"Tunggu Bay, beneran kamu nggak marah lagi sama aku kan?, sekali lagi maafkan aku Bay, kemaren sebenarnya aku nggak ada niat untuk pulang malam dan membiarkan kamu menjaga kakek sendirian tapi ada masalah yang harus aku selesaikan dengan temanku makanya aku jadi pulang telat", ucap Shinta dengan nada menyesal.
"Kamu nggak perlu memberikan penjelasan itu kepadaku, itu hak mu cuma jika boleh aku beri saran, utamakan lah dulu mana urusan yang paling penting", saran Bayu untuk kebaikan Shinta.
"Iya Bay, terimakasih. Seharusnya aku lebih mengutamakan keselamatan kakek daripada yang lainnya", ucap Shinta lagi.
"Oh ya Shin, masih ada yang membuatku penasaran, tapi tadi karena kesal aku jadi lupa untuk menanyakannya langsung ke kamu", lanjut Bayu.
"Apa itu Bay?"
"Tadi siang setelah kamu pergi ada tiga orang tamu yang datang ingin menjenguk Kakek, mereka mengaku katanya kerabat kakek tepatnya adik Kakek Hakim. Sementara kamu bilang tidak memiliki keluarga lain lagi, mana yang benar mereka atau kamu Shin?", tanya Bayu yang merasa bingung.
"Oh....Ngapain mereka kesini?"
"Jadi benar mereka kerabat Kakek, jika begitu aku harus minta maaf karena telah mengusir mereka. Aku fikir mereka berbohong dan aku kan harus selalu waspada, takut terjadi apa-apa lagi dengan kakek", ucap Bayu merasa bersalah.
"Bagus mah jika kamu berhasil mengusir mereka, biasanya mereka tidak tahu malu, udah pernah ku usir eh masih juga balik lagi, terutama si Fika", lanjut Shinta.
"Kenapa sepertinya kamu tidak menyukai mereka? bukankah mereka kerabatmu, apalagi sekarang cuma tinggal mereka kan kerabat kalian!", Bayu pun meneruskan ucapannya karena penasaran.
"Lebih baik aku tidak punya kerabat daripada punya kerabat seperti mereka yang kerjanya hanya merongrong dan menghabiskan harta Kakek", ucap Shinta dengan nada tidak senang.
"Mungkin hidup mereka susah makanya mereka meminta kepada Kakekmu, kan tidak salah jika kakek memiliki harta lebih dan membantu adiknya yang lagi kesusahan. Kamu tidak boleh pelit lho...ingat amal sedekah, toh hidup kalian berlebih, harta juga tidak akan di bawa mati Shin!", ucap Bayu mencoba memberi pengertian kepada Shinta.
"Susah juga karena perbuatan mereka sendiri mah Bay, ngapain musti menyusahkan kami lagi."
"Maksudnya apa, memangnya kehidupan mereka dulunya juga senang seperti kalian?", tanya Bayu lagi.
"Seharusnya Bay, Walaupun Kakek Firza itu hanya anak tiri dari Kakek buyutku tapi Kakek buyut tidak pernah membedakan antara Kakek Hakim dan Kakek Firza. Mereka sama mendapatkan perhatian, kasih sayang dan juga pembagian harta yang sama", sejenak Shinta berhenti berbicara seraya menarik nafasnya dalam-dalam.
Kemudian ia melanjutkan ceritanya, " Setelah Kakek buyutku meninggal semua harta dan perusahaan di bagi dua, namun jika diteliti malahan lebih banyak pembagiannya kepada Kakek Firza karena rumah induk peninggalan ibu Kakek Hakim yang akhirnya ditempati oleh ibunya Kakek Firza kini jadi miliknya setelah ibunya meninggal".
"Lantas kenapa hidup mereka sekarang bisa susah hingga keluarga Kakek Firza harus meminta uang terus kepada Kakek Hakim?", tanya Bayu lagi yang semakin penasaran.
"Bagaimana tidak susah!, setiap hari kerja Kakek Firza hanya mabuk-mabukan, berjudi dan Tante Tasya bersama Fika putri mereka kerjanya hanya menghamburkan uang saja, pergi shopping barang barang branded, jalan-jalan ke luar negeri dan arisan-arisan apa tuh bersama ibu-ibu sosialita."
"Apa sejak lajang kakek Firza seperti itu sukanya mabuk dan berjudi", tanya Bayu lagi.
"Sebenarnya nggak sih, kakek Hakim bilang bahwasanya dulu Kakek Firza adalah seorang adik yang baik, tidak suka mabuk ataupun berjudi, namun setelah menikah dengan Tante Tasya nggak tahu kenapa Kakek Firza kok bisa berubah jadi seperti sekarang ini," ucap Shinta lagi.
"Perusahaan bagian Kakek Firza bagaimana masih berjalan?"
"Masih sih, namun ya gitu, terus-terusan minta suntikan dana dari Kakek Hakim."
