18.

“Bagaiman hubunganmu dengan Lu Ming?” Ming Weyan bertanya. Akhir-akhir ini kondisi perusahaan semakin buruk. Sebenarnya dengan fondasi yang dimiliki oleh Grup Ming yang sudah mengembangkan bisnis di Shanghai lebih dari dua ratus tahun. Tentunya sudah banyak melewati naik dan turun dan tetap bisa berdiri hingga sekarang, para investor tidak mungkin backing out begitu saja. Tapi keadaanya sekarang berbeda saat para competitor mereka mulai menggabungkan kekuatan dan menyerang dari segala sisi untuk menumbangkanyaa dan merebut beberapa proyek besar dari tangan mereka. Kalau keadaan itu berlanjut kebangkrutan tidak bisa dihindari.

Tapi semalam saat dia menelpon Ming Yue untuk memarahinya karena belum pulang sampai tengah malam, Lu Ming yang menjawab panggilannya.

Seperti melihat cahayan diujung terowongan, Ming Weyan harus menempa besi selagi masih panas. Kalau dia berhasil membujuk Lu Ming untuk memberikan satu proyek saja kepada Grup Ming pasti mereka bisa bangkit kembali.

Ming Yue tahu jalan pikiran Ming Weyan yang ingin memanfaatkannya sebagai alat bisnis menjawab dengan seadanya. “Biasa saja.”

Tapi Ming Yue langsung mengubah pikirannya. Ini adalah kesempatannya untuk mengasilkan uang. Ketika uang datang, tentu tidak boleh disia-siakan. “Apa ada sesuatu yang butuh bantuan dariku?” Walaupun demi keuntungannya Ming Yue tetap tidak akan mereandahkan dirinya.

Ming Weyan sebenarnya tidak suka dengan gaya arrogant Ming Yue dan ingin mendisiplinkannya. Tapi karena dia sangat membutuhkan bantuan darinya, dia akan memberinya pass untuk saat ini. “Haha, bukan sesuatu yang basar. Hanya saja ayah akan sangat senang jika bisa bergabung dalam proyek Tian Lan.” Ming Weyan berkata dengan humor yang dibuat-buat.

Puih! Ming Yue bisa dengan jelas melihat keserakahan dari mata Ming Weyan. Proyek Tian Lan dia biang? Dipikir Ming Yue tidak tahu itu adalah salah satu priyek major yang dikerjakan oleh grup Lu tahun ini. Tian Lan adalah proyek pemerintah yang dimenangkan grup Lu, proyek itu mencakup pembangunan jalan tol, infrastruktur dan pembangunan tiga bandara yang tersebar di sepertiga daratan Cina. Orang awam juga tahu berapa banyak uang dari proyek itu. Setidaknya kalau ingin menjadi lintah pikir-pikir dulu dong!

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Grup Ming jelas mereka tidak mencapi standar untuk bergabung ke dalam proyek itu. Ming Yue tidak mau membuat Lu Ming rugi.

“Kalau proposalnya bagus mungkin Lu Ming akan mempertimbangkannya.” Ming Yue terpaksa memberikan harapan palsu. Ming Weyan ini sangat hopeless, tanpa harus menghubungi Lu Ming pun, Ming Yue tahu itu tidak mungkin.

“Benar asal proposalnya bagus.” Ming Weyan mengangguk-angguk. Asal Ming Yue yang menbawanya ke hadapan Lu Ming kemungkinan utnuk disetujuinya lebih besar. “Ayah sudah menyiapkan proposalnya, besok kau berikan kepada Lu Ming.” Dia melanjutkan.

“Kau berikan saja sendiri. Aku sedang tidak mau keluar.” Ming Yue menolaknya. Pertama karena dia tahu jika kesempatannya untuk mendapatkan unang sudah hangus. Ke dua, intuisinya memberitahu jika hal besar dan buruk akan tejadi kepadanya jika dia menemui Lu Ming lagi.

“Tidak bisa begitu Ming Yue. Besok kau akan pergi ke kantor Lu Ming dan memberikan proposalnya secara langsung.” Ming Weyan memberikan keputusan akhir dan tidak menerima penolakan.

Ke esokan harinya, seperti yang Ming Weyan janjikan.

Pada jam Sembilan pagi Ming Yue diturunkan di depan pintu masuk gedung Grup Lu.

Dengan terpaksa Ming Yue measuk ke dalam gedung, tapi dia tidak langsung naik ke kantor Lu Ming. Melainkan menghampiri penerima tamu dan menitipkan proposal itu kepada resepsionis yang bertugas.

Saat ini dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Lu Ming.

Tapi apa kata jika langit berkehendak, manusia biasa sapertinya tidak bisa menolak. Ketika dia berbalik ingin pergi, orang yang paling ingin dihindarinya sudah bediri tepat di belakangnya.

