Selama pentas seni itu, Gala tak berhenti untuk menatap Giselle. Semua yang ada pada gadis itu benar-benar mengganggu pikirannya, dia tak bisa lagi diajak waras, dia seperti orang bodoh yang dengan setia memperhatikan gerak-gerik Giselle dari jauh.
Dan semua itu tak lepas dari pengamatan Arumi, gadis yang duduk di sampingnya, ikut menatap kemana arah tatapan mata Gala.
Dan ternyata, sedari tadi lelaki tampan itu tengah memperhatikan Giselle. Gadis paling bar-bar di sekolahnya.
Menyadari itu, Arumi menatap tak suka, dia tak rela jika Gala sampai mempunyai perasaan pada gadis itu, apalagi Giselle dikenalnya si pembuat ulah, sangat tidak cocok dengan Gala, lelaki yang super duper perfect di matanya.
Apalagi mengingat Gala adalah ketua OSIS, sangat tidak mungkin kan, lelaki itu jatuh hati pada gadis seperti Giselle. Lebih baik dia kemana-mana, batinnya terus merutuk.
"Gala," panggil Arumi lembut, tetapi seolah tidak mendengar Gala tetap pada posisinya. Bahkan mata dengan tatapan yang sedikit tajam itu tak berkedip sama sekali.
"Gala liatin apa sih? Kan pentas seninya di depan sana." Arumi mengguncang bahu Gala, ingin mengalihkan fokus lelaki itu.
Berhasil, Gala menoleh, tetapi jawaban lelaki itu benar-benar bukan seperti apa yang dia harapkan, kini Gala sangat blak-blakan.
"Aku lagi liatin Giselle," cetusnya lalu kembali pada posisinya. Tak peduli pada perasaan Arumi yang mendadak jadi kalut.
Saliva dalam tenggorokannya mendadak tercekak. Gadis itu diam-diam mengepalkan tangannya kuat di bawah sana. Kesal dengan jawaban Gala, tetapi dia tidak akan menyerah begitu saja, untuk mendapatkan Gala dia perlu berusaha, itulah yang sekarang dia yakini.
"Kan ada aku, kenapa harus liatin Giselle? Kalo kamu bosen, kan bisa ajak aku ngomong, nggak perlu repot-repot liatin dia," rancau gadis itu, yang membuat Gala tiba-tiba memicing tak suka.
"Aku sedang malas bicara!" Lagi-lagi lelaki itu membalas ketus pertanyaan Arumi, dia sangat malas meladeni orang lain sekarang, terlebih senyum Giselle yang mengembang sangat mengganggu otaknya. Senyum yang ditunjukkan untuk orang lain, bukan untuknya.
Arumi menghela nafas panjang, bibirnya mencebik, kalau Gala sudah menjawab seperti itu, sudah di pastikan akan sulit untuk mengajak lelaki itu untuk bicara.
Hingga akhirnya, Arumi memilih untuk diam, dan memperhatikan ke depan sana, meski dalam hatinya dia sangat enggan.
Tak berapa lama kemudian, acara pentas seni itu pun usai, ini kesempatan bagi Gala untuk menemui Giselle sebelum kembali ke wisma, dia sangat tidak sabar untuk memperingati gadis itu, agar tidak memberikan senyum itu pada semua orang, termasuk Anjas. Hih.
Dia celingukan di antara banyak siswa yang mencoba untuk keluar dari aula tersebut, mencari sosok Giselle. Senyumnya mengembang saat dia melihat gadis itu dan sahabatnya berada di ambang pintu.
Dengan langkah tergesa, Gala berniat menyusul Giselle, tetapi langkahnya terhenti begitu pak Basuki memanggilnya.
"Gala!" panggil lelaki paruh baya itu dengan sedikit berteriak.
Mendengar itu, Gala memejamkan mata sejenak. "Ck, sial!" umpatnya dalam hati.
Dengan terpaksa dia memutar tubuhnya dan melangkah ke arah pak Basuki. "Ada apa, Pak?" Tanyanya langsung.
"Tidak apa-apa, Bapak cuma mau bilang. Nanti pas masuk ke dalam mobil, anak-anak kembali di cek yah sama penanggung jawab masing-masing kelas," terangnya.
Gala manggut-manggut, sangat kentara lelaki itu terlihat sedang buru-buru, "Baik, Pak. Kalau begitu saya pamit lebih dulu."
