“Siapa dia?” tanya Giselle pada Gala. Bertanya dengan nada tak terima, seolah Gala telah berselingkuh darinya.
Kini ia dan Lili sudah menghampiri Gala, langsung bertanya apa yang bercokol dipikiran mereka.
“Kenalan yang benar Giselle, dia Arumi Hasim, murid pindahan. Mulai besok dia akan sekolah disini.” Bu Tuti, guru BK di SMAN 1.
Membuat Giselle dan Lili kompak ber Oh ria, lalu menatap Arumi dari atas sampai bawah, satu kata yang tiba-tiba muncul di kepala, cantik.
Belum lagi wajahnya yang nampak manis dan lugu, rambut lurus hitam legam.
Giselle dan Lili sadar, mereka kalah cantik dari Arumi.
Menyadari itu, lantas dengan segera Giselle memeluk lengan Gala, tidak ingin suami masa depannya ini di culik.
“Ini pacarku ya, jangan di ganggu-ganggu!” ancam Giselle.
Bukannya takut, Arumi malah mengulum senyum merasa lucu. Lalu senyumannya jadi kekehan saat melihat Bu Tuti langsung menjewer telinga Giselle.
“Aduh-aduh! Ampun Buk!” keluh Giselle, mencoba melepas tangan buk Tuti yang menjewer telinganya.
“Belum ada seminggu ibu kirim surat peringatan sama orang tua mu ya Sell. Jangan buat ibu kirim surat itu lagi!” kesal Tuti, Giselle lah yang selalu membuat pekerjaannya jadi banyak.
Gala yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya seraya menghembuskan napas pelan.
Selesai menjewer Giselle, buk Tuti meminta pada semua anak muridnya untuk pulang.
Giselle dengan sigap segera kembali memeluk lengan Gala erat.
Gala yang sudah biasa ditempeli ulat bulu pun tak bisa menghindar, hanya pasrah dan membiarkan tangan kanannya dikuasi oleh Giselle.
Mereka berempat berjalan beriringan keluar dari sekolah.
“Kalian pulang naik apa?” tanya Arumi.
“Bus!” jawab Lili cepat.
“Kamu juga naik Bus?” Arumi bertanya pada Gala, dan yang ditanya menggelengkan kepalanya.
“Tidak, aku naik motor.”
“Rumahmu dimana?”
“Pondok Indah.”
“Kita searah,” jawab Arumi, ia tersenyum seraya menatap Gala.
“Apa aku boleh ikut pulang bersamamu?” tanya Arumi lagi.
“Tidak masalah,” jawab Gala dengan menganggukkan kepalanya.
Gala dan Arumi terus berbincang seolah dunia hanya milik mereka berdua. Tangan Gala memang didekap oleh Giselle, tapi hati dan pikirannya seolah hanya tertuju pada siswi baru ini.
Membuat hati Giselle merasa berdenyut dan perlahan mulai melepaskan pelukannya di lengan Gala.
Bahkan hingga pelukan itu terlepas, Gala seolah tak merasakan apa-apa. Tidak merasakan rasa kehilangan seperti yang Giselle rasakan.
Lili yang memahami perasaan sang sahabat pun menghentikan langkahnya, memeluk lengan Giselle dan sama-sama menatap kepergian Gala dan Arumi.
“Tenang Sell, kalau Galak bukan your Future Husband, nanti kita cari lagi pas kuliah,” ucap Lili, mencoba menenangkan.
Namun Giselle tetap gamang.
Saat SD dulu ia bisa dengan mudah melupakan Septian karena dia belum tahu apa artinya cinta, dan saat SMP Giselle pun dapat dengan mudah melupakan anak pak Mamat karena saat itu masihlah cinta monyet.
Namun kini ia tak bisa dengan mudah melupakan Gala, karena ia sudah mengerti tentang cinta dan perasaan yang dalam. 2 tahun mengincar Gala dan 2 tahun pula ia meyakini jika Gala adalah suami masa depannya.
Tidak, Giselle tidak bisa melupakannya semudah itu.
“Masih ada satu tahun lagi Li, siapa tahu Galak berubah pikiran, siapa tahu Galak bakal balas perasaanku,” jawab Giselle lirih.
Lili tidak menjawab lagi, lebih tepatnya bingung mau menjawab apa. Karena kisah cintanya sendiri pun sama susahnya seperti Giselle. Cinta yang sama-sama bertepuk sebelah tangan.
