Sepulang dari Bogor. Kelas 3 diberi waktu untuk berlibur selama satu hari. Namun, mereka diberi tugas untuk membuat sebuah makalah, sesuai kegiatan kemarin, yakni tentang study tour.
Karena itu, Lili dan Giselle membuat janji untuk mengerjakan makalah tersebut bersama-sama, di rumah Giselle gadis bar-bar itu.
Hingga kini, Lili datang dengan wajah sumringah serta tas ransel yang menempel di punggungnya. Padahal dia tidak membawa apapun, selain hanya ponsel dan charger.
"Assalamualaikum Bunda?" Lili mengucap salam, kebetulan ada ibu Giselle di depan tengah menyapu halaman, sedangkan si anak perawan masih tidur di kamarnya. Mentang-mentang libur.
"Waalaikumussalam." Saras menghentikan kegiatannya, dan Lili langsung menyalimi ibu sahabatnya itu.
"Gisellenya ada, Bun?"
"Ada di dalam. Kamu kok bawa-bawa tas memangnya mau sekolah?" Pasalnya saat Saras membangunkan anak bungsunya itu, Giselle bilang sekolah tengah memberinya libur, dan hari ini dia tidak ada kegiatan apapun.
"Nggak, Bun. Ini lho ada tugas dari sekolah, semalem Lili udah janjian sama Giselle buat ngerjain bareng," jelas Lili apa adanya. Selain di sekolah, semalam dia juga sudah mengingatkan bahwa mereka memiliki tugas makalah.
"Ya Allah... Itu anak bilangnya nggak ada tugas apa-apa, emang bener-bener ya minta dikutuk jadi batu," kesal Saras, membanting sapu dan dengan cepat mengangkat dasternya, lalu melangkah ke arah kamar Giselle tanpa pamit pada Lili.
Sementara gadis itu hanya membuntuti Saras dari belakang, lalu berhenti di ruang tengah saat dia mendengar amukan ibu sahabatnya itu. "Ini sih lebih-lebih serem dari singa. Hiii." Lili bergidik ngeri.
"Bangun nggak!" Saras menarik kasar selimut Giselle dan membuangnya ke lantai, tetapi gadis itu justru menarik guling dan memeluknya semakin erat. Tak mau tidurnya diganggu.
Hal itu membuat Saras semakin naik pitam. Dia mengambil sapu yang ada di kamar Giselle, lalu memukul-mukul pantat putri bungsunya itu beberapa kali. "Bangun Giselle! Ini sudah siang, emang kamu mau nanti jodohnya om-om bukan si Galak mu itu lagi?" teriak Saras tak henti-henti, tepat di telinga gadis itu.
Mendengar teriakan Saras yang seolah ingin merusak gendang telinganya. Giselle mengusap-usap daun telinga tersebut. "Kalo om-omnya kaya Lee min Ho sih nggak apa-apa, Bun. Giselle juga nggak masalah." gumamnya tanpa membuka mata. Seolah semua itu bukanlah apa-apa.
Seketika Saras langsung memegangi dadanya yang terasa sesak. "Astaghfirullah aladzim... Astaghfirullah aladzim..." Begitu seterusnya hingga akhirnya Giselle terduduk dan melotot ke arah ibunya.
Saras masih senantiasa memegangi dadanya dan terus menyebut asma Allah.
"Bunda kenapa? Lihat malaikat maut yah?"
"ASTAGHFIRULLAH, GISELLE!!!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Drama ibu dan anak itu akhirnya selesai dengan Giselle yang dipukuli menggunakan gagang sapu hingga gadis itu masuk ke dalam kamar mandi. Semakin hari, tingkah Giselle semakin membuat Saras sakit kepala.
Mungkin sekarang tensinya juga sudah bertambah. "Punya anak perawan satu, tapi kaya ngurusin anak bocah sepuluh." gerutu Saras sambil melangkah keluar, dia sampai lupa kalau ada Lili di sana.
Untung ini bukan pengalaman pertama gadis itu melihatnya marah. Bisa-bisa Lili ikut jantungan karena mendengar amukannya.
"Li, Bunda ke dapur dulu yah buatin minum," pamit Saras dengan memijit kepalanya. Lili hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban.
Dan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Giselle keluar dari kamarnya dengan pakaian lusuh, karena dia hanya menggosok gigi dan mencuci wajahnya saja.
