Sesuai kesepakatan bersama antara Anjas, Giselle dan Lili tadi, kini saat jam istirahat kedua mereka akan mulai belajar dan mengajar privat.
Mereka pergi ke perpustakaan dan mencari beberapa buku yang bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran. Giselle dan Lili terus mengikuti langkah Anjas, mengekor kemanapun Anjas melangkah seperti anak itik.
Bukan apa-apa, Giselle dan Lili tidak menghafal susunan buku-buku ini. Dari pada tersesat dan tidak mendapatkan hasil, mereka memutuskan saja untuk mengekor. Membawakan buku-buku yang Anjas pilih.
"Ini!"
"Ini!"
"Ini!"
Ucap Anjas terus, sampai Giselle dan Lili memegang banyak memegang buku di tangan mereka masing-masing.
Giselle dan Lili sampai dibuatnya terperangah. Baru melihat banyaknya buku ini saja sudah membuat kedua gadis ini merasa tak sanggup, pusing bahkan mual.
"Kita nggak akan sanggup belajar ini semu," keluh Giselle, berbisik-bisik pada sang sahabat.
"Hooh, aku bayangin nya aja rasa keracunan, mulutku berbusa-busa."
"Huwek!" kompak Giselle dan Lili, bergaya seolah muntah namun tanpa suara. Tidak ingin Anjas sampai dengar.
Sampai akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk duduk di salah satu meja.
"Bukunya dibagi, Giselle 1, Lili satu. Itu ada 6 mata pelajaran kan?" tanya Anjas, memastikan apa saja buku yang sudah ia ambil.
"Yakin kita mau belajar ini semua? Satu satu dong Jas, kalau begini baru liat aja udah pusing," keluh Giselle, tangannya dan tangan Lili sibuk membagi buku buku untuk mereka.
"Bukan gitu konsepnya," jawab Anjas langsung, kedua tangannya bahkan terlipat di depan dada.
"Itu buku ada 6, selesai 1 tinggal 5, selesai 1 lagi tinggal 4, semakin dikit semakin buat kalian semangat kan?" tanya Anja pula, Lili yang mendengarnya pun langsung mengukirkan senyum, bahkan menganggukkan kepalanya berulang.
Ide seperti itu boleh juga, pikir Lili.
Sementara Giselle hanya mencebik, meskipun ia membenarkan pula ucapan Anjas.
Pelajaran pertama pun di mulai dari yang kata Anjas paling gampang, Bahasa Indonesia.
Giselle dan Lili bersiap-siap menulis.
"Ga usah di tulis semua, belajar nulis poin-poinnya aja," titah Anjas, kedua gadis ini menganggukkan kepalanya patuh. Mereka berdua memang sudah berniat untuk berubah. Belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang apik.
Siang ini mereka belajar tentang Sinonim dan Anonim.
Anjas memberikan banyak contoh untuk membuat Giselle dan Lili memahami apa maknanya dan apa bedanya.
Di tengah-tengah pelajaran itu perhatian Giselle teralihkan saat disebelah mejanya tiba-tiba ada yang datang. Gala dan Arumi duduk di meja sebelah mereka.
Deg!
Seketika itu itu dada Giselle terasa sesak, bahkan rasanya kini ia sulit untuk sekedar bernafas. Mendadak lupa semua penjelasan yang diberikan oleh Anjas.
Giselle terus menatap nanar ke arah sana, sampai akhirnya Anjas dan Lili mengikuti arah tatap Giselle itu.
Melihat Gala dan Arumi yang tengah asik membaca buku di tangan masing-masing. Meski Gala dan Arumi sama-sama diam, namun terlihat jelas jika mereka berdua duduk dengan jarak yang sangat dekat. Itu karena Arumi sengaja menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Gala.
"Sell, fokus!" ucap Anjas, suaranya sedikit meninggi hingga berhasil membuat Giselle terkisap.
Menatap cengo ke arah Anjas.
"Hah? apa?" tanya Gisel yang mendadak oon.
Dan Lili yang kesal pun langsung memukul lengan sahabatnya ini.
"Makanya jangan bengong, masih inget nggak apa yang dijelasin Anjas tadi?"
"Emang Anjas jelasin apa?"
"Oh My God!" Anjas dan Lili kompak, suara keduanya yang berisik bahkan sampai mencuri perhatian semua orang, termasuk Gala dan Arumi di samping.
Dan penjaga perpustakaan di ujung sana yang langsung menatap tajam ke arah mereka bertiga.
