Asmara Di Usia 17 Tahun
“Giselle Arindra, sini!” titah sang ibu pada anak gadisnya, Giselle.
Sebelum berangkat sekolah Saras harus mengingatkan hal penting pada anak perempuannya ini.
Giselle yang dipanggil langsung memutar badan, dengan bibir mengerucut ia kembali menghampiri sang ibu.
“Apa sih Bunda, Giselle udah mau telat nih,” jawabnya dengan bibir mencebik, ia bahkan memeriksa jam di pergelangan tangan kirinya, jam 7 pagi.
“Dengerin bunda ngomong.”
“Hum.”
“Sekolah yang bener, belajar, belajar, belajar! Jangan kerjaannya ngejar siswa yang ganteng aja!”
Giselle makin mencebik.
“Pas SD dari kelas 1 sampe kelas 6 kamu ngintilin Septian terus, sampai tidak naik kelas. SMP anaknya pak Mamat kamu taksir, nguber sampe bolos-bolos sekolah. Tobat Giselle, tobat! Ini hari pertama kamu injek kali di sekolah SMA, jangan ngincer-ngincer cowok lagi, BELAJAR!” ucap Saras dengan kekesalan yang membuncah, bahkan napasnya memburu seperti banteng yang siap menyerbu.
“Ngerti nggak!”
“Iya Bunda.
“Jangan Iya iya aja!”
“Iya Bundaa,” jawab Giselle pasrah. Sang kakak yang bernama Gilang pun hanya terkekeh, lalu melewati keduanya begitu saja.
“Yasudah sana berangkat!” titah Saras.
Dan Giselle mengangguk, lalu segera kembali mendatangi mobil sang ayah yang sudah menunggu. Sementara kakaknya kuliah menggunakan sepeda motor.
“Loh Sell, katamu ikatan rambutnya dibuat 5, kok itu ada 6?” tanya pak Bambang, ayah Giselle.
Pak Bambang ayah Giselle adalah seorang seorang PNS ( Pegawai Negeri Sipil) di Dinas Pertanahan Jakarta.
Pak Bambang menatap si anak gadis yang kini seperti ondel-ondel, rambut diikat banyak, memakai kalung kardus yang diisi data diri, juga kaos kaki panjang seperti pemain sepak bola.
“Yang satu bonus Yah, kali aja ada kakak senior tampan,” jawab Giselle, ingat cowok tampan ia jadi lupa pesan ibunya barusan.
Sementara pak Bambang langsung memasang wajahnya yang datar.
Wes angel, batin pak Bambang.
Sebelum menuju sekolahnya langsung, Giselle menjemput sang sahabat, Liliana Sanjaya, Lili yang rumahnya tak jauh dari rumah Giselle.
Lalu bersama-sama pergi ke sekolah untuk mengikuti kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) atau masa pengenalan sekolah.
Datang paling awal, Giselle dan Lili memasang matanya tajam-tajam, memindai setiap siswa yang datang. Menilai ketampanannya dan memilih mana yang akan kelak menjadi suami idaman mereka.
Kata orang-orang masa SMA adalah masa-masa yang paling indah. Cinta semasa SMA akan diingat seumur hidup, bahkan suami idaman pun katanya ditemukan di masa SMA.
Kata-kata orang itulah yang kini di yakini oleh Giselle dan Lili. Memanfaatkan sebaik mungkin masa terindah mereka.
“Cup! Yang itu punyaku!” ucap Giselle setelah ia menemukan incarannya. Menunjuk gemas seorang siswa yang baru saja masuk ke dalam sekolah. Lili pun mengikuti arah telunjuk Giselle dan melihat seorang pria tampan di sana.
Perpaduan antara Septian dan anaknya pak Mamat.
“Busyet! Ganteng banget, kamu emang paling pinter Sell masalah pilih memilih.”
“Iya dong, pokoknya itu cup punyaku!” putus Giselle dengan percaya diri. Bahkan berjingkrak-jingkrak saking gemasnya.
Pria diujung sana yang ditunjuk-tunjuk pun merasa. Ia menatap dingin dan tak suka pada kedua siswi itu.
Terlihat barbar dan pembuat ulah.
“Aku harus menjauhi orang-orang seperti itu,” gumam Gala, lalu segera berlalu dari sana. Gala Rudiyanto.
Tapi rupanya kabur dari Giselle bukanlah perkara gampang. Mulai dari hari pertama ia menginjakkan kaki di sekolah SMAN 1 ini, Giselle terus membuntutinya seperti bayangan.
Terus menempel seperti ulat bulu dan selalu ada dimana-mana seperti debu.