“Berapa kali kukatakan untuk tidak mengagerkanku!” Ming Yue mendengus dan melangkah mundur untuk membuat jarak diantara mereka.

“Tidak kau berika langsung kepadaku.” Lu Ming bertanya tapi nadanya tidak seperti orang yang bertanya, dia sedang menyatakan sebuah fakta.

Lu Ming mengisaratkan kepada resepsionis untuk memberikan map yang Ming Yue titipkan kepadanya.

“Tidak usah dibaca, Ming Weyan menuliskan sampah di dalamnya.” Ming Yue sudah menbaca proposal itu. Pada halaman pembukaannya saja sudah membuatnya langsung menutupnya. Dia bertanya-tanya, dengan kemampuan seperti itu, bagaimana keluarga Ming bertahan sampai saat ini pasti karena keberuntungan.

Dia membukanya, membacanya sekilas dan setuju dengan pendapat Ming Yue, isinya sampah. Tapi mulutnya berkata lain “Kita masih bisa mendiskusikannya.”

Ming Yue mengedikkan bahunya. “Terserah.” Itu bukan urusannya. Yang penting tugasnya sudah selesai dan dia ingin segera pulang.

Ming Yue sudah berbalik badan dan ingin melangkah pergi.

“Nanti siang aku akan pergi ke Paradise hotel untuk meeting makan siang.” Lu Ming berkata.

Paradise hotel. Hotel bintang lima yang terkenal dengan restoran Michelin bintang tiga yang hanya menerima tamu yang memiliki kartu keanggotaan. Ming Yue pernah satu kali makan di sana Bersama dengang kakek Lu dan dia langsung jatuh cinta dengan cita rasa hidangan oriental yang mereka hidangkan. Sayangnya Ming Yue tidak bisa mendapatkan kartu keanggotaan dan belum bisa datang ke sana lagi.

Sekarang kesempatan cuma-cuma datang kepadanya. Tapi Ming Yue berkonflik, di satu sisi dia sangat ingin ikut dengan Lu Ming. Sebentar lagi dia akan pindah ke gunung dan tidak akan punya kesempatan untuk makan di sana. Ming Yue pasti akan sangat menyesal nantinya. Tapi di sisi lain dia tidak mau berusan dengan pria itu lebih lama lagi, dia sudah bertekat untuk putus dengannya.

Ming Yue mengeraskan hatinya dan tidak menghiraukan godaan. Di masa depan dia akan menghasilkan banyak uang dan akan merekrut koki Paradise hotel untuk bekerja kepadanya.

“Kudengar ada menu baru. King Bunquet kalau tidak salah Namanya.” Lu Ming bisa melihat jika Ming Yue tergoda. “Katanya mereka menginovasinya dengan menambahkann cita rasa barat.” Dia melanjutkan.

Kedua tangan yang ada di sisi tubuh Ming Yue mengepal. Dia berusaha keras untuk tidak berhenti dan berbalik. Di kehidupannya dulu dia sudah merasakan hidangan yang Lu Ming sebutkan, rasanya sangat luar biasa dan membuatnya ketagihan. Di dunia ini pasti rasanya juga tidak akan jauh berbeda. Air liur Ming Yue menggenang dalam mulutnya hanya dengan membayangkannya saja.

Tapi dia tidak boleh tergoda. Kalau dia bermanja-manja sekarang, nanti akan sulit baginya untuk terlepas dari semua kemewahan ini saat waktunya tiba. Hidupnya di gunung pasti akan menjadi lebih sulit.

Ming Yue menggigit sisi dalam pipinya. Untuk kali ini saja… satu kali ini saja. Yang terakhir. Anggap saja sebagai salam perpisahan.

Dia memasang senyum lebar dan berbalik menghadap Lu Ming. “Kalau kau segitu inginnya aku ikut. Tentu tidak akan sopan untuk menolak. Aku hanya bisa ikut dengan terpaksa.”

Lu Ming tersenyum. Dia sudah tahu jika Ming Yue adalah budak di depan makanan.

Cui Ying, resepsionis yang sedang bertugas, adalah penggosip besar di perusahaan. Dia tahu semua gossip yang beredar dan sebagian besar dari gossip itu, dia yang membagikannya. Tidak butuh waktu satu menit setelah Ming Yue mengikuti Lu Ming masuk ke dalam lift, bahkan sebelum pintu lift tertutup, kejadian di lobi itu sudah menyebar keseluh karyawan melalui grup chat.

Terpopuler

Comments

@shiha putri inayyah 3107

@shiha putri inayyah 3107

tekad nya Ming Yue masih kalah sama makanan.😂😂😂

2023-10-16

2

inayah machmud

inayah machmud

tekad mu masih kalah sm makanan, ,, dasar ming yue. ..

2023-08-24

2

Wulan Falisha

Wulan Falisha

😁

2022-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!