itu bukan waktu yang sebentar.
Kalau memang akhirnya Gala luluh, bukankah artinya Giselle berhasil?
"Heuh, lagian udah nggak aneh. Giselle kan emang genit dari awal masuk juga, kamunya aja kali yang cemburu lihat kedekatan mereka," celetuk salah satu siswa yang dikenal sebagai ratu gosip, dan sangat ceplas-ceplos itu.
Mendengar itu, Arumi merasa tidak punya muka, dia mengepalkan tangannya kuat, dan berlalu begitu saja dari sana. Niat hati ingin membuat Giselle malu, kini justru dirinya yang dipermalukan.
"Ups, sorry keceplosan," sambung gadis itu sambil terkekeh. Melihat wajah Arumi yang memerah, dia yakin tebakannya pasti benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Zieya🖤
hahahahaha
2023-05-19
0
Ney maniez
🙄🙄😲🤭
2023-05-03
0
Zahraa
dejavu
2023-04-24
0