"Aku minta maaf, aku sudah bicara kasar padamu," ucap Gala. Dia tidak menjawab pertanyaan Giselle yang bertanya harus menganggap Anjas seperti apa, tapi Gala malah mengucapkan permintaan maafnya.
Giselle yang mendengar permintaan maaf itu pun juga lupa apa yang ia tanyakan tadi, apalagi saat melihat Gala yang menatapnya lekat dengan tatapan uang entah.
Membuat hatinya kembali berdebar tidak beraturan. Secepat yang Giselle bisa ia segera mengalihkan pandangannya, menatap asal ke sembarang arah asalkan jangan kedua netra yang membuatnya mabuk kepayang itu.
"Aku… aku juga minta maaf, selama ini aku selalu mengganggumu," balas Giselle setelah menelan ludahnya dengan susah payah.
Seketika suasana jadi canggung diantara mereka berdua. Setelah saling mengucapkan kata maaf, kini mereka sama-sama bingung harus bicara apa lagi. Selema ini mereka memang tidak memiliki hubungan yang jelas. Giselle tidak pernah menganggap Gala sebagai temannya pun Gala yang tidak pernah menganggap Giselle sebagai teman.
Jadi bingung harus bicara apa lagi.
Suasana canggung itu buyar saat terdengar pintu ruangan terbuka, bu Tuti kembali masuk setelah sedari tadi menguping di depan pintu. Terdengar tidak ada lagi keributan dan pembicaraan, ia memutuskan untuk masuk.
"Bagaimana? kalian sudah baik kan?" tanya bu Tuti, kini ia sudah kembali duduk di kursinya, menatap secara bergantian Gala dan Giselle yang sekarang mendadak jadi pendiam.
"Jawab! ditanya malah diem," ucap bu Tuti lagi membuat Giselle kembali mencebik, bu Tuti ini selalu saja marah-marah seperti itu.
"Kami memang tidak pernah bermusuhan Bu, hanya salah paham." Gala yang menjawab, mewakili Giselle yang malah cemberut.
"Ya sudah, ibu tidak mau lagi lihat kalian membuat keributan di sekolah ini. Apalagi kamu Gala, ingat statusmu itu ketua OSIS, kamu harus jadi panutan untuk teman-temanmu yang lain."
"Baik Bu, maafkan saya," jawab Gala.
Setelahnya Giselle dan Gala keluar dari ruangan bu Tuti, lalu keluar dari ruangan guru dan disambut oleh teman-temannya.
Sedari tadi Lili, Anjas, Robby dan Usman masih menunggu mereka berdua di depan ruangan guru, menunggu dengan was-was Gala dan Giselle mendapatkan surat peringatan.
"Alhamdulilah," ucap Lili dan ketiga murid laki-laki itu saat melihat Gala dan Giselle keluar dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun, bahkan tidak ada lecet-lecet bekas pukulan penggaris bu Tuti.
Tapi ada yang aneh dimata mereka berempat saat melihat Gala dan Giselle secara bersamaan, terlihat jelas jika mereka malah saling saling mendiami. Seolah canggung harus bagaimana.
"Kalian kenapa? keluar dari ruangan bu Tuti malah aneh begitu?" tanya Usman dan diangguki oleh yang lain, termasuk Lili.
"Aneh bagaimana? sudahlah ayo ke kelas, sebentar lagi jam istirahat habis, ayo Sell," ajak Gala pada Gadis yang berdiri disampingnya ini, mengajak dengan canggung.
"Hum," jawab Giselle sekenanya.
Dan Gala pun memimpin jalan untuk pergi dari sana. Lalu Giselle dan Lili berjalan di barisan paling akhir, mereka sengaja jalan lamban hingga jarak itu semakin jauh.
"Apa yang terjadi?" tanya Lili ketika keadaan sudah aman. Gala, Anjas, Usman dan Robby sudah jauh di depan mereka.
Sebelum menjawab, Giselle membuang nafasnya dengan berat, seolah beban hidupnya sungguh banyak.
"Entahlah, pokoknya aku dan Gala sudah saling memaafkan tapi ..."
"Tapi kenapa?" tanya Lili cepat, karena Giselle malah menggantung ucapannya.
"Entahlah, aku merasa malah ada yang hilang, bukannya semakin baik, aku malah merasa hubunganku dengan Gala akan semakin jauh seperti ada dinding pembatas," jelas Giselle.
Dan waktu berlalu persis seperti ucapan Giselle itu. Setelah keluar dari ruangan bu Tuti hingga 2 minggu berlalu hubungan Giselle dan Gala malah semakin dingin. Tidak ada pertengkaran memang, tapi malah keduanya tidak saling sapa. Seolah menghindari satu sama lain.
