Giselle memutuskan untuk mengamati perubahan sang sahabat sebelum bertanya secara langsung.
Menerka-nerka kira-kira apa yang membuat Lili berubah jadi menyebalkan seperti itu. Wajahnya di tekuk dan hanya menjawab pertanyaannya dengan singkat-singkat, bahkan lebih sering menghabiskan waktu dengan ponselnya.
Saat jam istirahat kedua Anjas, Giselle dan Lili kembali bertemu untuk belajar bersama. Tapi bukan di Perpustakaan, melainkan di taman belakang.
Saat belajar bersama itu diam-diam Giselle terus melirik ke arah Lili, melihat Lili yang menatap tajam Anjas, tapi yang ditatap tidak sadar, tetap fokus menjelaskan ini dan itu.
Padahal Giselle dan Lili benar-benar tidak memperhatikannya. Giselle sibuk memikirkan perubahan Lili sementara Lili sibuk menerka perasaan Anjas.
"Kalian paham tidak?" tanya Anjas setelah selesai menjelaskan.
"Paham apa nya?" tanya Giselle dan Lili bersamaan, namun Lili langsung mencebik saat menyadari ucapannya dengan Giselle sama.
Mendengar jawaban kedua gadis ini, Anjas langsung menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan.
Sabar Anjas, sabar. Batin Anjas, menenangkan dirinya sendiri.
Lalu tanpa memperdulikan Giselle dan Lili, Anjas langsung mencatat beberapa soal di dalam kertas kosong.
"Ini kerjain! besok aku cek!" titah Anjas, ia menyerahkan kertas itu dengan menggebrak meja.
Giselle dan Lili sampai terkejut dibuatnya, kedua gadis ini bahkan kompak memegangi dadanya, merasakan deta jantungnya semakin cepat gara-gara kaget.
Hingga pulang sekolah, Lili masih belum nampak berubah. Ia masih dingin seperti kulkas yang bisa jalan.
Namun kini Giselle mulai tahu apa alasan sang sahabat berubah seperti itu, pasti karena kemarin Anjas mengusap-usap kepalanya. Nampak jelas oleh Giselle jika Lili terus menatap Anjas dengan kesal, lalu memperlakukannya dengan semena-mena juga.
Jadi yang sedang membuat Lili kesal adalah dirinya dan juga Anjas.
"Li, jodoh siapa yang atur?" tanya Giselle, kini kedua gadis ini sudah duduk berdampingan di dalam Bus. Bus yang akan membawa mereka menuju halte yang tak jauh dari rumah mereka. Dari halte Bus, mereka tinggal masuk ke dalam gang dan sampailah ke rumah mereka masing-masing.
"Allah yang ngatur, tapi kita harus berusaha," jawab Lili ketus.
"Usaha boleh, tapi jangan nyalahin takdir tuhan."
"Maksudmu?" tanya Lili, kini ia mulai menatap sang sahabat. Setelah sedari kemarin ia enggan untuk menatap Giselle.
"Aku sukanya sama Gala, tapi Gala sukanya sama Arumi. Terus aku gimana? ya udah, ikhlasin aja nggak sih?" tanya Giselle, sementara Lili hanya diam. Masih mencerna satu per satu ucapan sang sahabat.
"Tapi aku bukan Arumi, aku nggak bakalan mau sama laki-laki yang disukai juga sama sahabatku," timpal Giselle, karena Lili hanya diam.
Namun mendengar ucapan Giselle itu, Lili perlahan mulai mengukirkan senyumnya. Kini ia tahu kemana arah pembicaraan Giselle.
Ya, meskipun Anjas menyukai Giselle, Giselle tidak akan mau menerima Anjas, karena Giselle tau jika dia menyukai Anjas.
"Maafkan aku," ucap Lili dan Giselle pun menganggukkan kepala nya. Lili memang salah, sudah meragukan kesetiannya sebagai sahabat.
Mereka terus bicara dari hati ke hati. Bersepakat jika laki-laki manapun tidak akan ada yang bisa menggoyahkan persahabatan mereka, termasuk Gala dan Anjas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari berlalu, kali ini Giselle dan Lili masih berangkat pagi-pagi untuk menyapu taman belakang. Berbeda seperti kemarin yang diam-diaman, kini kedua gadis ini terus saling bertukar canda dan tawa.
Menyapu taman sekolah jadi hukuman yang paling menyenangkan bagi mereka berdua.
"Dari pada nyapu WC kan?" tanya Giselle dan makin tergelak lah kedua sahabat ini.
Tawa mereka mereda saat melihat Anjas mendatangi mereka dengan tatapan yang entah. Seperti tatapan bu Tuti.
"Tugas kalian dari ku sudah dikerjakan belum?" tanya Anjas dengan suaranya yang dingin. Dia sudah siap marah jika sampai Giselle dan Lili tidak mengerjakannya. Lebih baik mengerjakan dan salah daripada tidak sama sekali.
"Tugas? tugas yang mana?" tanya Lili cengo, pun Giselle yang menatap penuh tanya pada Anjas.
Giselle dan Lili melupakan kertas catatan soal yang diberikan Anjas kemarin. Boro-boro mengerjakannya, mereka bahkan tidak membawa kertas itu pulang. Giselle kira Lili yang mengambilnya dan Lili pun mengira jika Giselle yang mengambilnya.
"Tugas yang mana?!" tanya Anjas, kini suaranya meninggi dan bicara dengan nada geram. Sementara Giselle dan Lili saling menyenggol lengan, menyalahkan satu sama lain.
"Kalian ini bener-bener harus di jewer ya biar ngerti?!" ancam Anjas, ia hendak menarik telinga kedua gadis ini namun dengan cepat Giselle dan Lili berlari. Kejar-kejaran pun tak bisa dihindarkan.
Dua lawan satu dan tentu saja Anjas kalah.
"GISELLE!"
"LILI!!"
Pekik Anjas dengan kekesalannya yang membuncah. Mereka terus saling mengejar sampai tak sadar jika di ujung taman Gala memperhatikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Eti Alifa
sumpah baca senyum2 sendiri😁
2024-04-18
1
Mukmini Salasiyanti
noh...
babang gala..
jealouy gak loe???
rasakan.......
hahahihihi
2024-01-15
0
Suriani Lahusi Lajahiti
kocak banget😆😆😆
2023-12-30
0