“Kita kurang cantik apa ya? Kok cowok-cowok nggak mau sama kita?” tanya Lili.
Mereka berdua kembali melangkah, keluar dari gerbang sekolah dan menuju halte Bus.
“Mungkin kita kurang Glowing,” jawab Giselle asal.
Kedua gadis ini terus saling bertukar canda dan tawa, sampai akhirnya Bus yang mereka tunggu tiba juga.
***
Hari berlalu.
Ucapan bu Tuti ternyata bukan main-main, keesokan harinya Arumi benar-benar sekolah si sekolah mereka.
Mendadak jadi gadis populer karena kecantikannya, tapi tetap saja tidak bisa menggeser kepopuleran Giselle sebagai murid pembuat ulah.
Hari demi hari hubungan Arumi dan Gala pun semakin terlihat dekat di mata Giselle. Bahkan Arumi tidak hanya dekat dengan Gala saja, juga dekat dengan teman-teman Gala yang lain, Robbi, Anjas dan Usman.
Sementara ia dan Lili makin tersingkir.
Hingga akhirnya ujian kenaikan kelas 3 di mulai.
Kegalauan yang tengah di rasa Giselle membuatnya tak fokus belajar. Banyak yang tiba-tiba hilang dari otaknya.
Membuat Nilai ujiannya jadi sangat buruk. 3 diantaranya bahkan remedial. Sampai-sampai dia harus kembali mengikuti ujian ulangan. Demi mendapatkan nilai yang bisa di katakan layak, 6.
Dan hari ini, adalah ujian remedial Giselle yang terakhir, di jam pulang sekolah ia mendatangi ruang guru untuk mengerjakan soal itu.
Sementara Lili menunggu seorang diri di depan ruang guru.
“Li!” panggil Anjas. Membuat Lili yang sedang berjongkok mendongakkan kepalanya dan melihat siapa yang datang.
Si pujaan hati, Anjas.
Tapi kini Lili sudah tidak bernafsu untuk mendekati Anjas, melihat sang sahabat yang sedang susah membuatnya tak ingin senang-senang sendiri.
Lili kembali menunduk tanpa menjawab panggilan Anjas.
“Lili!” panggil Anjas lagi, membuat Lili berdecak kesal.
Dulu di ganggu tidak mau tapi sekarang malah mengganggu.
“Apa sih! Pergi sana! Aku lagi sibuk!” ketus Lili.
Sebuah jawaban yang membuat Anjas mengulum senyum.
“Sibuk apa?”
“Sibuk mengubur masa lalu!” jawab Lili ketus dan Anjas akhirnya tergelak juga.
“Bangun sih, jangan jongkok terus. Giselle masih lama ujiannya?”
“Masih! Dah lah pergi sana!”
“Aku mau ketemu bu Tuti kok, bukan mau nemuin kamu,” balas Anjas, menggoda. Yang digoda mengerucutkan bibirnya, lalu memilih diam dari pada menjawab.
Dan Anjas makin terkekeh dibuatnya.
Anjas lalu benar-benar masuk ke ruang Guru dan menemui Bu Tuti, Anjas juga sempat melihat diujung sana Giselle yang sedang mengerjakan ujian susulan.
“Anjas, ibu boleh minta tolong nggak?” tanya bu Tuti saat Anjas yang di panggil sudah duduk dihadapannya.
“Apa Bu?”
“Kamu tolong dong, bantu Giselle dan Lili belajar, di jam istirahat kan kamu bisa ajari mereka. Sebentar lagi kalian kelas 3, sebentar lagi ujian kelulusan, lalu kuliah. Kalau nilai kelulusan Giselle dan Lili pas-pasan, nanti mereka sulit untuk masuk ke Universitas yang bagus,” jelas bu Tuti panjang lebar.
Anjas adalah salah satu siswa terpandai di SMAN 1, yang menurut bu Tuti paling bisa menjadi pembimbing belajar Giselle dan Lili.
“Baik Bu, saya mau,” jawab Anjas langsung, tanpa banyak berpikir.
Bu Tuti yang mendengarnya pun lantas tersenyum lega. Seolah beban hidupnya berkurang 1.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Modish Line
😂😂😂😂😂
2025-03-05
0
andi hastutty
Penasaran
2024-08-26
0
Eti Alifa
ceritanya ringan tpi menarik thor👍🏻
2024-04-18
2