Tanpa kata Giselle menggiring Lili ke arah ruang tv, sedangkan di tangannya sudah ada laptop sang kakak. Di ruangan itu, ada karpet tebal yang biasa digunakan untuk bersantai sambil menonton film. Keduanya duduk berhadapan, Lili melepas tas ranselnya lalu merebut laptop tersebut dari tangan Giselle.
"Haduh, Li seumur-umur aku baru pernah bikin makalah, kok belum ngerjain aja udah pusing yah," keluh Giselle yang terlihat ogah-ogahan.
"Berusaha lah, Sel. Kita lihat aja di Mbah gugle, ngapain susah-susah mikir," timpal Lili mulai menyalakan laptop tersebut, lalu meminta password pada Giselle.
Giselle menoyor kepala Lili. "Bener juga apa kata kamu, tumben pinter."
"Iya lah, abis dapet asupan dari bunda kamu." Lili cekikikan, mengingat Giselle yang dimarahi habis-habisan.
Bukannya marah, Giselle justru ikut terkekeh, merasa lucu. Karena selama ini dia percaya, kemarahan ibunya itu tidak akan pernah bertahan lama, semuanya karena Saras sangat menyayanginya dan ingin dirinya berubah lebih baik lagi. Tapi anehnya Giselle tidak berubah-berubah.
Tak mau membuang waktu, lantas Giselle dan Lili mulai mengerjakan makalah tersebut. Mereka beberapa kali membuka contoh makalah tentang study tour, lalu menyalinnya kalimat demi kalimat. Agar tidak terlalu kentara mengcopy.
Hingga sebuah suara ponsel Giselle, mengalihkan perhatian mereka. Gala menelponnya, seketika wajah lesu Giselle berubah sumringah.
Dengan cepat dia mengusap layar pintar itu, dan suara Gala mulai terdengar dari sana. Lelaki itu mengatakan bahwa dia dan ketiga sahabatnya ingin ke rumah Giselle untuk mengerjakan makalah bersama-sama.
Tanpa menunggu Gala menyelesaikan kalimatnya, Giselle langsung setuju. Gala terkekeh sebelum akhirnya dia menutup panggilan itu.
Dan disinilah keempat remaja itu sekarang, Gala, Roby, Anjas dan juga Usman sudah sampai di rumah Giselle dengan mengendarai sepeda motor, mereka berboncengan.
Kompak mereka mengucap salam, dan mereka semua kembali disambut oleh Saras. Namun, fokus wanita paruh baya itu justru pada lelaki yang ketampanannya paling menonjol, Saras melangkah hingga berdiri tepat di hadapan Gala.
"Kamu yang future husbandnya Giselle ya?" tanya Saras, yang sontak saja membuat tiga teman lainnya langsung membulatkan mata dengan sempurna.
Tidak menyangka kalau orang tua Giselle bahkan sampai tahu, tentang future husband yang sering dibicarakan gadis itu.
Gala tersenyum kikuk, tak tahu harus menjawab apa, lelaki itu akhirnya mengangguk. Lalu menyalimi tangan Saras. "Gala, Tante." Ucapnya untuk memperkenalkan diri sambil mengulum senyum.
Membuat Saras tersenyum pula. Seperti remaja yang jatuh cinta pada pandangan pertama, Saras pun jatuh cinta pada Gala untuk dijadikan calon menantunya. Pilihan Giselle tak main-main, kalau tahu Gala kebangetan seperti ini, rasa-rasanya dia rela kalau anak gadisnya itu terus mengejar Gala.
Demi memperbaiki keturunan. Batinnya bersorak girang.
Lalu menarik tangan Gala untuk masuk ke dalam. Bahkan wanita paruh baya itu melupakan Anjas, Roby dan Usman.
"Yah, yang diajak masuk cuma calon menantunya doang," keluh Usman. Dan langsung mendapat kekehan dari dua sahabatnya. Mereka kompak menggelengkan kepala.
Tidak anak, tidak ibunya, sama-sama pecinta Gala. Batin mereka.
Dan semenjak hari itu, hubungan persahabatan Giselle, Lili, Gala, Anjas, Roby dan Usman, terjalin semakin erat. Gala bahkan langsung suka dengan ibu Giselle yang selalu mengajaknya bicara, membuat dia ingin kembali bertandang ke rumah ini, dengan status yang sudah berganti.
Jadi suami Giselle.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ida Ulfiana
oalh mak ssm anak ternyata sm aja pecinta laki2 tamfan
2023-11-30
1
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ
Astaga Emak Gue Ajaib Narsis nya.. 🤣🤣🤣
2023-10-24
0
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ
iya benar Bunda... 😄😄😄😆😆😆
2023-10-24
0