Sekolah dimulai.
Giselle dan lili seperti terlahir kembali. Meski menggunakan cream MS Glouw kongsi-kongsian, mereka tetap merasa glowing dan semakin cantik.
Seolah jadi pemeran utama dalam dunia novel, Giselle dan Lili berjalan penuh percaya diri melewati kelas-kelas dan masuk ke dalam kelasnya sendiri.
Bahkan mereka berdua tidak memperdulikan genk Galak yang tadi berada di parkiran. Giselle dan Lili sudah bersepakat untuk menunda mengejar-ngejar Gala dan Anjas.
Fokus mereka kini adalah belajar, menunjukkan pada kedua orang tua mereka bahwa mereka bisa.
Bukan hanya terlihat berbeda di penampilan, sikap Giselle dan Lili juga nampak berbeda dari biasanya, jika dulu selalu acuh dengan pelajaran kini mereka jadi yang paling rajin.
Di kelas pertama saja mereka sudah diam dan memperhatikan, bahkan berulang kali bertanya pada sang guru hingga membuat guru itu cukup kesal.
Malu bertanya sesat di jalan, kata Lili. Tapi bukan seperti konsep Giselle dan Lili yang tiap ada satu kalimat selesai mereka langsung bertanya apa maksudnya.
Semua teman-teman sampai dibuat heran. Dua gadis bar-bar ini mendadak jadi gadis teladan.
"Sell, Lili, kalian kenapa sih? sakit ya?" tanya Angga, penasaran. Bahkan beberapa teman wanita Giselle dan Lili sampai menghampiri meja mereka berdua.
"Selama liburan kalian masuk pesantren?" tanya Icha pula, menatap penuh tanya pada kedua gadis ini.
Kelas 3 E jadi terasa berbeda saat Giselle dan Lili berubah.
Yang ditanya malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalian liat nggak mukaku sama muka Lili tambah Glowing?" tanya Giselle dan semua temannya kompak menganggukkan kepala.
"Nah! gara-gara beli cream MS Glouw itu, aku sama Lili harus rajin belajar. Kata abang ku dia bakal jadi donatur tetap buat beli cream pemutih, asal nilai ku bagus," jelas Giselle dan semua temannya mulai paham.
Ms Glouw di tukar dengan nilai.
"Kalau nilai ku jelek, abang ku stop jadi donatur," timpal Giselle pula.
"Kalau aku sama Giselle stop pake cream itu muka kita bakal belang," jelas Lili pula.
"Hiii!!" Giselle dan Lili kompak bergidik, dan semua teman-temannya kompak memalingkan muka dan berlalu dari sana.
Ternyata prioritasnya bukan nilai, tapi takut kulit belang.
Ampon!! teriak semua teman.
Giselle dan Lili mencebik, lalu tak lama setelahnya keluar dari dalam kelas karena kini memasuki waktu istirahat.
Kedua gadis ini berjalan beriringan, bingung memutuskan kemana kaki akan melangkah.
"Biasanya jam istirahat gini kita ngintilin Galak sama Anjas, sekarang kita mau acuh jadi bingung sendiri mau ngapain," keluh Lili dan Giselle menganggukkan kepalanya setuju.
"Kita makan aja yok, abis makan ke perpus, ya elah perpus!" ucap Giselle, meledek dirinya sendiri yang berniat pergi ke perpustakaan.
Lili yang geli mendengar kata itu pun ikut tergelak dengan sang sahabat. Tawa kedua gadis ini menggelegar tak peduli jika diperhatikan oleh semua teman.
Tawa itu surut saat melihat bu Tuti di ujung sana, yang sepertinya akan berjalan melewati mereka berdua.
"Siang Bu Tuti," sapa Giselle dan Lili ramah, bahkan kedua gadis ini sedikit membungkukkan badannya tanda hormat.
"Siang, Giselle kamu sudah bertemu dengan Anjas belum?" tanya bu Tuti langsung, bahkan menatap Giselle dengan tatapan lekat.
Sedangkan Giselle dan Lili sama-sama bingung saat mendengar ucapan itu. Kenapa Giselle harus bertemu dengan Anjas atau kenapa Anjas harus bertemu dengan Giselle.
"Nggak salah tanya Bu? harusnya aku yang ditanya begitu, Anjas itu cemcemanku," protes Lili dan Giselle pun menganggukkan kepalanya, setuju!
Sementara buk Tuti langsung memijat keningnya yang mendadak pening.
