Tasya dan Fika semakin marah melihat Bayu tetap tidak mengizinkan mereka masuk, bahkan Bayu mengancam akan menelephone pihak keamanan rumah sakit jika mereka terus memaksa.
Suster Chintya yang melihat kejadian itu juga ikut membantu Bayu, Chintya menelephone dokter Artha dan menceritakan tentang keributan disana.
Kebetulan dokter Artha saat ini sedang memeriksa pasien tidak jauh dari ruang ICU, ia lalu bermaksud datang kesana untuk memberi penjelasan kepada Firza dan keluarganya.
Saat dokter Artha sampai, Fika dan Tasya ibunya masih berteriak kepada Bayu, Firza yang melihat kedatangan dokter kemudian menarik tangan istri dan putrinya itu agar bersabar.
Kemudian dokter Artha berkata," Ada apa ini, mengapa kalian ribut di depan ruang ICU, kalian tahu perbuatan kalian telah mengganggu pasien-pasien kami."
"Maaf dok, maafkan kami. Dia yang mengajak ribut", jawab Fika membela diri sambil menudingkan jarinya kepada Bayu.
"Bukan saya mengajak ribut dok, saya hanya melarang mereka masuk, itukan juga demi menjaga kebaikan pasien. Saya tidak berani membiarkan siapapun masuk kedalam tanpa izin dari dokter dan juga Shinta."
"Semua yang dikatakan Bayu benar Pak, Bu dan adik, tolong kalian sabar, jika nanti Kakek sudah sadar, Inshaallah kalian pasti kami izinkan."
"Jadi maksud dokter jika Abang kami tidak sadar untuk setahun, dua tahun atau selamanya kami tetap tidak diperbolehkan menjenguknya", lanjut Tasya.
"Itu tergantung izin dari Shinta, jika Shinta setuju saya akan izinkan tapi tidak boleh terlalu lama. Jadi saya mohon kalian bersabar sambil menunggu kedatangan Shinta, silahkan kallian duduk di tempat yang sudah kami sediakan."
"Baiklah dok, kami akan kembali lagi nanti sore saat Shinta sudah ada disini," jawab Firza yang masih pandai menyimpan amarahnya.
Mereka bertiga segera meninggalkan tempat itu, dokter Artha menggelengkan kepala melihat mereka lalu mengacungkan jempol kepada Bayu.
"Sudah benar yang kamu lakukan Dek, kita harus terus waspada jangan sampai kejadian tadi malam terulang lagi. Kita tidak tahu mengapa mereka terus memaksa, padahalkan bisa menunggu sebentar lagi hingga Dek Shinta datang."
"Iya Dok, Terimakasih telah membela saya di hadapan mereka."
"Baiklah Dek Bayu, saya akan masuk sebentar memeriksa kondisi kakek."
"Silahkan dok, oh ya dok selagi dokter dan suster Chintya ada di dalam saya permisi ingin ke kantin sebentar, membeli kopi dok agar kantuk saya hilang."
"Silahkan Dek, saya akan tetap di sini sampai kamu kembali."
Bayu segera bergegas ke kantin, sementara dokter Artha masuk ke ICU untuk memeriksa kondisi Kakek Hakim.
Melihat kedatangan dokter Artha, Chintya merasa tenang, pasti masalah diluar sudah selesai karena suara berisik dari kedua perempuan galak itu sudah tidak terdengar lagi.
Suara berisik di luar tadi terdengar di telinga kakek Hakim yang mulai sadar dari komanya, ia membuka mata dan mulai menggerakkan tangannya. Namun kondisinya yang lemah serta banyak alat-alat medis yang masih menempel ditubuhnya membuat Kakek Hakim hanya mampu meneteskan air matanya mengingat kejadian tragis yang menimpa diri dan keluarganya.
Chintya yang saat itu pandangannya tertuju ke arah tempat tidur Kakek Hakim merasa terkejut sekaligus senang, dengan spontan ia berlari kearah Kakek sambil berkata," Alhamdulillah, dok...dok coba lihat !, Kakek sudah sadar."
Dokter Artha lalu berjalan mendekat, ia juga mengucapkan rasa syukur, keajaiban benar terjadi, kakek yang sudah tua renta ini akhirnya selamat dari kecelakaan yang tragis dan selamat dari komanya, makanya kita sebagai manusia tidak bisa menebak empat hal dalam hidup ini yaitu langkah, rezeki, pertemuan dan maut. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha namun Allah jua yang berhak menentukannya.
Chintya mengelap air mata kakek yang menetes dengan tissue, sedangkan dokter Artha terus memeriksa bagian yang lain, dari mulai luka-lukanya yang mulai mengering sampai memeriksa kondisi jantung kakek.