Bingung harus bagaimana membuat keduanya sama-sama menjauh.
Dan keadaan itu dimanfaatkan baik oleh Arumi. Siswi pindahan dari Bandung yang diam-diam menyukai Gala ini pun mengambil kesempatan, membuat celah diantara Gala dan Giselle semakin membentang jauh.
Membuat Giselle akhirnya kembali fokus untuk belajar bersama Anjas dan Lili. Rutinitasnya setiap hari selalu sama, seperti itu itu saja. Pagi datang ke sekolah, masuk jam pertama, istirahat pertama makan di kantin, masuk jam kedua, istirahat kedua belajar bersama Anjas dan Lili, lalu masuk di jam ketiga dan terakhir pulang, naik Bus, sampai rumah, besok sekolah lagi, terus seperti itu sampai kini Giselle dan Lili agak pintar.
Di kelas E, kini Giselle dan Lili jadi pusat mencontek teman-temannya. Giselle dan Lili bangga-bangga saja, bahkan membuat layanan mencontek gratis.
Sampai akhirnya saat ada ujian biologi, jawaban semua murid di kelas 3 E terbelah jadi 2 macam, tipe Giselle dan Lili.
Hanya melihat saja Bu Maryani tahu jika murid-muridnya saling mencontek.
Marah? tentu saja bu Maryani sangat marah, lebih baik mereka mengerjakan sendiri dan salah daripada mencontek seperti ini.
Dan gara-gara ujian biologi itu, semua murid di kelas 3 E mendapatkan hukuman. Menjadi petugas upacara selama 1 bulan, itu artinya selama 4 kali berturut-turut mereka terus petugasnya.
Giselle dan Lili kini di panggil bu Tuti ke ruang BK.
Bu Tuti menghela nafasnya pelan sebelum mulai bicara, rasanya sungguh bosan selalu bertemu dengan Giselle di ruangan ini, karena Giselle lah yang paling sering.
"Ya Allah," ucap bu Tuti seraya mengelus dadanya, mencoba tenang dan sabar.
"Pinter salah, nggak pinter salah. Pemberi contekan dan yang mencontek itu sama-sama salah, ngerti nggak?"
"Ngerti Bu," jawab Giselle dan Lili lirih. Menjawab dengan kompak.
"Terus kenapa kalian memberikan contekan untuk semua teman sekelas kalian? biar dikira pahlawan?!"
"Maaf Bu, kami khilaf," balas Giselle.
Sebuah jawaban yang membuat kepala bu Tuti langsung berdenyut, pening.
"Ibu sampe pusing mau hukum kalian seperti apa lagi."
"Kalau gitu jangan di hukum Bu, kami juga bosen di hukum terus," jawan Lili dengan suaranya yang memelas dan makin berdenyut lah kepala bu Tuti.
"Astagfirulahalazim, Astagfirulahalazim," ucap bu Tuti, beristigfar. Seminggu lalu darah tingginya kumat, dia tidak mau marah-marah lagi saat ini.
"3 hari lagi kan kalian bakal studi tour ke Bogor, kalian yang jadi penanggung jawab di kelas 3 E ya?" tawar bu Tuti dengan suaranya yang pelan, tak ada lagi bentak membentak.
Dan Giselle dan Lili yang mendengar itu langsung menangis di dalam hatinya. Penanggung jawab memiliki banyak sekali pekerjaan, memeriksa kelengkapan anggota, memastikan semuanya sehat dan mengikuti kegiatan dengan baik dan masih banyak lagi, waktu main-main mereka di sana akan semakin berkurang.
Jika boleh rasanya Giselle dan Lili saat ini ingin sekali menolak tawaran bu Tuti itu. Tapi mereka tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan bu Tuti. Karena surat peringatan yang akan dikirim pada kedua orang tua mereka sudah menghantui.
"Kalian kan sudah pintar, pasti bisa jadi penanggung jawab," sindir bu Tuti.
Dan makin merana lah hidup Giselle dan Lili. 3 hari lagi SMAN 1 Jakarta seluruh kelas 3 dari kelas A sampai E akan melakukan kunjungan ke sekolah SMAN 1 di Bogor. Semua murid kelas 3 di wajibkan ikut sebagai kegiatan terakhir mereka di sekolah ini. Mereka di sana selama seminggu, mirip studi tour besar-besaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Zhastrias
😂😂😂😂😁😁😁lili dan giselll
2024-02-10
1
Mukmini Salasiyanti
wowwww
bravo!!!!!
2024-01-15
0
Riyu
😂😂😂
2023-12-22
0