"Ibu lupa ya, Giselle Gala, Aku Anjas." Lili kembali memperjelas, dan secepat kilat pula buk Tuti menjewer gadis bernama lengkap Liliana Sanjaya ini.
"Hii! kamu ini, cemceman aja pikirannya," keluh bu Tuti lalu melepaskan telinga Lili saat sang anak mulai gaduh kesakitan.
"Aduh aduh, sakit tau bu!" sungut Lili, bibirnya mencebik seperti mulut bebek.
"Nah itu Anjas!" ucap bu Tuti kemudian seraya menunjuk sisi dibelakang Giselle dan Lili. Kedua gadis remaja ini sontak menoleh kebelakang dan melihat arah tunjuk bu Tuti.
Di ujung sana bukan hanya ada Anjas, tapi juga ada Gala, Usman dan Robby.
Seketika hati Giselle dan Lili berdesir dengan detak jantung yang tiba-tiba jadi debar.
"Anjas! Sini!" titah bu Tuti, dan hanya Anjas saja yang menghampiri bu Tuti. Lainnya termasuk Gala entah pergi kemana.
Giselle menghembuskan nafasnya kecewa, sementara Lili mendadak merona.
"Kamu sudah bilang Giselle belum?" tanya bu Tuti saat Anjas sudah berdiri di hadapan guru BK ini. Tepatnya berada di sebelah Lili dan Giselle.
"Subhanallah, maaf Bu, saya lupa," jawab Anjas jujur. Bu Tuti memintanya menjadi guru private Giselle sebelum liburan sekolah. Dan saat liburan usai iapun melupakan permintaan ibu Tuti itu.
"Kamu ini, masih muda sudah pikun!" jawab bu Tuti, biasa berhadapan dengan siswa dan siswi nakal bu Tuti jadi ketus sekali.
"Giselle, nanti Anjas akan menjadi guru privat mu, mumpung gratis belajar yang bener, tanya ke Anjas apapun yang kamu tidak tahu," ucap bu Tuti dengan nada bicaranya yang memerintah.
Giselle dan Lili melongo, masih mencerna ucapan bu Tuti barusan.
"Guru privat?" tanya Giselle dan Lili bersamaan.
"Anjas jadi guru privat Giselle?" kini Lili saja yang bertanya.
"Aku nggak di ajarin juga bu?" tanya Lili lagi dan lagi bahkan sebelum bu Tuti sempat menjawab pertanyaan pertamanya.
"Ya Ampunn! ya sudah kamu dan Giselle belajar sama Anjas, jam istirahat Anjas akan membantu kalian belajar," putus Bu Tuti, lalu setelah mengatakan itu ia segera berlalu dari sana. Lama-lama berbicara dengan Giselle dan Lili buat darah tingginya jadi kumat lagi.
"Kalian dengar kan apa kata bu Tuti?" Anjas buka suara, bertanya pada kedua gadis ini. 2 gadis dengan raut wajah sang sangat kontras.
Giselle nampak sekali murungnya karena bersedih kenapa bukan Gala saja yang menjadi guru privatnya. Sementara Lili tersenyum sumringah, seolah baru memenangkan sebuah undian.
"Mulai hari ini aku akan jadi guru privat kalian," tambah Anjas.
"Guru privat gratis," tukasnya lagi dan kedua gadis ini hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda mengerti, tanpa banyak bertanya.
Tak sampai di sana, Anjas juga mengatakan jika jadwal mereka adalah tiap jam istirahat kedua di taman sekolah dan perpustakaan.
Satu kali pertemuan membahas materi dan besoknya langsung ujian.
Lili menganggukkan kepalanya dengan antusias sementara Giselle mengangguk dengan malas.
Anjas tahu betul apa yang membuat Giselle murung seperti itu. Pasti mengharapkan jika yang menjadi guru privatnya adalah Gala dan bukan dirinya.
Ia hanya tersenyum tipis saat melihat kedua gadis ini. Bahkan saking tipisnya Giselle dan Lili sampai tak menyadari jika Anjas tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Khairul Azam
gak ada yg lucu, pemikiran gisel sama lili aneh
2025-02-12
0
Aysana Shanim
😆🤣
2025-02-17
0
Yaser Levi
kirain rajin belajar krn sadar diri orak di bawah rata2.ehh ternyata krn ada donatur krem pemutih...geblek.gisel sm lili nih
2024-09-23
0