"Sementara Kakek Hakim sudah berjuang keras bersama papaku untuk memajukan perusahaan mereka hingga bisa berkembang seperti sekarang ini," ucap Shinta lagi seraya menjelaskan kerja keras Kakek bersama almarhum papanya.
"Maaf ya Shin aku terus-terusan bertanya, habisnya aku penasaran, jika memang Kakek Firza merasa dirinya sebagai adik dan hidupnya sekarang tergantung belas kasih kakek Hakim kenapa mereka baru datang menjenguk Kakek setelah beberapa hari terbaring koma di rumah sakit?, nggak mungkin kan mereka baru dapat kabar, sementara kabar kecelakaan ini sudah menyebar melalui semua media dan seharusnya mereka lah yang menghiburmu, menemanimu di sini", ucap Bayu yang lebih penasaran lagi dan sembari memberikan gambaran untuk Shinta.
"Itu seharusnya Bay, namun nyatanya tidak kan?"
"Satu lagi, apa kamu tidak merasa curiga, bisa saja kan mereka yang melakukan semuanya."
"Nggak mungkin lah Bay, Kakek Hakim dan Kakek Firza tidak pernah bertengkar. Malahan aku yang pernah mengusir mereka, ibu dan anak yang menyebalkan itu. Kakek sering menasehati adiknya dan kakek juga tidak tegaan jika keluarga Kakek Firza meminta bantuan tetap di bantunya, walaupun menurutku keluarga itu sangat menyebalkan. Apalagi si Fika yang taunya hanya bermanja dan menghamburkan uang nggak pernah mikir jika orang tuanya susah."
"Ya mudah-mudahan saja bukan mereka pelakunya, namun kalian harus tetap waspada karena disini nyawa sebagai taruhannya."
Shinta pun mengangguk dan berterimakasih kepada Bayu yang telah mengingatkannya untuk lebih waspada.
Mereka kini telah tiba di depan ruang ICU, berbarengan dengan suster Chyntia yang hendak keluar menemui dokter Artha.
Kemudian suster Chyntia berkata kepada keduanya, "Oh syukurlah kalian berdua sudah datang, tadi tubuh Kakek sempat mengejang tapi ini sudah normal kembali dan beliau saat ini sedang tidur. Saya mohon kalian temani Kakek sementara saya akan menemui dokter Artha di ruangan beliau karena ada yang ingin saya bicarakan perihal kondisi kakek", ucap suster Chintya dengan wajah serius.
Bayu dan Shinta yang mendengar penuturan dari suster Chintya merasa terkejut, kemudian bayupun bertanya, "Apakah keadaan Kakek yang kejang tadi ada hubungannya dengan cairan yang kita temukan dalam jarum suntik itu sus?"
"Sayapun belum bisa memastikannya Mas Bayu, tadi kami sudah mengambil sample darah kakek dan sudah saya bawa ke lab untuk diperiksa, mengenai hasilnya kita tunggu saja besok ya mas , biar dokter Artha yang akan menjelaskannya kepada Mas Bayu dan Mbak Shinta", ucap suster Chintya sebelum meninggalkan ruangan.
Kini tinggallah mereka berdua menjaga kakek Hakim, Shinta yang mendengar kakek mengalami kejang merasa sangat khawatir, lalu Shinta mendekat ke arah tubuh sang kakek, memperhatikan raut wajahnya yang keriput dan terlihat sangat pucat, tak terasa air matanya pun menetes. Ia menutup mulutnya agar isak tangisnya tak terdengar hingga bisa membangunkan kakeknya.
Bayu yang melihat Shinta menangis merasa iba, lalu ia mendekati Shinta dan mengulurkan sebuah saputangan agar Shinta menghapus air mata yang sudah jatuh di kedua pipinya. Bayu pun berkata, "Sabar Shin, kita harus tenang dan harus terus berdoa agar tidak terjadi hal buruk lagi terhadap Kakek."
Bagaimanakah kondisi kakek Hakim selanjutnya? penasaran, ikuti terus ya guys.....dalam episode berikutnya 🙏😉
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
🌻Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys....agar author semangat terus untuk update, Vote sebanyak-banyaknya, like, comment dan rate bintang limanya, Terimakasih 🙏😉
🌻Mohon dukungannya juga ya Guys untuk karya author yang lain yang berjudul "TERIKAT CINTA LAIN" dan "PERSAHABATAN TELAH MENGUBAH TAKDIR" nggak kalah serunya lho....🙏😉
🌻 Semoga sehat dan sukses selalu buat para readers kesayangan Author. Happy reading ♥️♥️♥️
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Santoso Zha
oaoethor ya
2022-06-24
0
Nur Seha
mungkin jahatnya kakek firza dipengaruhi istrinya x y soalnya dulu dr cerita kakek hakim kakek firza baik k9k
2022-04-09
1
Josias E Pattinasarany
alur cerita yg sangat bagus Thor 👍👍👍
2022-03-28
2