Dokter Artha kemudian berkata," Tetap sabar ya kek, Sang pencipta tidak akan pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan ummat nya. Sekarang yang harus fokus Kakek fikirkan adalah kesembuhan dan fikirkan juga cucu perempuan kakek yang sangat tegar dan selalu menunggu di luar sana bersama Bayu.
Kakek kembali menangis saat mendengar kata cucu perempuan, Kakek bertekad dalam hati harus kuat demi Shinta cucu satu-satunya yang masih hidup. Namun yang menjadi tanda tanya dalam hatinya siapakah Bayu? sementara yang ia tahu pacar Shinta bernama Irfan anak dari lawan bisnisnya. Karena kakek sebelumnya telah meminta orang untuk menyelidiki siapa sebenarnya Irfan, ia tidak ingin Shinta jatuh ke tangan pemuda yang tidak bertanggung jawab.
Karena penasaran, membuat Kakek memaksakan diri bertanya kepada dokter Artha dan juga Chintya siapa sebenarnya pemuda bernama Bayu yang telah mereka sebutkan tadi.
"Kek sebaiknya kakek istirahat dulu", kata dokter Artha.
"Iya kek, kakek kan baru sadar jadi butuh istirahat, nanti Chintya akan jelaskan semuanya tentang siapa itu Bayu, yang pasti biar kakek tenang Bayu itu adalah seorang pemuda yang sangat baik, sabar dan bertanggung jawab, dialah yang telah menolong kakek dari kecelakaan itu."
Mendengar kalimat terakhir dari suster Chintya mengingatkan Kakek saat terakhir mobilnya masih tersangkut di batang pohon besar, hingga datang seorang pemuda yang menarik tangannya berbarengan dengan terbukanya pintu depan mobil dengan meluncurnya mobil ke dasar jurang hingga menewaskan keluarganya.
Kakek menutup matanya saat mengingat kejadian tragis itu, kesedihan, penyesalan, rasa bersalah dan ketidak berdayaan kini yang ia rasakan, ia tidak mampu berbuat apa-apa saat anak, cucu dan menantunya membutuhkan pertolongan dirinya diambang kematian mereka. Harta banyak yang ia punya juga tidak mampu mengembalikan kebahagiaan hidup bersama putra, menantu dan semua cucunya.
Dokter Artha dan suster Chintya faham apa yang kini sedang dirasakan oleh Kakek Hakim Pradana, lalu mereka meninggalkannya agar beliau bisa beristirahat. Dokter dan suster kemudian keluar untuk menemui Bayu, mereka ingin menyampaikan kabar baik tentang Kakek yang telah sadar dari komanya.
Bayu yang baru kembali dari kantin dengan membawa tiga cup kopi merasa heran melihat Dokter Artha dan suster Chintya yang sedang duduk diluar di kursi tunggu untuk keluarga pasien, lalu Bayu mendekati mereka dan menyodorkan kopi kepada Dokter Artha dan juga Suster Chintya, mereka mengambil kopi pemberian Bayu lalu meminta Bayu untuk duduk.
Rasa takut dan penasaran dengan apa yang akan dibicarakan membuat wajah Bayu tegang, namun dokter Artha memegang pundaknya dan berkata,
"Alhamdulillah dek, doa dan penantian kita terjawab sudah, Kakek Hakim telah sadar dari komanya."
Bayu yang mendengar hal itu tanpa sadar langsung memeluk Dokter Artha, ia sangat gembira hingga tidak mampu menahan air bening yang menetes di sudut matanya. Dokter Artha pun tidak canggung membalas pelukan itu, ia tahu pemuda ini telah banyak berkorban demi menunggu berita gembira ini.
Setelah perasaan Bayu kembali stabil dia merasa malu dan melepaskan pelukannya dari dokter Artha. Bayu merasa kecil, ia hanya orang biasa kenapa berani memeluk dokter Artha yang merupakan salah satu dokter terkenal di rumah sakit elit ini.
Sedangkan dokter Artha kembali menepuk pundaknya dan berkata," Berkat usaha, doa serta kesabaranmu, kamu telah menjadi perantara untuk menyelamatkan nyawa pemimpin keluarga."
Kemudian Bayu mengucapkan terimakasih kepada dokter Artha dan juga kepada suster Chintya, dia sudah tidak sabar ingin segera memberitahukan kabar ini kepada Shinta, namun Bayu tidak tahu sekarang Shinta lagi berada dimana sedangkan dirinya juga lupa meminta nomor kontak Shinta sebelum Shinta tadi pagi pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Atik Marwati
Alhamdulillah akhirnya sadar juga
2023-01-19
0
Santoso Zha
gasspol
2022-06-24
0
Nur Seha
kamu baik bamget sih bay
2022-04-07
0