Berulang kali Gala membentak namun Giselle tetap tak gentar. Gadis yang nilainya di urutan paling bawah ini paling susah untuk diajak bicara, selalu ada saja jawabannya.
Dan juga banyak drama.
“Giselle stop!” ucap Gala dengan suaranya meninggi.
“Kenapa sih Gal? Jangan galak-galak dong,” jawab Giselle, ia masih setia memegang baju si ketua OSIS ini.
Kini mereka sudah kelas 2 SMA, kemarin ada pemilihan ketua OSIS baru dan Gala yang terpilih.
Menjadi ketua OSIS yang paling tampan sepanjang sejarah membuat Giselle takut suami masa depannya akan diambil orang. Jadilah setelah pemilihan ketua OSIS itu ia juga membuat sebuah pengumuman.
Pengumuman bahwa ia dan Gala adalah pasangan.
Bukannya mendapatkan dukungan dari teman-teman, ia malah di jewer guru BK dan dapat surat peringatan.
Tapi Giselle tidak peduli, yang penting sekarang semua orang tahu jika Gala adalah miliknya.
“Lepas!” titah Gala, ia bahkan menarik tangan Giselle agar melepas pegangannya.
“Kenapa sih! Kamu mau ke mana?” tanya Giselle tidak terima, biasanya juga Gala selalu diam saja meski ia terus mengikuti. Tidak sampai melakukan KDRT seperti ini.
“Aku mau ke toilet, mau ikut?”
“Emang boleh?”
“GISELLE!!!”
“Hehe, iya iya maaf, jangan lama-lama ya?” pinta Giselle.
Dan tanpa menjawab, Gala langsung segera berlalu dari sana.
Bicara dengan Giselle sampai kapanpun tidak akan pernah ada habisnya.
***
Jam pulang sekolah.
Giselle menarik Lili dan mencari kesana kemari sang calon suami idaman. Namun dimana-mana mereka tidak menemukannya.
Bahkan lambat-laun pun sekolah pun jadi semakin sepi, karena siswa dan siswinya mulai pulang ke rumah.
“Mungkin Galak udah pulang duluan Sell, yuk lah kita juga pulang,” ajak Lili yang sudah lelah mencari.
Sementara Giselle belum menyerah, ia masih menajamkan matanya dan memindai apapun yang bisa ia lihat.
“Ayok Sell, nanti bus keburu lewat, kita harus nunggu lagi sampe sore,” ajak Lili lagi, merasa mereka sudah kejar oleh waktu.
“Aku yakin Galak mu udah pulang.”
“Nggak mungkin, biasanya kan Galak bilang sama aku kalo mau pulang, tapi hari ini nggak,” jawab Giselle apa adanya.
Meski tak semuanya benar, bukan Gala yang pamit namun Giselle yang terus bertanya.
Tapi hari ini berbeda, tiba-tiba Gala lebih dulu menghilang dari kelasnya. Saat Giselle menghampiri ke kelas A, Gala sudah tidak ada.
“Kita masuk sekali lagi ya?” tawar Giselle dengan wajah memelas, matanya berbinar seperti anak kucing yang kelaparan.
Membuat Lili menghembuskan nafasnya pelan, tidak tega. Hingga akhirnya iapun menganggukkan kepala.
Sekali lagi, Giselle dan Lili memasuki sekolah.
Mencari di setiap ruang kelas 2 dari A sampai E tapi tetap saja tidak menemukan batang hidungnya si Gala.
Membuat Giselle akhirnya menyerah juga, dengan hatinya yang merana. Seperti ada yang hilang ketika satu kebiasaannya tidak terlaksana. Melihat wajah Gala sebelum pulang sekolah.
“Ya udah lah, ayok pulang,” putus Giselle dengan suaranya yang lirih, merasa kecewa.
“Yaelah Sell, besok juga ketemu lagi sama si Galak, drama bener!” balas Lili, lalu menarik Giselle yang berjalan lesu untuk mengikuti langkahnya.
Namun belum banyak mereka melangkah, lagi-lagi kaki keduanya berhenti.
Akhirnya mereka melihat keberadaan Gala, di ujung sana, keluar dari ruang guru.
Tapi Gala tidak sendiri, ia tersenyum ramah di dekat gadis itu. Gadis yang entah siapa, baik Giselle ataupun Lili sama-sama tidak mengenalnya.
“Galak selingkuh,” gumam Giselle, lirih. Merasakan hatinya yang pedih.
“Belum nikah udah cerai ini mah,” celetuk Lili.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Yaser Levi
koplak..dasar bocah..apa pula itu istilah belum nikah udah cere..😂
2024-09-23
0
Anonymous
keren
2024-07-17
0
Mira Andani
mampir thor
2024-06-01
1