Anjas dan Lili mengatupkan kedua tangannya di depan dada, menghadap sang penjaga dan meminta maaf jarak jauh.
"Dah lah, besok lagi kita belajarnya, beresin!" titah Anja, Lili menganggukkan kepalanya dan mulai berkemas.
Sementara Giselle masih gamang, masih menatap nanar pemandangan di depan matanya. Melihat Gala yang sebegitu teganya, semua orang bahkan tahu jika Giselle menyukai Gala, tapi pria itu dengan mudahnya dekat-dekat dengan siswi lain.
Fucek Boy! kesal Giselle di dalam hati, mengumpat Gala sang pujaan hati.
Sibuk dengan kekesalannya sendiri, Giselle sampai tak sadar saat Lili menariknya untuk keluar dari perpustakaan. Di luar sana mereka berpisah dengan Anjas, dan Lili langsung membawa Giselle untuk masuk ke kelas mereka.
Masing-masing membawa 6 buku yang mereka pinjam di perpustakaan tadi.
"Sell, katamu mau fokus belajar, kok Liat Gala sama Arumi kamu jadi lembek lagi?"ucap Lili dengan suaranya yang kesal.
"Heleh, kalau kamu yang liat Anjas sama Arumi gimana? kuat nggak?" tantang Giselle pula dan Lili langsung tersenyum kikuk, sungguh dia tidak akan kuat.
Lili lebih baik melihat Anjas mati daripada Anjas berselingkuh.
"Ya udah iya, maaf, tapi lain kali jangan gitu lagi ya, fokus aja sama belajarnya."
"Iya, dicoba," jawab Giselle lirih, kedua gadis ini lalu saling memeluk erat, saling memberi kekuatan.
Sampai hari terus berlalu dan kedekatan Gala dan Arumi diketahui oleh semua orang. Bukan hanya hatinya yang sakit, Giselle pun merasa harga dirinya terluka. Karena harus ada orang diantara hubungannya dengan Gala.
Hubungan yang ia buat-buat sendiri lalu sakit hati sendiri.
Hingga di ujung pekan saat hari sabtu, pulang sekolah Giselle membuat sebuah pengumuman.
Mengatakan pada semua temannya jika dia dan Gala putus. Bukan karena orang ketiga seperti gosip yang beredar. Tapi karena tidak mendapatkan restu dari orang tua.
Bukannya iba, semua teman Giselle malah menertawakan kelakuannya itu. Mereka tertawa keras, bahkan tawa itu makin menggelegar saat melihat telinga Giselle di jewer oleh bu Tuti.
Pasalnya Giselle membuat pengumuman di pusat radio sekolah, menggunakan speaker yang bunyinya sampai di ke penjuru sekolahan.
keluar dari ruangan itu dengan telinganya yang dijewer, jadi tranding topic di seantero sekolah.
"Aduh Bu! sakit," keluh Giselle.
Lili pun tak tinggal diam, terus memohon agar bu Tuti melepaskan jewerannya itu. Lili tahu betul jeweran bu Tuti rasanya pedes.
"Lepas dong Bu! Giselle janji deh nggak bakal gitu lagi, ya kan Sell?" ucap Lili cari pembenaran.
"Iya bu! aku janji nggak gitu lagi," jawab Giselle pula.
Dengan kekesalannya yang membuncah, bu Tuti pun akhirnya melepaskan jewerannya saat mereka sudah berada di depan pintu ruang guru.
"Masuk ke ruangan saya!" titah bu Tuti.
Mau tidak mau Giselle dan Lili berjalan lesu mengikuti langkah bu Tuti, masuk ke ruangan BK.
Duduk di kursi dengan menundukkan kepala seperti seorang terdakwa.
"Kalian mau dapat surat peringatan lagi?"
"Tidak Bu!" jawab Giselle dan Lili, bahkan menjawab dengan sangat cepat.
"Apa hukuman sebagai gantinya?" tawar bu Tuti pula, dia sudah capek menghukum Giselle dan Lili, maka biarlah kedua gadis ini yang menentukan hukumannya.
"Kita bakal sapu taman sekolah Bu selama 3 hari," putus Lili setelah saling melirik dengan Giselle
"2 minggu!"
"Iya deh 2 minggu," jawab Giselle pasrah, sementara Lili hanya mampu menghembuskan nafasnya berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
komalia komalia
aku ngakak terus baca nya
2025-01-31
0
Modish Line
😂😂😂😂😂😂
2025-03-06
0
Khairul Azam
gila si gisel ini
2025-02-12
0