Setelah mendapat anggukan dari pak Basuki, Gala akhirnya bisa bernafas dengan lega, bukan lagi melangkah, bahkan kini dia berlari untuk cepat-cepat menemui Giselle.
Namun, sayang Gala terlambat, karena Giselle dan Lili sudah masuk ke dalam bus, hingga akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk menemui gadis itu.
"Hah, nanti sajalah," gumamnya kesal.
Sampai di wisma, Gala tak bisa menahan diri lagi, begitu turun dari mobil, Gala langsung berlari dan menarik tangan Giselle untuk menjauh dari teman-temannya, lebih tepatnya berjalan di barisan paling belakang.
Lili yang tidak tahu sahabatnya itu diseret oleh Gala, langsung merasa terkejut, tetapi rasa terkejutnya berganti dengan buncahan bahagia saat Anjas sudah menggantikan posisi Giselle, ah jantungnya kembali berdebar.
Sementara di belakang sana, Gala dan Giselle berjalan dengan pelan-pelan, bermaksud agar semua orang kembali ke kamar lebih dulu. Gadis itu sangat terkejut begitu Gala menarik tangannya tiba-tiba, seenak jidatnya saja. Dan keterkejutannya semakin bertambah, saat Gala bertanya. "Apa future husbandmu sudah berbeda? Apakah bukan aku lagi orangnya?"
Mendengar itu, sontak saja Giselle menutup mulutnya dengan satu tangan dengan bola mata yang melebar. Kenapa tiba-tiba Gala bertanya seperti itu padanya? Dan detik selanjutnya dia menjawab dengan tegas.
"Tentu saja masih sama, future husbandku masih Gala Rudiyanto, ketua OSIS yang super duper galak. Tapi..." Giselle menggantung kalimatnya, dia menatap Gala yang sama menatapnya pula.
"Tapi apa?" Tanya Gala cepat, dan terkesan tidak sabaran.
Giselle menghembuskan nafasnya. "Tapi aku juga sadar, karena selama 2 tahun ini, aku itu bodoh, sangat bodoh, aku terus ngejar kamu tanpa peduli dengan diri aku sendiri, aku lupa dengan nilaiku, aku lupa dengan belajarku, aku lupa dengan semuanya, karena aku terlalu sibuk mengejar kamu."
"Kalau begitu terus kejar aku, dan aku akan buat nilai ujian kamu jadi bagus!" Balas Gala sungguh-sungguh.
Deg!
Jantung Giselle rasanya seperti mau copot mendengar jawaban Gala. Terlebih Gala terlihat tidak main-main dengan ucapannya. Benarkah pikirannya, bahwa sebenarnya Gala juga menyukainya?
Ah, pikirannya jadi kemana-mana.
"Kamu, kamu nggak bohong kan?" tanya Giselle meyakinkan diri.
Dan dengan cepat Gala mengangguk dengan senyum mengembang. "Benar, aku akan membantumu untuk mendapatkan nilai yang bagus, asalkan kamu terus menjadikan aku future husbandmu, tidak boleh berubah sampai kapanpun!" titah Gala, seolah sedang menunjukkan kuasanya sebagai ketua OSIS pada siswi nakal di hadapannya ini.
Seketika senyum Giselle langsung mengembang, dia bersorak kegirangan, akhirnya usaha dan penantiannya pada Gala tidak sia-sia. Dia sangat senang, meskipun diantara dirinya dan Gala tidak memiliki status apa-apa.
Tapi ini jauh lebih baik dari pada harus saling mendiami. Mendapatkan izin untuk terus mengganggu Gala dan menjadikannya my future husband. Giselle seperti mendapatkan durian runtuh.
Ia terus menjerit pelan tanpa sadar.
Dan Gala yang merasa lega sekaligus gemas pun langsung mengusak puncak kepala Giselle, keduanya terkekeh bersama di belakang sana.
Dan akhirnya, mulai hari ini, Giselle dan Lili akan dibantu belajar oleh future husband mereka masing-masing, yaitu Anjas dan Gala.
Hem senengnya. Batin Giselle, seraya membayangkan masa depan yang terlihat cerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
cerah apanya????
msh grey, sel...
abu abu silver....
hihihihihi
2024-01-15
1
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
emangny gak satu bus lagi ya thor hehehe 🤭🤭🤭
2023-12-21
0
Mery Andriayani
hadeh
2023-06-20
0